Kisah Silicon Valley #89 – Sukses Datangnya dari Awan

Richard Tait via Amazonaw

Dalam sebuah wawancara dengan Pugest Sound Business Journal, Richard Tait mengungkapkan “Nadella adalah orang yang super kikuk dan sering merasa tidak aman, masih terus mencoba untuk tumbuh sesuai potensi yang dimilikinya.” Tait tertawa. “Meskipun demikian, dia adalah senjata rahasia kami!”

Pada awal karirnya di Microsoft, Nadella memang dikenal sebagai sosok pendiam. Dia lebih banyak mendengarkan daripada ikut saling berbantah di kalangan karyawan Microsoft. Jika mengemukakan visinya, maka dia akan mengungkapkannya dengan cara yang tenang dan berhati-hati. Gayanya bahkan terkadang agak kelihatan kikuk, meskipun terlihat jelas bahwa dia tahu dan sadar apa yang ia katakan atau lakukan. Jika Nadella mengatakan mengetahui sesuatu, dan sedang menuju sesuatu, maka itu adalah dalam artian sesungguhnya karena dia tidak ragu untuk mengungkapkan ketidaktahuannya jika memang dia tak paham.

 

Lahirnya Microsoft Azure

Nadella sering mengungkap kisah awal upayanya untuk menyatukan bisnis cloud Microsoft sebagai langkah yang sangat berat. Pada saat itu, sebagai perusahaan raksasa, Microsoft adalah yang paling ketinggalan dalam bisnis cloud, ditambah lagi Ballmer sedang frustasi karena ketidakmampuan Microsoft memimpin di bisnis mobile. Sementara itu dalam lingkup cloud sendiri, orang-orang yang mengepalai divisi masih memiliki pemikiran yang terpecah-pecah dan berbeda arah. Di satu sisi, mereka akan mengakui, “Oh, oke, ini ada bisnis cloud” dan “Oke, kita akan mengembangkannya.” Namun di sisi lain mereka akan langsung memperingatkan, “Ingat, kita harus fokus pada bisnis server kita.” Ini bisa dimaklumi karena server adalah salah satu kekuatan Microsoft. Dorongan untuk menjadikan bisnis ini sukses setiap tahunnya menjadikan divisi yang menaungi server melihat dunia secara sempit. Yang mereka inginkan hanya bagaimana cara meraih keuntungan setiap tahun. Nadella harus terus-menerus meyakinkan mereka bahwa proyek ini tidak bisa berhasil tanpa kerja sama dari seluruh elemen yang terlibat dalam bisnis Cloud. Semua memiliki peran sama besarnya untuk menciptakan sebuah layanan terintegrasi bagi Microsoft. Untunglah Nadella mendapatkan dukungan dari para perintis proyek Red Dog, Amitabh Srivastava dan David Cutler. Sebagai sesama keturunan India, Nadella cepat akrab dengan Srivastava.

Srivastava adalah Corporate vice president di divisi Windows sejak tahun 2006. Saat Nadella mengungkapkan visinya dalam rapat bersama tim Red Dog, Srivastava merasakan semangat yang luar biasa. Sebuah semangat untuk mengejar sesuatu yang baru. Dalam kehidupan keluarga, Srivastava memiliki sebuah aturan: Jika dia berada di dalam kota (keluarganya juga tinggal di dekat kampus Redmond), maka dia tidak pernah melewatkan makan malam bersama keluarganya. Jika dia terlambat, maka dia akan menelepon mengatakan bahwa dia akan terlambat. Keasyikan pada saat rapat yang berlangsung pukul 4 sore hingga 8 malam waktu setempat tersebut menjadikan keluarganya heboh. Mereka menelepon ponsel Srivastava berkali-kali (yang tidak diangkat karena dia meninggalkan ponselnya di luar ruangan) dan bahkan sampai menelepon polisi untuk menanyakan apakah ada kecelakaan yang baru saja terjadi dan Srivastava terlibat di dalamnya. “Saat selesai rapat, saya merasa yakin bahwa software tidak akan dikirimkan ke tangan konsumen seperti sebelumnya. Kesadaran pribadi saya bilang kalau selama ini saya sudah bekerja dengan cara yang salah!”

Srivastava dengan berapi-api kemudian berupaya meyakinkan rekannya, David Cutler, yang sebenarnya siap untuk pensiun, agar bekerja sama sekali lagi mengembangkan proyek ini. “Dave, jangan berhenti dulu. Yang akan kita kerjakan ini hal yang berbeda. Ini bisa mengubah dunia!”

Pada saat itu Cutler minta waktu untuk memikirkan tawaran Srivastava tersebut, karena dia sendiri sudah merasa ‘cukup lama’ bekerja di Microsoft. Srivastava cuma tersenyum. Dia hafal kelakuan David. Jika pria ini minta waktu untuk memikirkan sesuatu, berarti dia akan menerimanya. Dan benarlah setelah beberapa minggu, David Cutler bergabung dengan Project Red Dog untuk merintis sistem cloud Microsoft yang baru.

Srivastava dan Cutler kemudian berkeliling ke semua tim yang menggunakan cloud service Microsoft, dari MSN dan Hotmail hingga Xbox Live dan data center. Mereka mendengarkan keluhan semua tim serta menyusun rencana bagaimana untuk memenuhi visi Nadella dalam menyatukan semua ini.

Dua tahun kemudian, pada 27 Oktober 2008, Ray Ozzie, chief software architect Microsoft mengumumkan Windows Azure (yang nantinya akan diganti namanya menjadi Microsoft Azure) bersama Srivastava yang menyampaikan detail teknis produk ini.

 

Evolusi dan Kesuksesan Azure

Pada bulan Mei 2011, Azure yang sudah mulai matang mengalami evolusi. Scott Guthrie yang pada saat itu menjabat sebagai Corporate Vice President untuk .Net platform di Microsoft, mengambil alih tim Azure Application Platform. Di bawah kepemimpinannya, Azure menggunakan interface yang ditulis ulang dari Silverlight (platform yang umum dipakai di Microsoft) ke HTML5. Ini merupakan salah satu visi Nadella yang menginginkan agar produk Microsoft lebih mudah agar kompatibel ke mana saja. Dan Nadella memang benar.

Berjarak beberapa tahun, yaitu 2014, Azure menjadi platform cloud yang mampu melakukan aktivitas Infrastructure-as-a-Service (IaaS) dan Platform-as-a-Service (PaaS) yang mana merupakan evolusi logika dalam sebuah model layanan cloud. Singkatnya: Ini adalah layanan cloud yang dapat melakukan apa saja! Microsoft Azure merupakan platform paling berkembang dalam sistem Cloud dan langsung menjadi ancaman pemain besar saat itu: Amazon dan IBM.

Bahkan pada tahun 2014, terjadi hal yang mengejutkan dunia teknologi. Pendapatan Microsoft dari Cloud Computing mencapai USD 4 miliar. Ini sama dengan Amazon yang membukukan keuntungan yang sama, di luar fakta bahwa Amazon masih memiliki pangsa pasar terbesar di bidang cloud. Dunia teknologi bergemuruh. Perusahaan yang sebelumnya bukan apa-apa di ranah cloud mampu menancapkan dominasi sebesar itu. Meskipun demikian, tentu saja ada ‘suara sumbang’ terkait prestasi tersebut. Sebuah wawancara mengungkap pengakuan dari mantan karyawan Microsoft tentang ‘rahasia kotor’ perkembangan Azure ini. “Yang dilakukan Microsoft sebenarnya adalah mengklaim Perjanjian Enterprise milik mereka. Semua perusahaan yang memiliki kontrak langsung dengan Microsoft diperbarui kontraknya dan dengan beberapa keuntungan tertentu kemudian ‘wajib’ untuk menggunakan platform cloud Microsoft ini. Dari mana lagi mereka mendapatkan pelanggan jika tidak demikian?”

Penyelidikan media juga mendapati bahwa saat perusahaan menandatangani kontrak untuk membeli software seperti Windows, Microsoft Database, dan Office, maka mereka mendapatkan akses ke Azure dan versi online Office dan Office 365. Mengingat biaya cloud yang tidak murah, maka ini seperti memberikan pemanggang roti gratisan untuk orang yang ‘buka rekening’ di bank. Hadiahnya terlalu besar untuk layanan yang dibeli. Dengan cara ini, pengguna Microsoft melejit dengan cepat hanya dalam beberapa tahun saja. Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang konsultan teknologi, Cynthia Farren, “Sejak awal ‘petualangan’ Microsoft di cloud computing, kami sering mendengar dan melihat contoh layanan cloud ditambahkan ke Perjanjian Perusahaan dengan diskon besar-besaran yang bahkan sangat menguntungkan bagi perusahaan yang terlibat dengan perjanjian tersebut. Inilah kenapa Microsoft bisa begitu cepat menancapkan dominasi ke Cloud.” Ujar Farren kepada Business Insider.

Cynthia Farren via Business Insider

Taktik ini bekerja dengan sangat brilian. Pada awalnya memang tidak makan biaya sama sekali bagi perusahaan-perusahaan bisnis untuk mengakses Azure atau Office 365. Namun setelah tahun kedua atau ketiga, tentu saja mereka sudah harus membayar dengan harga normal. Sebagian besar perusahaan menyetujui pembelian ini karena memang begitu bagusnya layanan dan hasil yang diberikan Azure! Tentu saja Nadella kemudian menjadi bintang utama atas semua keberhasilan ini.

“Di bawah mandat Nadella, tim commercial product development dapat berfokus untuk menghadirkan inovasi terhadap software versi cloud (baru kemudian software dalam bentuk fisik). Dan penjualannya benar-benar berlipat ganda karena kami berhasil mendapatkan kontrak dari banyak perusahaan untuk ini,” demikian pernyataan resmi dari Forrester Research, sebuah perusahaan riset bisnis dan teknologi.

Sementara itu, kesuksesan Nadella nampaknya menghadirkan sebuah konsekuensi lain.


Ballmer via CNBC

“Saya berdarah Microsoft, saya memilikinya selama 34 tahun, dan akan selalu demikian. Saya sangat senang membahas masa depan perusahaan. Saya senang mencoba produk-produk baru dan memberikan masukan. Saya senang membaca koran pagi dengan berita tentang apa yang akan terjadi di Microsoft. Tidak akan pernah ada waktu yang tepat untuk transisi semacam ini, namun sekarang adalah waktu yang tepat.”

Demikian sedikit di antara nukilan pidato perpisahan Steve Ballmer saat memutuskan untuk ‘pensiun’ dari Microsoft. Keputusan ini akan aktif berlaku dalam 12 bulan mendatang. Tensi di Microsoft semakin meningkat ketika nama Satya Nadella masuk dalam kandidat CEO berikutnya!


Satya Nadella dipilih oleh dewan direksi sebagai CEO selanjutnya untuk mengisi tempat Ballmer yang lowong setelah menyatakan keinginannya pensiun. Ikuti bagaimana perjuangan Nadella sebagai CEO di Kisah Silicon Valley #90 – CEO dengan Empati.

 

 

Referensi

Bort, Julie. (2014). SOURCE: Here’s The ‘Dirty Little Secret’ Of Microsoft’s Cloud BusinessBusiness Insider.

Clarke, Gary. (2016). A Brief History of Microsoft AzureGaryclarke

Konrad, Alex. (2018). Exclusive CEO Interview: Satya Nadella Reveals How Microsoft Got Its Groove Back. Forbes.

Nadella, Shaw, and Nichols. (2017). Hit Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and Imagine a Better Future for Everyone

Nusca, Andrew. (2016). The Man who is Transforming MicrosoftFortune.

Osovitny, Vadim. (2018). Azure fathers: Dave Cutler and Amitabh Srivastava. Azurecloud.

Soper, Taylor. (2017). Microsoft CEO Satya Nadella recounts his first time meeting Steve Ballmer in 1992. Geekwire.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation