“Jony Ive punya kekuasaan operasional lebih besar dibandingkan siapa pun di Apple, tentu saja kecuali saya. Tidak ada seorang pun di Apple yang berhak menyuruh atau melarangnya melakukan sesuatu. Itu semacam ‘peraturan’ di Apple” demikian ungkap Steve Jobs ketika ditanya mengenai bagaimana arti seorang Jony Ive untuk Apple. Ini bahkan berlaku hingga bertahun-tahun setelah Steve Jobs tiada.
Orang paling penting bagi Steve Jobs
Pada tahun 2004, Steve Jobs harus meninggalkan kursi kepemimpinannya sementara di Apple untuk operasi tumor pankreas. Proses operasi dan penyembuhannya sangat dirahasiakan dan tidak ada yang boleh menemuinya karena protokol kesehatan dan penyembuhan yang ketat. Ketika Jobs dinyatakan mulai pulih, ada dua orang yang ingin dia jumpai untuk pertama kalinya. Yang pertama adalah istrinya, Laurene Powell Jobs, dan satunya adalah Jony Ive!
Setelah hampir delapan tahun bekerja bersama dan berjumpa hampir setiap hari, Ive dan Jobs memiliki semacam ‘hubungan khusus’. Pasangan ini hampir selalu menghadiri setiap rapat Apple bersama-sama, bahkan sering juga makan siang bersama di studio sambil membahas proyek selanjutnya.
Operasi pertama Jobs tidak sepenuhnya menyembuhkannya. Jobs harus melakukan operasi kedua sekaligus transplantasi hati di Memphis, Tennessee pada bulan Mei 2009. Hampir sama seperti sebelumnya, ketika pulang kembali dengan pesawat pribadi bersama istrinya, Jobs meminta dua orang dari Apple untuk menemuinya: Tim Cook dan Jony Ive. Di airport itu mereka terlibat pembicaraan serius mengenai masa depan Apple. Para jurnalis melaporkan pertemuan ini dengan penuh rasa khawatir karena banyak orang yang meyakini bahwa takdir Apple sepenuhnya berada di pundak Jobs. Apple dinilai akan hancur tanpa sosok pendiri Apple ini.
Setelah pertemuan ketiga orang eksekutif top Apple itu, Jony Ive sendiri yang menyetir mobil untuk mengantar Jobs pulang ke Palo Alto. “Benar-benar menyakitkan kalau membaca koran-koran pada waktu itu,” ujar Ive. “Saya sangat khawatir pada kesehatan Steve, tapi semua orang lebih khawatir pada kelangsungan perusahaan. Steve manusia biasa. Bagaimana mungkin semua orang menganggapnya sebagai mesin untuk kelangsungan hidup Apple?!”
Dinamika hubungan Ive dan Jobs memang unik. Ada masa di mana Ive kesal pada Jobs karena sering mengklaim sesuatu sebagai idenya. “Dia akan melihat presentasi ide saya dan mengatakan bahwa ide itu buruk dan mencacinya, lalu di hari lain, dia akan mengungkapkan ide itu sama persis seperti yang saya sampaikan kemarin, dan meminta saya untuk melakukannya dengan menyebut itu sebagai idenya,” ungkap Ive kepada Walter Isaacson yang menulis biografi untuk Steve Jobs. “Lebih lanjut lagi, nantinya dia akan duduk di depan forum dan menceritakan ide itu di depan orang-orang banyak sebagai idenya. Saya sudah seperti maniak dalam hal desain dan mencurahkan segalanya untuk suatu produk. Jadi betul-betul menyakitkan melihat sendiri orang ingin mengambil alih pujian untuk salah satu hasil karya saya.”
Meskipun demikian, Ive dengan rendah hati mengakui bahwa dia tidak akan pernah bisa mencapai segala reputasi yang dimilikinya saat ini tanpa adanya Jobs. “Di banyak perusahaan lain, ide dan desain yang hebat seringkali hilang dalam proses,” tuturnya. “Saya sangat bersyukur bahwa ide yang saya miliki dan tim saya hampir selalu mendapat tempat di Apple. Jika tidak ada Steve yang mendorong kami untuk mengerjakannya, rasanya kami semua tidak akan pernah mencapai apa yang kami miliki pada saat ini.”
Begitu kuatnya hubungan antara Jony Ive dan Steve Jobs ini, ketika Jobs meninggal dunia di tahun 2011, sebenarnya Jony Ive sempat ‘pamit’ ke Apple. Dia ingin kembali ke Inggris dan melepas posisinya di Apple. The Guardian menulis kisah ini dengan judul “Apple Worst Nightmare” – yang mana memang menggambarkan situasi itu. Mereka juga menggunakan pilihan kata yang keras bahwa Jony Ive telah ‘mengancam’ untuk meninggalkan Apple. Namun memang ini tidak terjadi karena Apple yang menyadari bahwa sosok ini terlalu berharga bagi mereka, diberitakan membayarkan bonus sebesar USD 30 juta kepada Jony Ive dan menawarkan saham senilai USD 25 juta. Ini sekaligus menutup peluang perusahaan-perusahaan lain yang ketika Steve Jobs tiada mulai rajin menelepon Ive untuk menanyakan kemungkinan pindahnya legenda hidup Apple ini ke perusahaan mereka.
Apple Pasca Steve Jobs
Tanggal 24 Agustus 2011, Apple mengumumkan bahwa Steve Jobs mengundurkan diri sebagai CEO, namun akan tetap berada dalam perusahaan sebagai pimpinan direksi. Tim Cook secara resmi mengambil alih komando CEO Apple. Berita ini sebenarnya tidak mengejutkan karena Jobs sudah mengambil cuti karena penyakitnya sejak Januari 2011. Namun tetap saja orang sulit membayangkan bagaimana Apple akan berjalan tanpa Steve Jobs.
Dalam situasi ini, banyak ‘pakar teknologi’ yang berkomentar bahwa seharusnya Jony Ive-lah yang menjadi penerus Steve Jobs di Apple. Mereka punya persamaan dalam hal semangat untuk menciptakan teknologi dan produk baru yang penuh terobosan. Apalagi pada saat itu semua penggemar Apple lebih kenal Jony Ive dibandingkan Tim Cook. Sebagai CTO, posisi Cook seperti bayangan Jobs, dan selayaknya bayangan, dia nyaris tidak pernah muncul ke permukaan. Sangat mudah dimengerti bahwa orang-orang lebih mengidolakan Jony Ive yang high profile dibandingkan Tim Cook. Namun banyak eksekutif dan anggota direksi yang tidak setuju dengan pendapat tersebut, “Jony itu orang yang tidak peduli tentang aspek-aspek menjalankan perusahaan. Dia hanya ingin fokus pada desain.”
Ketika seorang pewawancara mengatakan bahwa seharusnya dia mencalonkan diri sebagai CEO, Ive hanya tertawa sambil menjelaskan, “Yang saya inginkan hanya membuat desain dan mewujudkannya. Itu yang saya sukai. Rasanya sangat luar biasa menemukan satu hal yang Anda sukai untuk dilakukan, dan kemudian memiliki peluang untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh.”
Di sisi lain, Tim Cook adalah ‘penguasa’ rantai pasokan Apple. Tidak ada satu pun hal yang terjadi di Apple lewat dari pantauannya. Ini menjadikannya sebagai penerus yang pantas secara logika. Cook memahami secara detail dari hulu ke hilir bagaimana sebuah produk dibuat dan diluncurkan, apa saja yang menyusunnya, dari mana saja komponennya, sampai ketika produk tersebut diterima oleh konsumen. Dia mungkin tidak memiliki karisma seperti Jobs, namun kemampuannya menjaga perusahaan melaju secara efektif, bahkan sejak Jobs masih menjabat sebagai CEO di Apple, tidak terbantahkan dan menjadikannya layak untuk duduk di kursi CEO.
Steve Jobs meninggal sebulan setelah pengunduran dirinya, pada tanggal 5 Oktober 2011. Pemakamannya di Alta Mesa hanya dihadiri oleh empat orang rekannya dari Apple: Vice President Eddy Cue (software), Vice President Katie Cotton (Communication), CEO Tim Cook, dan Jony Ive. Namun acara mengenang Steve Jobs yang dilaksanakan sepuluh hari setelah itu di Stanford, dihadiri oleh banyak orang besar seperti mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton, mantan wakil presiden Al Gore, Bill Gates, CEO Google Larry Page, Penyanyi sekaligus leader U2 Bono dan CEO News Corp Rupert Murdoch. Dalam acara ini, Jony Ive berkesempatan menyampaikan pidato terakhirnya untuk mengenang Steve Jobs, yang disebutnya sebagai ‘sahabat setia terbaik’.
Jony Ive menutup pidato perpisahannya untuk Steve Jobs dengan kalimat “Kami bekerja bersama selama hampir lima belas tahun, dan dia masih tertawa mendengar saya mengucapkan kata ‘aluminium’. Selama dua minggu terakhir, kami semua berjuang keras mencari cara untuk bisa mengucapkan selamat tinggal padanya. Pagi ini, saya ingin menyampaikan perpisahan dengan mengucapkan, ‘Terima kasih Steve. Terima kasih untuk segala visi yang telah menyatukan dan menginspirasi banyak orang, untuk semua yang kami pelajari darimu, dan akan terus kami pelajari satu sama lain, terima kasih… Steve.'”
Beberapa hari sebelum Steve Jobs berpulang, Cook mengumumkan iPhone pertama dalam ‘rezim’-nya, yaitu iPhone 4S di Yerba Buena Center for the Arts di San Francisco. iPhone 4S adalah desain generasi ketiga dari Jony Ive, sekaligus merupakan iPhone paling canggih pada saat itu, meskipun secara fisik sangat mirip dengan iPhone 4 yang dirilis setahun sebelumnya. Meskipun perilisannya tidak gegap gempita (sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Jobs), bahkan Jony Ive sendiri tidak menghadiri acara peluncuran tersebut, ini menjadi iPhone yang paling cepat terjual dan paling laris. iPhone 4S resmi masuk pasar pada tanggal 14 Oktober 2011 dan langsung memecahkan rekor dengan empat juta unit terjual dalam satu bulan!
iPhone 4S menjadi produk penting pasca Steve Jobs karena produk ini sekaligus menjadikan saham Apple melonjak dahsyat. Pada akhir Januari 2012, selembar saham Apple bernilai USD 447,61 – Ini merupakan nilai saham tertinggi di dunia, melampaui ExxonMobil yang merupakan perusahaan paling berharga di dunia pada saat itu. Dan memang tidak lama kemudian, Apple mengambil alih posisinya untuk menjadi perusahaan paling berharga di dunia (yang kemudian nyaris tidak tergoyahkan selama hampir satu dekade sebelum disalip oleh Microsoft pada tahun 2018).
Sir Jony Ive
Tahun 2012 menjadi salah satu tahun dengan momen terpenting lain bagi Jony Ive, karena pada tahun itu, dia menerima penganugerahan gelar Knight Commander of the British Empire (KBE) atas segala prestasinya dalam bidang desain dan pengaruhnya dalam bisnis yang mengharumkan nama Inggris. Ini sebenarnya kedua kalinya dia masuk daftar kehormatan penerima gelar, karena pada tahun 2005, Jony Ive sudah dianugerahi gelar Commander of the British Empire (CBE). Namun dengan gelar barunya ini, Jony Ive berhak menyandang sebutan ‘Sir Jonathan Ive’.
Jony menggambarkan bahwa kehormatan ini menjadikannya merinding. Dia merasa sangat bersyukur dan terhormat menerimanya. Phil Gray, boss pertama Jony Ive di Robert Weavers Group bertemu dengan Jony pada acara Olimpiade Musim Panas di London tahun 2012, lalu menanyakan kesannya mengenai gelar kebangsawanan tersebut, “Ketika saya menanyakan Sir Jony, seperti apa rasanya menerima gelar kesatria dalam kehidupan sehari-harinya, dia menjawab kalau di San Francisco, tidak ada yang peduli akan hal itu. Namun di Inggris sini, rasanya seperti beban besar. Orang-orang selalu memandang dan mengharapkan dirinya sebagai ‘perwakilan Inggris’ dalam hal tutur kata dan tingkah laku,”
Salah satu yang sedikit menjadikannya sedih adalah, dia bukan lagi orang biasa jika sedang pulang ke Inggris. Terkadang dia malu sendiri ketika orang-orang menyapanya dengan gelar lengkap sebagai ‘Sir’ ketika sedang berada di Inggris.
Setelah tiadanya Steve Jobs, Jony Ive masih tetap orang sibuk di Apple. Tim Cook menggambarkannya sebagai ‘orang yang bertanggung jawab menentukan arah hardware Apple di masa mendatang’. Pada tahun 2019, Jony Ive memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya di Apple dan kini bekerja sebagai desainer lepas, dengan Apple sebagai salah satu kliennya. Namun hingga sekarang, tak bisa dipungkiri bahwa dengan segala pengaruhnya yang kuat terhadap sebagian besar produk Apple, Jony Ive selamanya adalah sosok VIP di Apple.
Referensi:
Kahney, Leander. (2013). Jony Ive: The Genius Behind Apple’s Greatest Products. Amazon.
Arlidge, John. (2014). Jonathan Ive, Designs Tomorrow. Time
Griggs, Brandon, and Leopold, Todd. (2013). How iTunes changed music and the world. CNN
Rosoff, Matt. (2015). Jony Ive carried a resignation letter in his pocket the first time he met Steve Jobs. Business Insider
Phelan, David. (2018). Jony Ive Interview: Apple Design Guru on How He Created the New iPad and The Philosophy Behind It. Independent.
Rossignol, Joe. (2019). iBook Turns 20: Watch Steve Jobs Unveil the World’s First Notebook with Wireless Internet. Macrumors