Kisah Silicon Valley #140 – Manajemen Baru ala Samsung

Lee Byung-Chul via Koreaspot

Di bawah kepemimpinan Lee Byung-Chul, Samsung merupakan sebuah perusahaan terpusat, yang secara langsung akan melaksanakan apa saja yang diinginkan Lee Byung-Chul. Samsung memang perusahaan terbesar di Korea Selatan, tapi banyak kesaksian bahwa sikap militeristik dalam budaya perusahaan tersebut (di bawah kepemimpinan Bung-Chul) lebih mengesankan kultur Korea Utara, bahkan sampai hal motivasi kerja. Para manajer akan berteriak kepada para pekerja “Di mana semangat bertarung kalian!” – dengan demikian dia mengharapkan para pekerja untuk bekerja lebih keras, mirip dengan komandan-komandan Korea Utara saat memerintahkan pasukannya bertempur.

Namun bagaimanapun juga, Korea Selatan sangat mengistimewakan Samsung (dan perusahaan milik chaebol lainnya, seperti Hyundai). Bahkan Amerika Serikat yang besar pengaruhnya di Korea Selatan, tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu perusahaannya, sementara Samsung menikmati hak istimewa di Korea Selatan. Keluarga utama Samsung bisa melakukan tindak kriminal dan dimaafkan begitu saja di Korea Selatan saat itu, termasuk Lee Kun-Hee yang pernah dua kali tercatat terlibat dalam dua kasus besar.

Pergantian Kekuasaan Penting

Lee Kun-Hee dan istri. [email protected]

Lee Byung-Chul tidak dikenal sebagai orang yang religius sepanjang hidupnya. Tapi pada usia tujuh puluh delapan tahun, salah satu chaebol pertama Korea hanya dapat terbaring di tempat tidurnya dan memanggil seorang pendeta Katolik untuk menanyakan banyak sekali masalah eksistensi hidup. “Jika Tuhan mencintai manusia, mengapa tetap ada rasa sakit, kesedihan, dan kematian?” – Demikian salah satu pertanyaannya kepada sang pendeta. Tidak disebutkan apakah Lee Byung-Chul mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ini. Pendiri Samsung ini meninggal dunia pada pukul 17.05, 18 November 1987.

Dua pulih lima menit setelah beliau meninggalkan dunia, tiga puluh tujuh presiden perusahaan afiliasi Samsung berkumpul di markas besar Samsung Group. Mereka secara bulat memilih Lee Kun-Hee, putra ketiga Lee Byung-Chul yang saat itu berusia empat puluh lima tahun sebagai chairman mereka selanjutnya. Media lebih sering menulis Lee Kun-Hee sebagai Lee II. Sebenarnya penunjukan ini sifatnya bukan demokratis, karena Lee Byung-Chul pada tahun 1976 sudah meninggalkan wasiat kepada Samsung Group bahwa jika ada sesuatu terjadi pada dirinya, maka Lee Kun-Hee harus ditunjuk sebagai penerus untuk memimpin Samsung Group. Seperti yang diketahui, karena memang Samsung dimiliki secara tunggal oleh Lee Byung-Chul dan keluarganya, maka seluruh ucapan pendiri Samsung ini adalah mutlak adanya.

Pembagian lima perusahaan penting Samsung via Forbes

Sebagai chairman baru, Lee Kun-Hee berupaya bertindak adil kepada anggota keluarga yang lain. Dia menyatakan akan memegang kendali atas perusahaan utama Samsung, yaitu Samsung Electronics. Dia menyerahkan kendali Cheil Jedang (CJ – perusahaan produsen makanan dan snack milik Samsung), kepada putra tertua Lee Byung-Chul, Lee Maeng-Hee. Perusahaan VHS milik Samsung, Saehan, kepada putra kedua, Lee Chang-Hee. Sementara itu perusahaan kertas dan kimia milik Samsung, Jeonju (kini disebut Hansol), diserahkan kepada putri tertua, Lee In-Hee. Terakhir, rantai department store milik Samsung, Shinsegae, diserahkan kepada putri termuda Lee Byung-Chul, Lee Myung-Hee. Lima perusahaan ini bukan perusahaan biasa, tapi perusahaan yang bersentuhan dengan hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Korea Selatan dan besar pengaruhnya terhadap perekonomian Korea Selatan.

“Julukan saya adalah ‘si pendiam’,” Demikian diakui chairman baru Samsung, Lee Kun-Hee. “Di rumah, saya biasa dikenal sebagai orang yang tidak pernah bersenang-senang.” Chairman Lee II menceritakan bahwa sebenarnya dia ingin menjadi sutradara film atau memiliki perusahaan produksi film. Tapi ayahnya jelas tidak mengizinkannya karena menganggapnya memiliki potensi paling baik untuk meneruskan tahtanya. Chairman Lee II lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk merenung. Seringkali dia menolak telepon dari eksekutif lain jika sedang berada di rumah. Di waktu luang, dia lebih memilih menonton film-film yang menarik minatnya, umumnya adalah film dokumenter alam liar dari NatGeo, atau film-film yang memenangkan penghargaan. Namun jangan salah, Lee II tidak main-main dalam menjalankan Samsung!

“Dia adalah orang yang betah memikirkan satu permasalahan selama berjam-jam, bahkan bisa berhari-hari atau bertahun-tahun jika diperlukan,” demikian pengakuan Hwang Young, bankir utama yang bertugas memberikan nasihat keuangan kepada Chairman Lee II.

Satu setengah tahun pertama menjabat sebagai Chairman, Lee Kun-Hee hampir tidak pernah datang untuk ‘ngantor’. Namun dia mulai rajin hadir di markas besar Samsung sejak awal tahun 1990. Chairman baru ini mulai memaparkan pemikiran-pemikirannya yang mengubah arah Samsung pada saat itu. Utamanya, Lee II meyakini bahwa meskipun Samsung merupakan kekuatan utama di Korea, namun tidak pernah berbicara banyak di tingkat dunia. Lee Kun-Hee mulai menyusun misi untuk menjadikan Samsung sebagai kekuatan besar di tingkat dunia. “Dari musim panas 1992 hingga musim dingin, saya menderita insomnia,” tulis Lee Kun-Hee dalam biografinya. “Saya merasa putus asa karena Samsung seakan tidak bisa mencapai standar yang saya inginkan. Saya tidak pernah tidur lebih dari empat jam dalam masa itu. Saya hanya makan bulgogi tiga porsi sehari sehingga saya kehilangan berat badan sampai 10 kilogram hanya dalam beberapa bulan.” Namun nampaknya usai masa itu, Lee Kun-Hee mampu menemukan apa yang salah pada Samsung serta bagaimana menghadapinya.

Menggaungkan Nama Samsung di Tingkat Dunia

Century Plaza Hotel, Los Angeles

Pada Februari 1993, Chairman Lee II mengumpulkan eksekutifnya untuk melakukan konferensi di Century Plaza Hotel, Los Angeles. “Kalian harus lihat sendiri alasan kenapa produk kita dianggap sampah di pasar Amerika,” ujar sang Chairman. Mereka berkeliling department store yang menjual produk-produk Samsung. Chairman Lee II menunjuk-nunjuk ke arah produk yang dijual dan mengungkapkan betapa buruknya kualitasnya. Ini alasannya kenapa produk televisi Jepang sangat populer di pasar Amerika, namun produk Samsung nyaris tidak terjual di sana. “Produk-produk ini tidak layak menyandang nama Samsung! Kalian harus melakukan perubahan.” Para eksekutif dengan gugup menjanjikan perubahan.

Namun setelah berbulan-bulan, tidak kunjung ada peningkatan dalam laporan pemasaran produk Samsung. Di Korea, para eksekutif melaporkan bahwa pasar Amerika memang ‘tidak menyukai’ produk Samsung tersebut. Ini menjadikan Lee Kun-Hee kesal, namun dia memutuskan untuk tidak melakukan konfrontasi langsung seperti sebelumnya. Diam-diam, Chairman Samsung ini mengatur pertemuan dengan Tameo Fukuda, desainer yang sudah bekerja sama dengan Samsung selama tiga tahun belakangan dan berperan besar bagi kemajuan teknologi dan pemasaran produk Samsung di Asia. Pertemuan mereka bahkan dikabarkan seperti pertemuan dua orang teman baik. Lee Kun-Hee menghabiskan waktu semalaman di Lounge Hotel Okura untuk membahas tentang desain produk-produk Samsung yang dikerjakan Fukuda. Dari sini Lee II sadar, ternyata manajer-manajer Samsung telah mengabaikan saran-saran Fukuda terkait manufaktur. Desain dari Fukuda memang terlihat bagus, modern, dan tepat seperti yang diinginkan Samsung, akan tetapi saat di tahap produksi, manajer Samsung tidak menggunakan bahan-bahan yang disarankan oleh Fukuda untuk menekan biaya. Inilah yang menjadikan produk Samsung terkesan ringkih dan murahan, dan sebagus apa pun modelnya, tentu saja akan membuat kapok pengguna karena tidak menjalankan fungsi sebagaimana yang diinginkan. Misalnya dalam satu kasus, komponen produk microwave Samsung tidak ditata dengan rapi sebagaimana keinginan Fukuda dan diluluskan begitu saja saat Quality Assessment. Ini menjadikan microwave tersebut hanya bertahan beberapa hari saat dipakai. Tentu saja rumor tentang buruknya kualitas peralatan elektronik Samsung menyebar pesat di Amerika.

Dalam kesempatan itu juga Fukuda memohon diberikan mandat untuk bekerja langsung dengan engineer yang mengolah produk-produk Samsung untuk memastikan rancangannya digunakan sebagaimana mestinya. Bahkan dia bersedia mempertanggungjawabkan kegagalan apabila dengan upaya ini juga Samsung tidak bisa meningkatkan penjualan produk-produknya. “Bentuk luar memang sangat penting, ini sudah dilaksanakan dengan baik oleh bagian produksi,” ungkap Fukuda. “Tapi desain bagian dalam produk juga penting. Ini membentuk aktivitas produk tersebut dan memberikan nilai terhadap fungsionalitasnya. Desain yang saya kerjakan bukan hanya ingin menjadikan produk yang dibuat cantik, tapi juga berfungsi.”

Lee II meninggalkan hotel pada pukul 5 pagi dengan menyampaikan terima kasih yang sangat besar pada Fukuda. Dia juga menjanjikan untuk menjadikan Fukuda bisa terlibat langsung dalam produksi Samsung seperti yang diinginkannya. Lee Kun-Hee bahkan tidak dapat menahan gejolak hatinya sehingga ketika baru saja naik ke pesawat, dia langsung menelepon dan meminta perusahaan untuk mengumpulkan manajer dan orang-orang yang secara langsung terlibat dengan Fukuda dan mengabaikan saran-sarannya. Bahkan dia minta dikirimkan sampel-sampel produk Samsung seperti mesin cuci untuk dibawa ke ruang rapat.

Ketika sampai di ruang rapat, belum sempat para manajer Samsung Electronics menyampaikan hormat dan menyambutnya dengan formal, Lee Kun-Hee sudah meledak. Dia menunjuk-nunjuk dan membanting pintu mesin cuci yang dibawa ke ruang rapat, terlihat bahwa plastik yang merupakan materi penutup mesin cuci itu langsung rusak. Lee Kun-Hee mempertanyakan kenapa kualitas seburuk ini bisa lolos dari quality assessment. setelah puas membentak-bentak semua orang dalam ruangan, Lee II mengangkat telepon dan minta dihubungkan dengan eksekutif yang merupakan atasan dari para manajer ini. Dia membentak-bentak sang eksekutif selama hampir satu jam penuh dan meminta agar jangan sampai produk semacam ini dijual lagi oleh Samsung.

Peristiwa yang terjadi sekitar empat jam itu terekam oleh kamera keamanan yang berada di ruang rapat. Sejak saat itu, setiap tahun Samsung Electronics akan mengumpulkan manajer dan eksekutifnya di ruang rapat untuk menonton rekaman Lee Kun-Hee yang memarahi orang-orang yang bertanggung jawab atas buruknya kontrol produksi di Samsung sebagai pengingat agar mereka jangan sampai melakukan kesalahan ini lagi.

Perubahan Besar Manajemen Samsung

Frankfurt Declaration Samsung

Amarah Chairman Lee II ini menandai perubahan besar-besaran dalam manajemen Samsung. Lee Kun-Hee kemudian meminta Hwang Young, penasihat keuangannya, untuk mencatat kata-katanya, kemudian mengolahnya bersama para ahli manajemen untuk merumuskan filosofi perusahaan yang diinginkannya. Hwang Young bekerja keras selama berminggu-minggu untuk mewujudkan hal ini. Hasilnya, Samsung kemudian mulai mengedarkan buku untuk kalangan internalnya yang berjudul “Perubahan dimulai dengan Diri Saya: Manajemen Baru Samsung“. Buku ini juga menjadi materi utama yang diberikan kepada rekrutan baru Samsung untuk dipelajari, agar mereka dapat menerjemahkan keinginan sang Chairman. Kantor-kantor Samsung juga mulai menggantung kutipan-kutipan pidato Lee Kun-Hee untuk mengingatkan mereka setiap saat mengenai visi pimpinan Samsung ini.

Beberapa kutipan tersebut adalah:

  • “Mengabaikan pengembangan bakat adalah dosa” (Februari 1989)
  • “Di masa mendatang, satu orang akan memberi makan lebih dari ribuan orang.” (Juni 1993)
  • ” Ubah segalanya yang bisa kau ubah, kecuali istri dan anakmu,”

Filosofi Chairman Lee II juga dituangkan dalam lima poin yang selalu diulang-ulang pada para karyawan Samsung.

  • Kembangkan paranoia yang sehat dan hilangkan sifat berpuas diri untuk bertahan di industri teknologi yang dingin dan kejam
  • Rasakan kemunculan krisis dan temukan peluang dalam krisis
  • Pentingnya kontrol terhadap kualitas dan kurangi hal yang sia-sia
  • Sumber daya manusia, bakat, dan pelatihan, adalah pilar tenaga kerja yang kuat
  • Membangun budaya korporat yang fleksibel, mengarah ke jangka panjang secara global adalah sesuatu yang urgen

Hanya itu? Samsung melakukan lebih banyak untuk ‘menanamkan’ ideologinya. Mereka juga mencetak komik yang berjudul “Mari Kita Ubah Diri Kita Terlebih Dahulu: Sebuah Komik Tentang Kisah Manajemen Baru Samsung“. Chairman Lee II dalam pidato-pidatonya bahkan juag menyinggung nasionalisme terhadap Korea Selatan, seperti “Betapa buruknya menjadi negara yang secara ekonomi tertinggal dari negara lain,” – dalam upayanya untuk meyakinkan para karyawan bahwa mendukung Samsung sepenuhnya, berarti juga memajukan Korea Selatan! Propaganda internal Samsung ini bahkan mirip sebuah negara tersendiri yang diperintah secara monarkis atau sistem diktator.

Dalam hari-hari tertentu, Chairman Lee II bahkan juga meninjau para pekerja pabrik dan engineer. Semua orang diwajibkan mengenakan ikat kepala yang bertuliskan moto baru mereka “KUALITAS ADALAH YANG UTAMA”. Di pintu masuk, para pekerja juga disambut oleh Banner besar membentang yang bertuliskan “KUALITAS ADALAH HARGA DIRI SAYA”. Keinginan Chairman Lee II untuk mengutamakan kualitas ini adalah sebagai akibat bincang-bincangnya dengan Fukuda beberapa waktu yang lalu.

Konon ada sebuah cerita, ketika makan malam, Chairman Lee II mengajak para eksekutif untuk memberikan saran terhadap apa yang dilakukannya dan visinya terhadap Samsung yang mengutamakan kualitas. Salah seorang dari eksekutif tersebut takut-takut menyampaikan pendapatnya, “Pak, maaf. Menurut saya kualitas memang penting, tapi kuantitas juga penting. Kita perlu menjaganya beriringan seperti dua sisi mata uang.” Chairman Lee II langsung melemparkan garpu yang dipegangnya ke arah eksekutif itu dan mengamuk. Dengan penuh amarah, dia juga keluar ruangan. Eksekutif tersebut esoknya tidak lagi menjabat, dan semua eksekutif lain tidak ada lagi yang berani membantah soal “utamakan kualitas” yang diinginkan Chairman Lee Kun-Hee


Manajemen baru ala Samsung ini kemudian menghasilkan banyak perbaikan di perusahaan dan perlahan tapi pasti, nama Samsung mulai diperbincangkan dunia sebagai pemasok peralatan elektronik terkemuka.

Referensi

Cain, Geofrey. (2020). Samsung Rising. The Inside Story of the South Korean Giant That Set Out to Beat Apple and Conquer Tech. Currency, New York.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation