“Saya ingat sempat bertanya-tanya: bagaimana mereka bisa begitu bagus?” Steve Jurvetson, seorang investor Estonia mengungkapkan kepada wartawan. “Bagaimana sebuah kelompok kecil dapat melakukan begitu banyak hal, begitu cepat, dibandingkan dengan upaya pengembangan misalnya, Microsoft? Saya awalnya punya kesan bahwa komputer dari negara-negara bekas jajahan Soviet sangat kuno, sehingga Anda harus tahu cara untuk benar-benar melakukan pemrograman secara efektif, elegan menata kode pemrograman agar ketat, efektif, dan cepat. Tidak seperti lingkungan pemrograman Microsoft yang sangat malas.”
Pendapat Steve Jurvetson ini seakan mewakili pendapat banyak orang (utamanya para investor yang tertarik pada Skype) tentang kelompok yang mengembangkan Skype. Jurvetson termasuk yang paling depan dalam membiayai Skype (dan juga salah satu yang menerima profit paling besar). Kini dia masih aktif menjadi angel investor bagi perusahaan-perusahaan potensial di Silicon Valley. Salah satu yang merasakan tangan dingin Jurvetson sekarang adalah Elon Musk. Ya, Jurventson mendanai hampir semua proyek yang ingin dikerjakan Musk!
Jika investor sekelas Jurvetson tertarik pada Skype, maka potensi startup ini hampir dapat dipastikan luar biasa menguntungkan. Dan memang benar. Pada akhirnya, dari USD 8 juta yang ditanamkannya pada Skype, perusahaan Jurvetson menangguk untung hingga lebih dari USD 300 juta hanya dalam waktu kurang dari dua tahun!
Taman Bermain
Hingga tahun 2005, Skype beroperasi dengan santai. Jaringan orang-orang yang dalam banyak hal bebas datang dan pergi sesukanya, bekerja di sana sebagai konsultan dan berhubungan dengan berbagai hal yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Jika seseorang memiliki ide, maka teman-temannya akan sekuat tenaga mewujudkannya lewat program. Sungguh santai tapi saling mendukung. Jadi dalam banyak kejadian, seringkali ketiga pagi hari seseorang datang ke kantor dengan sebuah ide tentang fitur baru, maka malamnya, fitur itu sudah jadi, dan sudah digunakan oleh kurang lebih 10 ribu orang pengguna!
Saat menyusun daftar harga untuk fitur Skype Out (menelepon dengan Skype), mereka tidak repot-repot melakukan penelitian pasar dan hanya menyusunnya satu malam, menggunakan Excel!
Setiap minggu ada lima hingga sepuluh karyawan baru bergabung dengan perusahaan. Prosedur penyaringan sangat sederhana. Lulus tes? Kamu diterima! Dalam negosiasi gaji, Skype agak pelit. Dimulai dengan gaji standar yang rendah, Skype berupaya meyakinkan calon karyawannya bahwa mereka akan mendapatkan upah lebih baik jika kontribusinya terlihat.
Eileen Burbidge, seorang karyawan Yahoo, merasa kagum pada budaya ‘kerja santai tapi fokus’ ala Skype. Dia mengundurkan diri dari Yahoo, lalu melamar di Skype. Bahkan Burbidge saat diwawancara menyatakan bersedia dibayar berapa saja asal bisa bergabung. Lucunya, karena kesalahan administrasi, Burbidge baru mendapatkan gajinya setelah 8 bulan (Setelah itu baru rutin tiap bulan). Meskipun telat, jumlahnya berlebih karena manajemen Skype merasa bersalah atas kesalahan tersebut. Burbidge sendiri tidak peduli karena dia benar-benar senang bekerja di Skype. Dia menyebutnya “saat-saat terindah dalam hidup”.
“Di hari pertama belajar, saya baru saja menyelesaikan kontrak dan persyaratan dengan Niklas,” cerita Burbidge. “Tidak ada seorang pun dari kami yang khawatir dan membahas masalah uang pada saat itu. Kami berdua sama-sama tidak sabar untuk memulai dan bekerja. Salah saya sendiri tidak mengeluhkan ‘kesalahan administrasi’ ini selama berbulan-bulan”
Seperti halnya Jurvetson, Burbidge menyatakan bahwa tim Estonia ini bekerja ‘secepat kilat’. “Baru saja keluar dari Silicon Valley selama 11 tahun, saya sangat terkesan dan kagum oleh para pemimpin teknis yang kelihatannya tidak memiliki ego sama sekali, tidak peduli akan gelar, tidak peduli akan peran atau main perintah, semuanya gila-gilaan dalam komitmen untuk melihat ‘proyek diselesaikan’ sehingga perusahaan sukses,” kisah Burbidge. “Mereka memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin yang belum pernah saya saksikan sebelumnya.”
“Contoh sederhana budaya Skype yang cepat ini, saya biasa menggunakan ‘adat Amerika’, sehingga tiap kali ingin bertanya, saya akan lebih dulu mengucapkan ‘apa kabar’, diikuti ‘bisa saya bertanya’ – Tapi Toivo tidak menyukai tata krama ribet semacam ini dan mengatakan kepada saya: ‘Langsung tanya saja'” Burbidge terkekeh mengenang pengalamannya bekerja di Skype.
eBay Menawar Skype
Skype tumbuh dengan cepat. Pada musim panas 2005, Jaan Tallinn berada di London sedang menghadiri undangan dari eBay. Toko internet ini juga sedang berkembang pesat pada tahun tersebut. Tallinn saat itu dikelilingi oleh para eksekutif dan pemegang saham utama eBay, dan salah seorang dari mereka secara bercanda berkata, “Hey Jaan, apakah kau akan menjual Skype?” Tallinn menjawab, “Ya, dan aku akan membawa kopor besar agar membawa banyak uang pulang.”
Tak diduga pembicaraan itu berubah serius.
Berita bahwa Skype dijual ke eBay meledak pada bulan September 2005. Masih berupa rumor, tapi dikatakan bahwa Skype akan dibeli senilai USD 2,6 miliar. Masing-masing programmer awal Skype menerima USD 42 juta sementara Friis dan Zennstrom menerima sepuluh kali lipatnya. Begitulah kabar yang beredar.
Ross Mayfield, seorang penasihat keuangan bagi Presiden Estonia, mengunjungi kantor Tallinn setelah mendengar kabar tersebut, dan terkejut saat melihat para karyawan bekerja seperti biasa. Tidak ada perayaan berlebihan. “Di Silicon Valley, semua orang akan merayakan ‘rencana penjualan’ dan menghitung uang yang mereka peroleh. Tapi tim inti Skype ini tetap bekerja dengan penuh fokus dan tetap setia dengan tujuannya.”
Jurvetson, investor perusahaan tidak menyetujui penjualan dan mengatakan bahwa seharusnya Skype bertumbuh dulu agar nilainya terus meningkat. Jaan Tallinn berupaya menenangkan investor besar Skype tersebut, “Kami terus mendapatkan tawaran kok. Bahkan setiap tawaran baru lebih besar dari sebelumnya.” Ada ketakutan bahwa Skype mungkin akan kesulitan menahan rencana pembelian tersebut karena MSN dan Yahoo sudah mulai menancapkan kukunya. Di tahun yang sama, Google meluncurkan Google Talk untuk menyaingi Skype. Ini merupakan tantangan besar karena telepon adalah satu-satunya sumber pendapatan Skype.
“Kami tahu risiko semakin besar. Jika kami ‘tersalip’ oleh layanan lain yang memiliki fungsi sama, nilai kami akan jatuh. Sedangkan saat ini penawaran yang masuk benar-benar menggiurkan. Dan kami menyaksikan untuk pertama kalinya, pertumbuhan pengguna kami mulai berkurang karena tekanan pesaing. Ini cukup menakutkan” Ujar Zennstrom dalam sebuah wawancara. “Tahun ini, kami menyaksikan Yahoo, AOL, Microsoft, dan Google, masuk ke pasar kami. Sangat tidak mungkin bagi kami untuk terus menerus menjadi yang terbesar. Ada peluang kami akan dihancurkan oleh salah satu dari mereka.
Microsoft Melangkah Masuk
eBay mungkin salah satu raksasa teknologi yang paling serius menginginkan Skype. Namun mereka tak berdaya saat Redmond dengan kekuatan raksasanya langsung masuk dan membeli Skype sebesar USD 8,5 miliar! Tidak ada perusahaan lain di muka bumi yang pada saat itu bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah tersebut untuk Skype. Zennstrom dan Friis menyerah. Mereka melepas Skype dengan sebuah perjanjian yang rumit, termasuk opsi kepemilikan yang membuat mereka tetap memiliki kontrol atas Skype.
Nyaris semua orang meramalkan bahwa Skype akan ‘membusuk’ di tangan Microsoft. Jurvetson sangat marah saat Tallinn meneleponnya tentang deal dengan Microsoft. Dia bukan mempermasalahkan jumlah uang (karena tentu saja dia menerima bagian yang besar juga), melainkan reputasi Microsoft yang sering ‘merusak’ startup yang mereka beli sendiri. “Saya tidak akan kaget jika Microsoft mengacaukan Skype. Mereka mengacaukan hampir apa saja!” Ujar Jurvetson bersungut-sungut. “Dimiliki oleh sebuah perusahaan besar juga negatif bagi Skype. Multinasional raksasa, seperti eBay atau Microsoft, perlu mengakomodasi mitra bisnis dan pemerintah di seluruh dunia. Ini akan mencegah Skype tumbuh secara agresif karena akan mengancam pemerintah atau bisnis di banyak belahan bumi. Misalnya, Skype akan ditekan oleh operator lokal karena pendapatan mereka terancam oleh kehadiran Skype!”
Bertahun-tahun berlalu sejak pembelian tersebut, dan untunglah tidak seperti ramalan banyak orang, Skype tidak membusuk. Aplikasi ini masih menjadi pengalaman integral dalam mesin Windows, bahkan banyak OS lain. Hanya saja, pengguna sering dibikin kesal oleh sistem trial and error yang dilakukan Microsoft dalam mengembangkan Skype. Visi Skype yang luar biasa dalam hal ‘telepon gratis’ mengilhami banyak startup untuk bertarung di bidang yang sama. Facebook, Whatsapp, Messenger, BlackBerry, LINE, adalah sedikit di antaranya. Kekuasaan Skype memang tidak dominan seperti dulu, akan tetapi masih tetap kuat di kalangan Enterprise, yang mana Skype nyaris tak tergoyahkan sebagai ‘pemain utama’ untuk aplikasi telepon internet, video call, teleconference, dan bahkan berbagi desktop yang mudah dan mulus. Mereka tetap jawara di bidang telekomunikasi, hanya saja fungsinya bergeser. Jika dulu Skype adalah penghubung antar keluarga yang terpisah oleh jarak dan waktu, kini Skype lebih banyak digunakan di dunia bisnis, utamanya dalam kordinasi antar karyawan dan rekanan bisnis.
Zennstrom, pencetus awal Skype bahkan optimis pada perkembangan program yang populer di seluruh dunia ini, “Fakta bahwa mereka (Microsoft) menutup MSN Messenger, menyiratkan bahwa mereka berkomitmen terhadap Skype, yang mana merupakan salah satu merek terkuat di portofolio mereka.”
Referensi
Aman. (2011). Skype – The Success Story! [Infographic]. Technolism
Angelov, Bojan. Skype: Leading the VOIP Revolution. Case Study. Polytechnic University.
Jacob, Jijo. (2011). The rise and growth of Skype: A Baltic success saga. ibtimes.
Manzoor, Sarfraz. (2010). Why Skype has conquered the world. The Guardian.
Tanavsuu, Toivo. (2013). “How can they be so good”: Strange story of Skype. Arstechnica.