Microsoft di satu sisi mencoba untuk mengambil alih peringkat nomor satu dari Apple. Apple memberikan nyaris seluruh energinya untuk iPhone, sementara ponsel hanya satu di antara 40 hal yang dilakukan Microsoft. Bahkan dalam jangka waktu yang panjang, divisi ponsel tidak masuk dalam 5 prioritas teratas Microsoft. Sesuai pangsa pasar produk Microsoft, perhatian utama diperuntukkan bagi Windows, Office, Layanan, dan Server. Ini bukan hal yang salah, tapi inilah kenyataannya.
Di sisi yang lain, Microsoft mencoba bersaing dengan Android – Dengan kekuatan Google, Samsung, dan seluruh komunitas open source di belakangnya. Bahkan meskipun Google menjual Android sebagai perangkat lunak pribadi tanpa mitra lain, Microsoft tetap akan kesulitan karena Google memiliki banyak layanan yang powerful (pencarian, peta, email) yang sebanding dengan layanan milik Microsoft, yang bahkan kebanyakan tertinggal di belakang Google.
Demikian jawaban Balaji Visnawathan, seorang Engineer Microsoft dalam sebuah pertanyaan di Quora tentang apa sebenarnya yang menjadikan Windows Phone kesulitan untuk meningkatkan pangsa pasar serta bersaing dengan iOS dan Android sebagai OS yang paling banyak digunakan di dunia. Visnawathan mengungkap kenyataan pahit yang akhirnya menyadarkan banyak orang bahwa OS ini jelas tidak akan menjadi nomor satu, karena memang Microsoft sendiri tidak pernah memperlakukannya sebagai nomor satu!
Windows 10 Mobile Menggelinding ke Bawah
Pada tahun 2015, perlahan tapi pasti pasar smartphone menuju ke arah duopoly dengan Android / iOS sebagai OS yang digunakan oleh masyarakat di dunia. BlackBerry sempat bertahan dengan BB OS10, namun tidak banyak perangkat terjual dan OS tersebut semakin tidak relevan. Sementara itu Redmond mengonfirmasi adanya ‘sedikit kenaikan’ dari pangsa pasar Windows 10 Mobile. OS ini mengklaim 2,5% pangsa pasar OS smartphone di seluruh dunia. Jumlah ini cukup signifikan bagi Microsoft, meskipun tidak melebihi capaian terbaik mereka pada tahun 2013, yaitu 3%.
CEO Microsoft, Satya Nadella juga melakukan kebijakan tidak populer untuk menyelamatkan keuangan Microsoft. Nadella memutuskan untuk ‘merumahkan’ 7800 pekerja Nokia dan memfokuskan produksi pada sedikit perangkat saja. Keputusan ini tentu saja dikecam oleh Pemerintah Finlandia. Pengaruh Nokia sangat besar di Finlandia sehingga tindakan Microsoft tersebut dianggap menghina negara dingin tersebut. Namun raksasa software ini tidak bergeming dan tetap melaksanakan apa yang telah mereka putuskan.
Sayangnya, rilis Lumia 950 yang dianggap sebagai representasi Windows 10 Mobile terasa sedikit terlambat. Meskipun begitu, Microsoft berhasil meyakinkan publik dengan strategi One OS-nya yang segera menjadi pembicaraan di mana-mana. Publik mulai percaya bahwa strategi ini, beserta deretan perangkat menakjubkan yang diumumkan Microsoft akan segera menjadi kunci kebangkitan Redmond. Blog-blog teknologi dipenuhi ulasan positif yang bernada keyakinan bahwa Windows 10 Mobile akan segera meraih puncak kejayaannya. CEO baru Microsoft, Satya Nadella, juga tampaknya melakukan upaya yang maksimal untuk menyeimbangkan neraca keuangan Microsoft, seraya mendukung Windows 10 Mobile.
Uniknya, Microsoft sendiri melakukan hal yang bersifat paradoks, justru setelah menyelesaikan masalah keuangan yang ditimbulkan akibat akuisisi Divisi Ponsel dan Layanan Nokia. Meskipun memamerkan integrasi Windows 10 Mobile sebagai bagian dari ekosistem Windows 10 secara keseluruhan di acara Build 2016, namun Microsoft semakin gencar mengembangkan aplikasi milik Microsoft agar mudah diakses secara multi-platform. Aplikasi seperti Office 365, Skype, dan Cortana kini lebih mudah diakses tanpa memandang platform yang digunakan. Die hard fans Windows 10 Mobile banyak yang merasa tersinggung karena semakin banyak aplikasi buatan Microsoft yang justru secara eksklusif dikembangkan untuk platform lain alih-alih Windows 10 Mobile yang sedang ‘berjuang’ untuk mendapatkan pangsa pasar yang signifikan. Publik mulai menduga bahwa Nadella sudah bermain dua kaki. Di luaran dia menyatakan bahwa dia mendukung Windows 10 Mobile, namun diam-diam sedang merencanakan sesuatu yang lain!
Nokia Perlahan Lepas dari Microsoft
Perjanjian antara Nokia dan Microsoft lama-kelamaan menjadi beban. Nokia jelas memiliki ambisi besar untuk kembali ke pasar mobile. Hambatan mereka hanya satu: Perjanjian dengan Microsoft. Sementara itu, Nokia menarik satu demi satu aset milik mereka. Juha Arkalahu, direktur Camera Phone Nokia/Microsoft ditarik ke proyek Ozo. Jelas ini hanya alasan Nokia untuk diam-diam mempersiapkan sesuatu yang baru. Microsoft pun merasakan tekanan Nokia dari belakang, sehingga mengambil langkah realistis dengan melepas satu demi satu aset mereka terkait Nokia, kecuali aset berupa paten dan teknologi yang memang merupakan salah satu hal yang diminati oleh Microsoft saat mengakuisisi Nokia.
Sebagai langkah pertama, Microsoft menjual aset feature phone miliknya kepada perusahaan subsidier Foxconn, HMD Global sebesar USD 350 juta. Dengan adanya pembelian ini, Nokia bersiap kembali ke pasar – dengan menggunakan namanya sendiri. Perjanjian penjualan tersebut meliputi aset feature phone mencakup merek, perangkat lunak, dan layanan, kontrak pelanggan, dan perjanjian pasokan kepada HMD Global yang merupakan perusahaan subsidier dari Foxconn. Tercakup juga dalam transaksi tersebut: 4500 karyawan Nokia yang juga akan mendapatkan peluang untuk tergabung dengan Foxconn, maupun HMD Global.
Pada saat itu, dunia masih asing dengan HMD Global. Dan memang, HMD Global adalah perusahaan yang baru didirikan. Perusahaan ini bermarkas di Helsinki, Finlandia, dan dijalankan oleh mantan eksekutif Nokia dan Microsoft, Arto Numella.
Perusahaan ini berhasil memenangkan perjanjian lisensi dengan Nokia Technologies – Unit lisensi Nokia, yang mana memberikan HMD izin untuk menggunakan merek Nokia di ponsel dan tablet ke seluruh dunia. HMD juga berhasil menandatangani perjanjian dengan FIH dan Nokia Technologies untuk mengizinkannya mendapatkan kontrol operasional penuh terhadap penjualan, marketing, dan distribusi perangkat bermerek Nokia, termasuk akses ke manufaktur FIH dan kapabilitas teknis, teknologi seluler, dan jaringan distribusi.
“Kami akan sepenuhnya berfokus pada pembuatan ponsel dan tablet bermerek Nokia yang akan diterima konsumen. Branding adalah pembeda penting dalam dunia ponsel, yang mana adalah alasan mengapa model bisnis kami berpusat pada aset unik merek Nokia dan pengalaman ekstensif kami dalam penjualan dan marketing,” demikian ungkap Arto Numella dengan penuh semangat dalam acara jumpa pers.
Tidak berapa lama kemudian, HMD Global merilis Nokia 3310 yang merupakan ponsel pertama Nokia yang dirilis di bawah naungan HMD Global!
Tahun 2016 adalah hari yang terasa lama dinantikan Nokia. Pada tahun itu, ketentuan dalam perjanjian mengizinkan mereka untuk kembali berjualan smartphone menggunakan merek Nokia. Dan saat tahun itu tiba, Nokia sudah siap! Nokia merilis Nokia 6, sementara baru di Tiongkok karena menanti rampungnya beberapa syarat yang memperbolehkan mereka melakukan rilis smartphone secara global. Nokia 6 menjadikan fans kembali bersemangat. Ponsel ini memiliki build quality khas Nokia, dengan rangka dan lapisan pelindung logam yang sangat keras, ponsel ini memiliki citra indestructible khas Nokia!
Selanjutnya, HMD Global semakin agresif merilis beberapa smartphone baru dengan merek Nokia. Semuanya menggunakan OS Android, sesuatu yang mungkin seharusnya dilakukan oleh Elop bertahun-tahun yang lalu. Karena terbukti bahwa Nokia memang masih memiliki pangsa pasar tersendiri. Hanya dalam jangka waktu satu tahun, Nokia sudah menjadi merek dengan penjualan terbanyak kelima di Eropa!
Referensi
Heisler, Yoni. (2015). Microsoft Engineer exposes the inside story: Why Windows Phone was doomed from the start. BGR.
Kharpal, Arjun. (2016). Nokia phones are back after Microsoft sells mobile assets for USD350M to Foxconn, HMD. CNBC.
Rubin, Ross. (2017). Windows Mobile leaves a legacy of failure but hope for the future. ZDNet.
Savov, Vlad. (2017). Windows Phone was a glorious failure. The Verge
Warren, Tom. (2015). The Story of Windows 10 from Inside Microsoft. The Verge