Kisah Silicon Valley #60 – Sang Pegasus dari Taiwan

via PCWorld

“Akan kuceritakan kisah nyatanya,” Jonney Shih, sang eksekutif berusia 62 tahun itu menuangkan teh di hadapan wartawan yang berkumpul untuk mendapatkan kisah menarik seputar perusahaannya. “Pada awalnya, empat orang insinyur yang mendirikan perusahaan ini, adalah karyawan saya, dan kami semua bekerja bersama Acer. Saat itu saya berwenang menangani Research & Development Acer dalam waktu yang cukup lama (12 tahun). Suatu hari di sebuah kafetaria, kami memimpikan untuk merintis sebuah perusahaan kecil yang indah. Empat orang ini memilih saya untuk memimpin mereka.”

Perusahaan yang dimulai oleh lima orang pemimpi itu kini dikenal sebagai salah satu produsen komponen dan perangkat komputer terkemuka dan paling inovatif di dunia: Asustek Computer Inc yang biasa ditulis dengan gaya huruf kapital ASUS.

 

Perjuangan Awal

ASUS 1989 via Engadget

Kelima orang pendiri awal ASUS merasakan semangat yang bergelora untuk mendirikan sebuah perusahaan rintisan baru. Tapi sebagaimana layaknya budaya Timur yang penuh rasa sungkan dan sopan santun, Jonney Shih memutuskan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada seniornya di Acer, Stan Shih (Meskipun nama keluarga mereka serupa, mereka tidak memiliki hubungan darah). Pada awalnya Stan meyakinkan Jonney untuk tetap berada di Acer. Saat itu Acer sudah mulai berkembang. Menunggangi penurunan ekonomi AS, Tiongkok mengekspor produknya dengan lebih mudah dan minim pesaing, terutama di negara-negara Asia. Namun nampaknya tekad Jonney sudah sedemikian bulat. Bahkan meskipun dia adalah yang terakhir diajak untuk mendirikan perusahaan baru, Jonney menyumbang dana untuk pendirian perusahaan baru ini hingga 60 persen! Stan Shih akhirnya menawarkan kepada Jonney bahwa dia diizinkan untuk ikut serta dalam perusahaan baru tersebut, asalkan Jonney tetap berada di Acer untuk membantunya memimpin para insinyur yang ada di Acer untuk membesarkan perusahaan tersebut. Sebuah situasi win-win yang akhirnya menjadikan Jonney Shih setuju. Dia tetap pada posisinya di Acer, namun memberikan dukungan terhadap perusahaan yang baru didirikannya, meskipun secara ‘paruh waktu’.

Perusahaan baru yang diberi nama Asustek, atau populer dengan ASUS tersebut, terinspirasi dari empat huruf terakhir kata Pegasus, kuda bersayap dari mitologi Yunani. Para pendiri ASUS menginginkan agar perusahaan ini mendapatkan semangat kreatif, kekuatan, dan kemurnian yang direfleksikan oleh kuda legendaris tersebut. Fokus awal perusahaan ini adalah motherboard. Para insinyur yang mendirikan ASUS melihat adanya peluang dalam manufaktur motherboard, mengingat rakitan yang datang dari AS atau Eropa memiliki harga tinggi. Mereka yakin dapat merancang motherboard yang berkualitas bagus namun dengan harga lebih murah. Tidak perlu menunggu lama, dalam dua tahun awal berdirinya saja, perusahaan kecil ini sudah mampu mengalahkan para pesaing lokalnya dan meluncurkan motherboard Intel 486 nyaris bersamaan dengan IBM!

Kehebatan perusahaan ini terendus oleh Intel, raksasa pembuat chip processor yang produknya digunakan nyaris di seluruh dunia. Intel begitu terkesan atas kerapian motherboard buatan ASUS ini, hingga menawarkan akses awal terhadap CPU yang sedang mereka buat. Para teknisi ASUS, hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, sudah berdiri berdampingan dengan perwakilan manufaktur motherboard lain seperti Dell, HP, dan Sony, di fasilitas laboratorium rahasia milik Intel.

Pada tahun 1992, Acer merupakan salah satu perusahaan teknologi paling terkemuka di Taiwan. Nilai sahamnya terus meroket, dan produksinya menjadi salah satu yang paling dicari di pasar. Namun ASUS mengalami krisis. Perusahaan ini mengalami masalah kualitas dan kekurangan engineer ‘generasi kedua’ yang mumpuni (dalam artian selain mereka yang terlibat ASUS sejak awal, rekrutan baru tidak begitu memuaskan).

“Saya terkejut saat mendapati laboratorium ASUS kosong, padahal itu baru sekitar 5.30 pm. Mungkin bagi perusahaan biasa itu wajar. Namun bagi startup ambisius yang ingin meraih sesuatu, ini sangat mencemaskan.” Jonney Shih mengenang masa-masa yang menjadi titik balik dalam karirnya tersebut. “Para insinyur senior bekerja jauh lebih lama dan harus berkutat dengan masalah-masalah teknis yang sepele. Padahal harusnya mereka sudah menangani masalah yang lebih besar terkait bisnis dan teknologi, dan karyawan junior seharusnya cukup meminta nasihat mereka saja, bukan meminta mereka menyelesaikan masalah.”

Sekali lagi Jonney mengajukan resign kepada Stan Shih. Dia ingin terlibat lebih total dengan ASUS, dan kali ini dia yakin Acer sudah cukup kuat untuk ditinggalkan. Kali ini Stan mengabulkan permintaan Jonney.

Segera setelah berada sepenuhnya di ASUS, Jonney Shih dengan cepat berupaya ‘mengisi’ ASUS dengan talenta-talenta kelas satu. Hal yang tidak mudah untuk sebuah perusahaan kecil. Jonney bahkan sampai menelepon secara pribadi lulusan-lulusan Universitas terbaik di Taiwan untuk bersedia bekerja di ASUS. Saat itu tidak banyak yang bisa dia tawarkan kecuali sebuah impian dan ambisi untuk membesarkan sebuah perusahaan teknologi yang penuh potensi. Mungkin ini salah satu dari kunci keberhasilan ASUS dalam mengakuisisi para anak muda potensial tersebut. Kebanyakan yang ditelepon langsung oleh Jonney Shih merasa bangga dan ‘diinginkan’ oleh seseorang dengan kaliber seperti Jonney, kemudian akhirnya bergabung dengan ASUS. Dalam wawancara, karyawan yang ditelepon langsung oleh Jonney ini menyatakan bahwa “Jonney Shih adalah legenda hidup” – Mereka sudah mengagumi Jonney bahkan saat dia mengadakan workshop di universitas-universitas, sebagian besar bertemakan sains dan teknologi, dan tentu saja merasa sangat terhormat diajak bekerja di bawah bimbingan sang legenda tersebut.

 

Produk-Produk ASUS mendunia

via Tech Patrol

Selama beberapa dekade bisnis, Asus memiliki berbagai rentang produk yang sangat luas. Tak terhitung berbagai tipe motherboard yang dibuat oleh ASUS. Perusahaan teknologi Taiwan ini juga memproduksi berbagai rentang perangkat teknologi mulai dari kartu grafis, notebook, dan banyak lagi. Salah satu inovasi yang ikonik dari ASUS adalah dalam hal perangkat mobile. ASUS memproduksi Eee PC, sebuah komputer portabel dengan ukuran yang lebih kecil secara fisik, dan populer dengan sebutan “netbook”.

via Notebookcheck

Dalam perkembangannya, netbook menjadi istilah yang populer dan sejak Eee PC diperkenalkan pada tahun 2007, banyak perusahaan lain yang mengikuti jejak ASUS untuk memproduksi perangkat yang serupa.

ASUS juga lihai mengendus peluang dalam makin populernya game PC. Pada tahun 2006, ASUS memperkenalkan rangkaian produk motherboard Republic of Gamers” yang secara khusus ditujukan untuk pemain game komputer. Lini motherboard khusus tersebut mendukung konfigurasi multi-GPU, soundcard SupremeFX, sistem heatpipe cooling, dan kemampuan overclock yang lebih tinggi. Berawal dari motherboard, brand Republic of Gamers (ROG) kini juga digunakan oleh ASUS untuk tipe gaming laptop yang populer di banyak negara!

Selain itu, ASUS juga memproduksi kartu grafis yang menggunakan chip dari manufaktur lain, utamanya NVIDIA. Inovasi yang diberikan ASUS dalam kartu grafis ini adalah fitur khusus berupa voltage tweak yang memungkinkan modifikasi tegangan dan HSF DirectCU yang memiliki kemampuan transfer panas yang sangat bagus.

Di era smartphone, ASUS juga menunjukkan ambisinya. ASUS memproduksi lini Zenfone yang cukup diterima oleh konsumen. Jonney Shih juga menyukai inovasi ASUS yang satu ini. “ZenFone 2 adalah contoh terbaik mengenai pemikiran desain. Perangkat ini sangat terjangkau harganya, akan tetapi memiliki banyak hal menonjol dalam specs. Selain itu juga terlihat dan terasa solid, bahkan meskipun terbungkus oleh bodi plastik.” Demikian pendapat Shih mengenai smartphone produksinya. Pendapat Jonney Shih ini berbanding lurus dengan angka penjualan ZenFone. Pada tahun 2015, ZenFone 2 menerima banyak pujian sebagai smartphone dengan terobosan spec, khususnya RAM 4GB yang baru pertama kali di saat itu, dengan reliabilitas yang sangat bagus. ASUS berhasil meraih 29,6% pangsa pasar penjualan smartphone pada triwulan pertama 2015. ZenFone 2 juga meraih gelar penjualan terbaik di Amazon, khususnya di AS dan Italia. Produk smartphone selanjutnya mungkin tidak begitu memuaskan dari segi penjualan, namun ASUS menunjukkan bahwa mereka bukan perusahaan teknologi kemarin sore dalam hal teknologi smartphone ini.

 

ASUS saat ini

via Engadget

Saat ini ASUS memiliki lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia, bahkan 6.000 di antaranya berada di Taiwan. Meskipun perusahaan itu kini menawarkan kisaran produk yang sangat luas, termasuk laptop, tablet, komputer all-in-one, VGA, router, dan banyak lagi, Asustek Inc masih sangat aktif di pasar motherboard yang menjadi landasan mereka saat mendirikan perusahaan.

Hanya saja, jika sebelumnya ASUS dapat dipesan secara khusus untuk membuatkan motherboard bagi perusahaan tertentu, sekarang tidak lagi. ASUS kini menyerahkan produksi semacam itu ke anak perusahaannya, Pegatron, sejak tahun 2008. Kamu mungkin lebih sering mendengar nama Pegatron disebut dalam kaitannya dengan produksi komponen milik Apple – Ya, perusahaan tersebut adalah anak perusahaan ASUS! Saat ini ASUS sebagai manufaktur khusus berfokus membuat motherboard dengan merek dan namanya sendiri, tidak merakitkan berdasarkan pesanan perusahaan lain.

Meskipun ASUS berfokus pada manufaktur produk konsumen seperti laptop, tablet, dan ponsel, Shih meyakini bahwa selalu ada ruang untuk motherboard di pasar konsumen, khususnya bagi power user atau pengguna kelas ahli. Kecintaan ASUS terhadap produk yang membesarkan namanya ini (Motherboard) tercermin pada Zen Garden yang terdapat di ASUS campus. Taman indah ini ditata seperti layout sebuah motherboard.

 

 

Referensi

Lai, Richard. (2015). The past, present, and future of ASUS, according to its chairmanEngadget.

Asus Company History. Gadget Reviews.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation