Yoga selain seorang programmer, kadang juga merangkap teknisi dadakan yang seringkali diminta tolong oleh teman-temannya sendiri untuk memperbaiki PC atau laptop mereka yang bermasalah. Suatu pagi, Dosen Yoga yang gaptek meneleponnya dengan nada kalut, “Nak Yoga, ini Bapak bisa minta tolong…”
“Oh, iya Pak. Tentu saja. Apa yang bisa saya bantu?”
“PC Bapak ini sejak semalam enggak mau nyala. Padahal semua data Bapak, termasuk tabel penilaian ujian skripsi nak Yoga ada di dalamnya… Nak Yoga bisa perbaiki?”
Dengan impian kemudahan meraih IPK 4.0, Yoga menjawab mantap, “Bisa Pak! langsung cabut saja kabel powernya dan langsung bawa kesini. Saya siap bantu perbaiki!”
Sepuluh menit kemudian, Pak dosen muncul di kos-kosan Yoga sambil membawa…….. kabel power!
Nah, itu adalah contoh betapa pengetahuan yang kurang tentang teknologi bisa menyusahkan kamu. Oleh karena itu kamu wajib belajar dari mana saja, meningkatkan pengetahuan kamu dengan banyak membaca artikel dari Winpoin. Sebelum ini Winpoin sudah menyajikan beberapa mitos keliru yang dituturkan tentang PC untuk bagian pertama. Berikut ini lanjutannya!
Merakit PC sendiri lebih hemat
Merakit PC sendiri lebih hemat. Pernyataan ini valid pada era akhir 90-an, di mana komputer desktop masih dianggap barang mewah sehingga para penggemar PC memulai tren merakit sendiri dengan memadu-padankan berbagai komponen untuk membuat PC dengan spek yang diinginkan. Pernyataan ini masih relevan sekarang jika kamu ingin merakit sebuah PC game high-end, yang mana kamu harus banyak berkompromi dengan berbagai komponen, karena terkadang harga dan ketersediaan barang menjadi penghambat bagi kamu. Tapi bagaimana dengan PC untuk aktivitas sehari-hari seperti hanya untuk pekerjaan kantor dan pengetikan?
Dalam hal ini, justru lebih murah jika kamu membeli PC tipe pre-built sebagaimana yang ditawarkan oleh beberapa vendor seperti Lenovo, Dell, dan banyak lagi. Kamu akan mendapat jaminan komponen yang saling terintegrasi dengan baik sehingga meminimalkan crash antar komponen, performa yang lancar, serta juga garansi yang baik dari toko penjualnya. Sedangkan jika kamu membeli per komponen, dengan spek serupa milik PC pre-built, maka kamu akan terkejut bahwa ternyata harga yang kamu peroleh jatuhnya lebih mahal sehingga mengakibatkan kamu harus berkompromi menggunakan merek yang lebih murah dan mengorbankan build quality serta performa.
Namun jika kamu memang ingin belajar dan suka mengutak-atik PC, maka merakit sendiri merupakan hal yang menyenangkan.
Pemfilteran Mac Address Pasti Mengamankan WiFi
Melakukan pemfilteran Media Access Control address memungkinkan kamu memberikan izin pada perangkat tertentu untuk mengakses Wi-Fi milikmu. Jadi ini sifatnya unik dan router hanya akan memberi izin pada hardware yang dikenalinya saja. Beberapa teman saya yang tinggal di kos-kosan sering melakukan hal ini karena tidak ingin seluruh kosan menggunakan koneksi internetnya. Tapi apakah ini efektif? Jika kamu menggunakan perangkat Android dan laptop, sangat mudah untuk mendeteksi MAC Address dari router kamu, lalu mengubah MAC Address perangkat untuk menyesuaikan dengan MAC Address milikmu. Jadi kalau melakukan filtering saja, tentu saja ini tidak cukup untuk mengamankan Wi-Fi.
Cara yang terbaik adalah menggunakan enkripsi password WPA2-PSK yang kuat. Ini jauh lebih susah ditembus daripada sekedar melakukan filter pada MAC Address.
Penggunaan memori RAM yang besar = buruk
Seringkali para pengguna PC panik ketika mendapati bahwa penggunaan RAM-nya begitu besar sehingga menyisakan sedikit ruang bebas pada RAM. Faktanya, sistem operasi modern memang dirancang untuk melakukan skema semacam ini. Tujuannya adalah agar komputer dapat mengakses software yang tersimpan cache-nya di RAM lebih cepat. Sedangkan bila RAM dibatasi, maka CPU harus mengambil ruang bebas pada system storage atau menutup software tersebut. Inilah sebabnya pada RAM terbatas, CPU menjadi lebih lambat jika drive C: pada HDD penuh. Akibatnya kinerja komputer secara keseluruhan menjadi melambat. Nalar skema ini mirip juga dengan yang digunakan pada smartphone.
Justru jika kamu menggunakan software semacam “RAM Booster”, “Memory Optimizer”, yang mana akan menutup paksa aplikasi yang disimpan sebagai cache pada RAM, ini justru akan memperlambat proses ketika kamu berupaya membuka software tersebut kembali.
Membersihkan Cache akan mempercepat akses browser dan aplikasi
Beberapa aplikasi dan browser menyimpan file cache, yaitu salinan offline dari file yang telah diunduh. Ini akan menahan file-file tersebut, sehingga ketika kamu mengakses alamat atau aplikasi yang sama, maka proses membukanya akan jauh lebih cepat.
Membersihkan cache memang berdampak positif pada ruang penyimpanan kamu, tapi ini tidak mempercepat akses browser dan aplikasi, malahan akan memperlambatnya, karena browser atau aplikasi terpaksa harus mengunduh ulang data untuk membukanya.
Me-“refresh” desktop akan mempercepat pemrosesan PC kamu
Perilaku ini mungkin sering kamu jumpai, terutama pada pengguna PC sejak era 90-an, bahkan di tingkat teknisi PC. Ketika kinerja PC terasa melambat, mereka akan mengklik kanan pada mouse dan memilih opsi refresh. Apakah ini akan menjadikan Windows berjalan lebih cepat?
Sejatinya desktop akan melakukan auto-refresh sendiri jika ada perubahan konten. Refresh hanya diperlukan jika:
- Desktop tidak menampilkan file atau folder yang baru saja kamu buat, pindahkan, hapus, atau ganti namanya.
- Kamu tidak dapat menggunakan ikon pada desktop
- Kamu ingin menata ulang ikon desktop
Jadi refresh ini hanya berhubungan dengan desktop, bukan yang lain. Tidak ada perubahan performa pada PC kamu meskipun kamu me-refreshnya ratusan kali. Sederhananya, ini hanyalah kebiasaan ‘buruk’ yang menjadi semacam perilaku kompulsif pada pengguna PC.
Nah, itulah mitos-mitos dari dunia PC yang ternyata perlu dikaji ulang kebenarannya. Punya mitos lain yang sering kamu temui di kehidupan sehari-hari? Bagikan pendapatmu di kolom komentar berikut ini!