Beberapa Mitos Keliru yang Sering Dituturkan Tentang Smartphone (Part 1)

Mitos Keliru Smartphone

Mumpung sedang bulan puasa, Winpoin ingin mengajak kamu melihat pengetahuan tentang smartphone secara universal. Mengapa? Karena seperti halnya agama, OS dan manufaktur terkadang menciptakan kumpulan fanatik yang mudah menelan fakta-fakta ‘sesat’ dan tidak benar tentang OS dan manufaktur lain, lalu digunakan untuk menyerang mereka yang berbeda, misalnya rajin posting tentang kebenciannya terhadap Windows di situs penggemar Windows (eh? ada ya?). Pada taraf radikal takutnya membentuk organisasi yang hobi sweeping perangkat dengan OS berbeda atau dari manufaktur lain.

Dengan mengetahui lebih dalam tentang OS dan manufaktur tetangga, maka kita dapat hidup dalam suasana Bhineka Tunggal Ika – Berbeda OS dan Manufaktur, tapi tetap satu – Dan tentu saja ini akan menjadikan kehidupan kamu lebih damai dan tenteram. Oke, inilah mitos-mitos keliru yang sering dituturkan tentang smartphone.

 

Windows Phone tidak punya aplikasi

Mitos Keliru Smartphone

Ini adalah mitos yang sering diulang-ulang oleh non-pengguna Windows Phone. Padahal secara literal, OS ini telah memiliki lebih dari setengah juta aplikasi di Windows Phone Store. Tentu saja ini terbilang sedikit jika dibandingkan dengan iOS dan Android. Akan tetapi tentu saja berlebihan jika mengatakan tidak ada aplikasi di Windows Phone.

Meskipun memiliki cukup banyak aplikasi, perlu diakui bahwa banyak di antaranya memiliki kecenderungan tidak berfungsi sebaik aplikasi di iOS dan Android. Misalnya saja Path, Instagram, Line, dan banyak lagi. Ditambah lagi belum adanya game yang tengah populer, Clash of Clan, menjadikan mitos ini bertahan sampai sekarang dan banyak didengungkan.

 

Tizen dikembangkan dari MeeGo

Mitos Keliru Smartphone

Ini adalah salah kaprah yang disangka benar oleh banyak orang.  Tizen dikembangkan dari kernel Linux dan GNU C Library yang menerapkan API Linux.

Halaman Wikipedia pun sampai harus menuliskan:

Samsung’s collaboration with the EFL project, and especially Carsten Haitzler, was known as LiMo for years. It was renamed Tizen when Intel joined the project in September 2011, after leaving the MeeGo project. A common misconception is that Tizen is a continuation of MeeGo. In fact, it builds on Samsung Linux Platform (SLP), a reference implementation delivered within LiMo.

Kolaborasi Samsung dengan proyek EFL, dan khususnya Carsten Hatizler, dikenal sebagai LiMo selama bertahun-tahun. Ini kemudian diganti namanya menjadi Tizen ketika Intel bergabung dengan proyek ini pada September 2011, setelah Intel meninggalkan proyek MeeGo. Inilah yang menyebabkan salah pengertian bahwa Tizen adalah kelanjutan MeeGo. Faktanya, platform ini dibuat berbasis Samsung Linux Platform (SLP), yang penerapan referensinya sama dengan LiMo.

 

Menutup aplikasi akan mempercepat iPhone

Mitos Keliru Smartphone

Pengguna iPhone, terutama iPhone 4S yang merasa perangkatnya terlalu lambat ketika berupaya membuka permainan, akan membuka recent app, lalu menghapus semua aplikasi yang terbuka. Ada mitos bahwa menutup aplikasi akan mengurangi beban RAM dan meningkatkan kinerja prosesor. Ini adalah mitos yang keliru, karena sebenarnya aplikasi “tidak benar-benar” berjalan di background dan tidak memerlukan resource di iphone kamu. Ini hanya disimpan di RAM iPhone, sehingga nantinya kamu akan kembali lebih cepat. Jika iPhone memerlukan RAM, maka dia akan secara otomatis menutup aplikasi yang tengah berjalan, yang kelihatan tidak dibutuhkan. Menutup aplikasi hanya akan menjadikannya terbuka lebih lambat nantinya.

 

Menggunakan Task Killer akan Mempercepat smartphone Android

Mitos Keliru Smartphone

Mitos yang sama juga terjadi pada ponsel Android. Dikatakan bahwa menggunakan Task Killer akan membebaskan RAM ketika kita berhenti menggunakan aplikasi tersebut, dan ini akan mempercepat kinerja Android. O o.. Tidak demikian. Aplikasi yang ada di daftar recent apps Android itu sebenarnya membeku (freeze) di background. Android memang mengizinkan aplikasi berjalan dengan pembatasan tertentu (inilah yang memungkinkan terjadinya kasus ‘RAM bocor’), tapi kamu tidak perlu menutup aplikasi tersebut kecuali menunjukkan perilaku yang aneh (misal terlalu makan banyak RAM, menimbulkan gangguan pada tombol, dsb). Ini justru menjadikan ponsel Android kamu jadi lebih lambat.

 

Lebih banyak megapiksel berarti kamera yang lebih bagus

Mitos Keliru Smartphone

Megapiksel ini bukan hanya mitos pada kamera smartphone, tapi juga untuk kamera digital secara keseluruhan. Dikatakan bahwa megapiksel lebih besar berarti kamera lebih bagus. Mitos ini memang berhasil mendongkrak penjualan smartphone berkamera. Namun sebenarnya mitos ini keliru.

Hal yang menjadikan sebuah kamera unggul adalah kualitas sensor, lensa, dan software pemrosesan gambar milik smartphone tersebut. Bukan sekedar megapiksel. Penilaian yang objektif dilakukan oleh DxO Mark yang mempertimbangkan banyak aspek sebuah kamera digital sebelum memberikan vonis mengenai peringkat kamera. Dan memang perlu diakui bahwa tahun ini adalah tahunnya Samsung Galaxy S6 dan LG G4 yang menempati peringkat pertama dan kedua dalam peringkat kamera ponsel terbaik tahun ini.

Lalu bagaimana dengan pemilik megapiksel terbesar, Lumia 1020 dan Nokia 808? Kamu tidak perlu cemas, kedua ponsel ini tetap dianggap sebagai salah satu yang terbaik, karena keduanya bukan hanya memiliki megapiksel monster, tapi juga sensor, software pemrosesan, dan lensa yang unggul (Carl Zeiss).

 

Karena cukup banyak fakta yang ingin dituturkan, penjelasan bersambung ke bagian 2

 

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation