
Di jaman yang serba apa apa sudah dihubungkan dengan AI, nyatanya ketika kecerdasan buatan atau AI ini banyak diharapkan akan membuat produktivitas meningkat dan menjadikan beban kerja berkurang, namun kabarnya nih guys, riset terbaru justru menunjukan hal sebaliknya dimana AI malah memperpanjang jam kerja karyawan dan mengurangi waktu santai mereka.
Jadi kawan-kawan, menurut studi berjudul “AI and the Extended Workday: Productivity, Contracting Efficiency, and Distribution of Rents“ yang ditulis oleh ekonom dari Emory, Auburn, Fordham, dan Seton Hall University, diungkapkan bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT, Perplexity dan Copilot justru membuat karyawan bekerja lebih lama karena ekspektasi output meningkat, kehilangan waktu luang akibat tuntutan revisi dan iterasi cepat dan merasa selalu “tersedia / avail” karena AI mempercepat siklus kerja.
Nah menurut studi tersebut, fenomena ini disebut sebagai “availability creep”— di mana ekspektasi untuk selalu responsif meningkat karena AI dianggap mempercepat semua proses. Bahkan dalam lingkungan kerja berbasis Windows 11, fitur seperti Copilot yang terintegrasi ke File Explorer, Microsoft 365, dan Settings, tekanan ini semakin terasa, jadi bukannya AI menjadi hanya alat bantu saja, tapi malah juga menjadi pemicu ritme kerja yang lebih intens dan lebih cepat.
Dampaknya bagi pengguna Windows?
Nah bagi pengguna Windows terutama dalam lingkungan kerja hybrid dan remote, bisa jadi akan berdampak lebih luas loh, misalnya jam kerja jadi lebih panjang, tekanan multitasking makin bertambah, dan jadi membutuhkan skill baru seperti prompt engineering dan evaluasi hasil AI.
Orang orang tua generasi boomer yang saat ini sudah menjadi pimpinan perusahaan sih biasanya bilang gini, “mas ini tolong di buatkan malam ini ya, gampang kan, soalnya pake AI”, nah ini jelas biasanya menambah beban kerja ke karyawan, sehingga ironisnya meskipun AI bisa memang membantu pengguna, namun AI juga justru menuntut manusia untuk lebih adaptif, lebih cepat, dan lebih kritis — bukan lebih santai.
Selain itu, banyak orang menganggap hasil AI itu sudah pasti benar dan sempurna, padahal nyatanya hasil tersebut kadang ngawur, tidak sesuai kebutuhan dan bisa merugikan pengguna bahkan perusahaan itu sendiri, contohnya yang baru baru ini viral, dimana tool coding berbasis AI justru menghapus database, jadi hasil AI perlu dikonfirmasi oleh manusia itu sendiri, sudah sesuai atau tidak, dan meskipun bisa mempercepat, ada proses ekstra juga yang harus dilakukan oleh manusia sebagai pengguna.
Jadi, riset yang diterbitkan sebagai NBER Working Paper 33536 ini memang menjelaskan bahwa AI memang bisa membantu pengguna, namun ada dampak lain yang justru berbanding terbalik dengan fungsi AI itu sendiri karena ekspektasi output meningkat, siklus kerja makin intens, dan beban kerja verifikasi dan koreksi yang bertambah.
Tapi bagaimana menurutmu? komen dibawah guys dan berikan pendapatmu.
Catatan Penulis : WinPoin sepenuhnya bergantung pada iklan untuk tetap hidup dan menyajikan konten teknologi berkualitas secara gratis — jadi jika kamu menikmati artikel dan panduan di situs ini, mohon whitelist halaman ini di AdBlock kamu sebagai bentuk dukungan agar kami bisa terus berkembang dan berbagi insight untuk pengguna Indonesia. Kamu juga bisa mendukung kami secara langsung melalui dukungan di Saweria. Terima kasih.
