“Engineer cloud kami telah mengembangkan sebuah jaringan streaming game yang akan membuka peluang untuk gaming dengan kualitas setara konsol… di perangkat apa pun!” Tepuk tangan menggemuruh ketikan Phil Spencer mengungkapkan kalimat ini. “Bukan saja kami menyempurnakan pengalaman gaming Anda, namun kami memungkinkan Anda untuk bermain kapan saja, di mana saja, di Xbox, PC, atau di ponsel!”
Microsoft adalah penguasa baru sistem cloud, platform yang mendatangkan keuntungan dahsyat hingga mendongkrak valuasi Microsoft mencapai USD 1 triliun. Lalu bagaimana jika dominasi di platform cloud tersebut dimanfaatkan Microsoft untuk gaming? Tentu saja jaminan kepuasan!
XBox Live – Revolusi dunia gaming konsol ala Microsoft
Salah satu evolusi Xbox yang paling penting sekaligus tonggak penting bagi posisi Microsoft di industri gaming adalah pada saat ulang tahun pertama perangkat konsol ini. Microsoft meluncurkan Xbox Live!
Jaringan gaming online Microsoft ini memang sudah memulai tahapan pengujian beta pada Agustus 2002, akan tetapi sistem ini baru diluncurkan secara publik pada November 2002 dengan adanya Xbox Live Starter Kit. Mereka yang mendaftar lebih dulu benar-benar merasakan pengalaman gaming yang baru bagi industri ini. Bertanding melawan pesaing di seluruh dunia dalam sebuah lingkungan komunal, bergabung bersama teman dan orang-orang baru benar-benar membawa interaksi multiplayer ke sebuah tingkatan baru.
Dengan lebih dari 150.000 pelanggan di minggu pertama, Xbox Live tak diragukan lagi merupakan sebuah produk sukses! Jumlah ini terus bertambah di tahun berikutnya sehingga menjadikan Microsoft sebagai pembuat konsol yang diakui sebagai pesaing Sony yang sangat dominan dalam dunia konsol.
Sayangnya perkembangan Xbox Live ini tidak berlangsung lama. Electronic Arts menjadi salah satu penyebabnya. Terlihat mesra dengan Microsoft, terbukti dengan rilisnya Madden Football pada tahun 2003, EA Sports memutuskan kerjasama dengan Microsoft setahun setelahnya. Sejak saat itu, Microsoft mulai kehilangan uang karena menurunnya penjualan konsol Xbox. Sifat bisnis Microsoft juga tidak membantu dalam hal ini. Ketika salah satu produknya bermasalah, Microsoft seperti biasa malah mengurangi dukungan terhadap produk tersebut untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Ini menjadikan Xbox Live yang banyak dipuja, lama-lama menimbulkan frustasi bagi pengguna karena tidak adanya perkembangan dan ada terlalu banyak pembatasan.
Tim Xbox masih berusaha untuk menelurkan inovasi baru, antara lain dengan Xbox Live Arcade yang diluncurkan pada November 2004. Meskipun demikian, para gamer tidak lagi begitu antusias dengan terobosan ini.
Upaya Microsoft Kembali ke Puncak Dunia Konsol
Hidup mati sebuah konsol memang bergantung pada game yang kuat di konsol tersebut. Kesuksesan Xbox di awal peluncuran yang didorong oleh Halo adalah buktinya. Sekaligus saat Electronic Arts mundur dari platform ini, pengguna menurun – menunjukkan bahwa game yang bagus akan selalu menunjang penjualan. Menyadari hal ini, Microsoft memfokuskan perhatian pada game yang sudah mereka beli total hak ciptanya: Halo. Peluncuran Halo 2 memamerkan banyak hal baru dan seru yang menarik perhatian para gamer. Game ini terjual 2,5 juta kopi hanya dalam 24 jam pertama. Nantinya, game ini bakal mencapai angka penjualan sebesar USD 125 juta, menjadikannya sebagai game dengan peluncuran tersukses di seluruh sejarah game dan dunia hiburan.
Kesuksesan Halo 2 cukup mendongkrak penjualan Xbox sekali lagi. Microsoft banyak belajar dari fenomena ini untuk menstabilkan posisinya di dunia konsol.
Pada tanggal 12 Mei 2005, Microsoft mempublikasikan Xbox 360, generasi konsol mereka selanjutnya. Microsoft tidak terburu-buru dalam peluncuran ini. Sebenarnya mereka ingin meluncurkannya di tahun lalu. Akan tetapi karena ada kekurangan di sana-sini, akhirnya Microsoft memilih menundanya karena tidak ingin menjadikan gamer merasakan pengalaman gaming yang tidak sempurna. Ketika Microsoft meluncurkan konsol ini, Playstation 2 dan adalah konsol terlaris di dunia. Namun nampaknya perhitungan Microsoft tepat. Xbox 360 menjadi kekuatan baru yang bersaing dengan konsol asal Jepang tersebut. Xbox 360 langsung melewati rekor penjualan Xbox original yang berarti bahwa perangkat ini cukup diterima oleh para gamer!
Dalam jangka waktu setahun, Xbox 360 terjual sebesar 24 juta unit. Terus terang ini jauh dari target Microsoft untuk menjual 50 juta unit. Jika berkaca dari konsol tersukses Sony, PS2 yang terjual sebesar 153 juta unit, angkanya juga sangat jauh. Namun di tahun 2006 tersebut, angka 24 juta unit sudah cukup untuk menjadi konsol nomor dua paling laris di dunia, mengalahkan GameCube yang ‘hanya’ terjual 21 juta unit dan Sega Dreamcast yang terjual 10,6 juta.
Sayangnya, 360 dihantui oleh permasalahan teknis. Istilah Red Ring of Death merupakan fenomena yang menakutkan para gamer Xbox. Tombol power konsol menyala merah, dan ini tidak bisa direparasi secara mandiri, harus dibawa ke pusat servis Xbox. Untung Microsoft memberikan garansi yang cukup baik, yang mana menjamin pengguna yang mengalami kerusakan ini akan memperoleh perbaikan optimal atau penggantian baru. Meskipun demikian, masalah ini tidak menyurutkan antusiasme para penggemar Xbox. Sampai 2010, lebih dari 39 juta unit konsol Xbox 360 terjual. Memang mereka tetap tidak dapat melewati Sony. Playstation 3 yang diluncurkan sebagai ‘jawaban’ atas Xbox 360 berhasil mencatatkan angka 80 juta di tahun yang sama. Namun ini sudah cukup mengantarkan Microsoft sebagai ‘penjual konsol nomor dua di dunia’.
Kinect – Salah Satu Inovasi Gaming Terbesar Microsoft
2010 merupakan tonggak prestasi baru bagi Microsoft. Tahun ini mereka meluncurkan periferal yang dapat mendeteksi gerak dan suara sebagai ‘pasangan’ Xbox 360. Perangkat yang pada konvensi E3 disebut “Project Natal” tersebut diciptakan oleh Alex Kipman (Natal adalah kota kelahiran Kipman – Selanjutnya kita mengenal sosok jenius ini sebagai orang yang banyak berperan dalam pembuatan HoloLens) dan dianggap sebagai cara yang revolusioner untuk berinteraksi dengan konsol dan media. Kalau kamu melihat banyak mesin dance di wahana mainan anak-anak yang dapat mendeteksi gerakan tangan dan posisi badan, ‘nenek moyang’ sistem tersebut adalah Project Natal ini. Setelah dirilis, nama Project Natal diganti dengan Microsoft Kinect dan langsung laris terjual!
Meskipun Xbox 360 dan Kinect menjadi duo yang menarik perhatian gamer di seluruh dunia, Microsoft tidak berhenti di situ. Tahun itu mereka menyempurnakan Xbox 360 dalam platform yang lebih tipis, spek yang lebih tinggi, dan Wi-Fi bawaan. Produk ini dijual dengan nama Xbox 360 S!
Xbox One – Generasi Terbaru untuk Masa Depan Konsol Microsoft
Pada bulan Mei 2013, Microsoft meluncurkan Xbox One. Sayangnya perangkat ini mewajibkan penggunanya untuk online dan memasukkan ID Xbox, yang mana menjadi sesuatu yang kurang disukai gamer konsol. Sistem baru ini menjadi bumerang bagi Microsoft yang nampaknya ingin meningkatkan ‘layanan’ gamingnya. Akses internet yang tidak merata menjadikan masyarakat banyak ragu untuk membeli perangkat ini. Apalagi harganya cukup tinggi, USD 500. PlayStation 4 sebenarnya juga menggunakan sistem yang kurang lebih serupa, namun karena Sony lebih sukses dalam menarik minat gamer berkat aneka game unik yang ditawarkan, PlayStation 4 terjual jauh lebih baik daripada Xbox One.
Meskipun demikian, Xbox One merintis sesuatu yang mungkin akan menjadi tonggak bagi Microsoft bertahun-tahun mendatang, yaitu integrasi dengan game PC. Game di Xbox One memungkinkan seorang pengguna PC bermain game yang sama dan berinteraksi dengan gamer di Xbox One.
Xbox One mungkin tidak begitu laris, namun membuka jalan untuk sistem gaming inovatif yang dikembangkan Microsoft ke depannya. Pada acara E3 2018, Phil Spencer mengonfirmasi bahwa tim Xbox mengembangkan sebuah sistem yang memungkinkan pengguna memainkan game secara streaming di banyak perangkat. Sistem ini bisa diakses dengan berlangganan Xbox, memungkinkan pengguna memainkan banyak game, mulai dari yang klasik hingga modern dengan harga yang jauh lebih murah.
Peluncuran konsol Xbox terbaru Microsoft di bulan Mei 2019 lalu juga menghadirkan fenomena unik. Yaitu harga yang lebih murah dibandingkan konsol Xbox generasi sebelumnya (Sudah umum bahwa semakin maju generasi konsol, maka harganya akan semakin mahal). Ini memberikan daya tarik tersendiri bagi Xbox, namun tentu saja kita baru akan melihat hasilnya tahun depan, ketika hasil penjualan sudah diumumkan oleh Microsoft.
Yang menarik lagi, Microsoft sedang menyempurnakan layanan streaming game miliknya melalui Project xCloud. Nantinya layanan ini memungkinkan seseorang memainkan game-game Xbox dari berbagai perangkat, bahkan termasuk perangkat iOS dan Android, sehingga platform ini populer dijuluki “Netflix-nya dunia game”. Nampaknya Microsoft memiliki amunisi yang mumpuni untuk bisa bersaing dengan Sony yang masih mengandalkan Playstation 4 dan Nintendo yang meraih kembali kejayaannya berkat Nintendo Switch yang dirilis tahun 2017 lalu!
Referensi
Griffith, Eric. (2019). The Story Behind the Xbox. PCMag
Gilbert, Ben. (2019). Microsoft’s ambitious plan to build the future of gaming includes a Netflix-style gaming service, blockbuster games streamed to phones from the cloud, and — yes — new consoles. Business Insider.
Klara, Robert. (2016). Here’s the Story Behind the Moving Xbox Video That Microsoft Had No Hand in Creating. Adweek
Marshall, Rick. (2019). The history of Xbox. Digital Trends