“Apple telah menciptakan sebuah objek seni untuk tinggal bersama bagi hardware dan software“
Ini diungkapkan oleh Bono, vokalis band legendaris U2 yang juga merupakan penggemar berat Apple. Dia selalu kagum bagaimana Apple berhasil menciptakan sebuah perangkat yang dinilainya mampu untuk memenuhi ‘tugas’ utama perangkat tersebut, sekaligus menghadirkan estetika yang indah. Tentu saja Jony Ive banyak berperan dalam hal ini.
Tren Lagu Bajakan
Lepas tahun 2000, Apple sudah stabil. Mac laris gila-gilaan, dan Apple baru saja memperkenalkan sistem operasi baru yang disebutnya sebagai Mac OSX. Kekuatan platform ini adalah untuk mengedit video, menyimpan foto, dan burning DVD. Ketika itu, ada satu lagi hal yang booming: Napster! Kalau kamu tidak familiar dengan kata tersebut, ini adalah layanan online yang mengubah CD/DVD menjadi format mp3 yang kemudian sangat populer di mana-mana. Orang ramai-rama download lagu-lagu yang mereka cintai di layanan ini dan membuat kompilasi mereka sendiri di disk dengan fitur burning. Larisnya Napster tidak terelakkan, terutama karena layanan ini diberikan dengan.. gratis.
Ketika membajak burning mp3 ke CD/DVD seakan menjadi norma baru, Apple sebenarnya agak telat masuk ke ‘permainan’ ini. Bahkan untuk sekedar bisa mengikuti tren, Apple membeli program MP3 Jukebox pihak ketiga untuk Mac, SoundJam MP, dari perusahaan kecil bernama Casady & Greene. Apple di sini juga mempekerjakan programmer Casady & Greene, Jeff Robin. Misi Robin di Apple adalah menyederhanakan SoundJam agar mudah digunakan oleh pengguna yang baru pertama kali mengenal program ini.
Pada acara Macworld Expo Januari 2001, Steve Jobs memperkenalkan software yang sudah susah payah ditingkatkan oleh Jeff Robin tersebut dengan nama: iTunes.
Kebutuhan akan Perangkat Pemutar Musik
Dalam proses pengerjaan software pemutar musik tersebut, Jobs dan para eksekutif Apple mengamati tren penggunaan mp3 yang sedang meledak dahsyat, dan mereka sepakat akan satu hal: Apple perlu membuat perangkat pemutar musik sendiri untuk bisa mendapatkan profit dari fenomena ini!
Pada saat itu, ada dua jenis MP3 player di pasar. Satunya besar dan buruk, berbasis pada hard drive desktop tradisional, sedang yang satunya menggunakan flash memory yang mahal (karena ini merupakan teknologi yang relatif baru pada saat itu), namun hanya bisa menyimpan beberapa lagu saja. Tidak ada satu pun dari dua pilihan ini yang dianggap Jobs sesuai untuk menjalankan iTunes.
Sementara itu, kelompok desainer yang dipimpin Ive sudah membuat prototype untuk MP3 player Apple ini. Prototype ini sifatnya murni eksperimental, sama sekali tidak mirip produk jadi. Secara khusus, Jony menyukai desain MP3 player yang memiliki kesamaan garis desain dengan iMac, berlapis plastik dengan warna merah juga. Desain awal perangkat ini terinspirasi dari yoyo dengan semacam ulir di sisi luarnya, yang bisa digunakan untuk menggulung earbuds saat sedang tidak digunakan. Pemutar musik ini dikontrol dengan serangkaian tombol yang diatur berbentuk lingkaran dengan layar hitam putih di tengahnya. Desain lingkaran ini sudah sangat mirip dengan iPod generasi pertama yang dikenal luas oleh orang-orang. Namun selain masih perlu banyak penghalusan di sana-sini, engineer Apple masih kesulitan untuk memecahkan masalah storage. Jika ingin penyimpanan yang besar, maka mereka harus membuat perangkat yang besar dan tidak nyaman dipegang tangan. Namun jika membuat perangkat yang kecil, maka ini hanya akan cukup untuk beberapa lagu saja, dan ini pun harganya bakal sangat mahal sehingga nantinya bakal sulit untuk menjualnya.
Pada akhir Februari 2001, Steve Jobs bersama Jon Rubinstein sedang berada di Jepang untuk Macworld Tokyo (ini termasuk rangkaian acara Macworld yang sudah dimulai sejak Januari). Rubinstein setiap tahun memang melakukan pertemuan rutin dengan Toshiba Corp, perusahaan terkemuka Jepang yang seringkali menjadi pemasok suku cadang dan membantu manufaktur produk-produk Apple. Kali ini Rubinstein betul-betul mendapat jackpot karena Toshiba menawarkan sebuah inovasi baru yang mereka belum tahu cara menjualnya: sebuah hard drive tipe baru yang hanya berdiameter 1,8 inci, namun memiliki kemampuan menyimpan data hingga 5GB! Ini sudah cukup untuk menyimpan seribu CD sekaligus.
Toshiba waktu itu tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan teknologi ini. Mereka minta pendapat Rubinstein apakah bagus jika menggunakan hard drive ini untuk kamera. Tentu saja Rubinstein langsung punya jawabannya. Namun dia dengan cerdik tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Rubinstein langsung balik ke hotel dan mengungkapkan bahwa dia sudah punya solusi untuk membuat MP3 player Apple. Namun untuk itu dia perlu modal. Jumlah yang diminta pada Jobs adalah sepuluh juta dolar.
Steve Jobs sendiri yakin kalau Rubinstein, orang kepercayaannya ini, tidak akan sekedar omong kosong dengan keyakinannya. Jobs tidak berpikir dua kali langsung menyetujui persyaratan Rubinstein dan menandatangani cek di tempat itu juga. Namun Jobs punya satu syarat: dia ingin agar perangkat ini sudah dijual pada Natal tahun ini. Rubinstein setuju, dan mereka pun berjabat tangan.
Berpacu dengan Waktu
Permasalahan besar awal Rubinstein dalam melaksanakan misi ini adalah karena semua orang di Apple, termasuk kelompok Desainer Jony Ive sudah sibuk dengan produk lain. Tidak ingin membuang waktu, Rubinstein pun mencari konsultan luar untuk proyek ini. Tidak tanggung-tanggung, Apple memutuskan untuk mempekerjakan salah seorang yang terbaik di bidangnya: Tony Fadell, seorang desainer merangkap engineer yang memiliki spesialisasi pembuatan perangkat keras dan audio digital. Fadell saat ini juga sedang mengerjakan sebuah MP3 stereo player (karena dia juga mengincar tren yang sedang berlangsung) dan hasil karyanya sudah dinanti oleh dua raksasa teknologi asal Swiss, Swatch dan Palm Inc.
Rubinstein menelepon Fadell saat dia sedang berada di Aspen, Colorado dan memintanya untuk datang dalam pertemuan yang ‘benar-benar rahasia’. Paham dengan kultur kerja Apple, Fadell menyanggupi, bahkan dia tanpa banyak bertanya langsung menandatangani perjanjian kerahasiaan, yang intinya apa pun yang dibicarakan dengan Rubinstein tidak boleh sampai bocor ke luar. Rubinstein pun kemudian menceritakan bahwa Apple sedang berupaya untuk memproduksi sebuah MP3 player yang nantinya menjalankan software terbaru mereka, iTunes. Fadell tadinya tidak terlalu antusias, namun Rubinstein memegang kelemahan Fadell. Saat itu Fadell sedang kehabisan uang karena terlalu banyak berinvestasi pada bisnis dot-com yang mulai ambruk setelah tahun 2000. Rubinstein berani memberikan uang di muka jika Fadell menyanggupi penawaran Apple dan tentu saja ada tawaran bonus jka produk yang dirancangnya selesai. Fadell pun menerima proyek ini agar dia mampu membiayai timnya di Fuse – perusahaan miliknya.
Kontrak yang ditandatangani Fadell berdurasi 8 bulan, sesuai batas waktu yang diberikan oleh Steve Jobs, yang mana dalam jangka waktu ini dia harus mendesain sebuah MP3 player dan merancang baterai, layar, chip dan komponen lainnya. Rubinstein dan Fadell menyepakati suatu gambaran awal terkait MP3 Player tersebut, yaitu: “in your pocket” – dalam artian bahwa perangkat ini harus cukup masuk saku.
Dengan menyesuaikan berbagai komponen awal yang sudah disiapkan oleh Apple (termasuk storage produksi Toshiba), Fadell berhasil menyelesaikan desain awal yang berukuran kurang lebih seperti kotak rokok. Rubinstein menyukai model ini dan pada awal April, Fadell mempresentasikannya kepada Steve Jobs dan anggota tim eksekutif lainnya. Fadell belum pernah berjumpa dengan Jobs sebelumnya, namun dia adalah seorang yang luwes dan tak ragu mencari informasi terlebih dahulu. Fadell minta tips-tips dari Rubinstein dan tim desain Apple untuk mempresentasikan sesuatu pada Jobs. Dari ‘template’ yang diajarkan padanya, Fadell mempersiapkan tiga opsi rancangan dan menyimpan yang terbaik untuk dipresentasikan terakhir.
Penyaji presentasi tadinya adalah Stan Ng, marketing manager di perusahaan Fadell. Tapi Jobs kelihatan bosan dan terus menginterupsi presentasi. Fadell langsung mengambil alih. Di depan Steve Jobs, dia menjabarkan semua komponen yang potensial digunakan dalam presentasinya, termasuk hard drive 1,8 inci dari Toshiba yang akan menjadi penentu perangkat ini. Setelah mempresentasikan komponen satu per satu, Fadell berdiri dan menampilkan konsep karyanya. Dua desain awal, seperti sudah diperkirakan, tidak menarik perhatian Jobs. Beranjak ke desain ketiga, atau terakhir, Fadell menyajikannya dengan spektakuler. Dia merakit komponen-komponen yang tadinya disajikan di atas meja, dan ternyata kesemuanya bisa digabungkan menjadi satu perangkat yang mana merupakan dummy prototype untuk rancangan andalan Fadell: sebuah perangkat genggam yang terlihat sederhana namun misterius. Jobs sangat antusias terhadap rancangan ini. Acara presentasi ini menjadi lebih mengejutkan karena Phil Schiller, yang waktu itu masih menjabat eksekutif Apple, menampilkan beberapa model MP3 player dengan fitur yang disebutnya scroll wheel. Schiller menjelaskan bahwa ini adalah cara terbaik untuk bernavigasi dengan cepat pada daftar lagu. Cukup memutar scroll wheel untuk memilih lagu, dan kemudian menekan bagian tengah lingkaran untuk memutarnya. Jobs sangat terkesan hingga dia langsung meminta Fadell untuk menyertakan scroll wheel yang dipresentasikan Schiller ke dalam rancangannya. Tentu saja Fadell menjawab ya! Proyek ini kemudian diberi kode nama P-68.
Menjadi Karyawan Fulltime
Seiring dengan berkembangnya pekerjaan Tony Fadell di Apple, Rubinstein merasa kurang nyaman karena satu hal: Fadell bukan karyawan resmi Apple. Uniknya, Fadell sendiri sebetulnya ingin sekali bekerja di Apple. Dia sangat senang pada kultur kerja dan kesan ‘keren’ yang dipelihara oleh Apple selama bertahun-tahun.
Masuknya Fadell sebagai karyawan Apple ditandai oleh sebuah momen unik. Waktu itu Fadell harus memperkenalkan konsepnya kepada desainer dan engineer di Apple, termasuk Jony Ive yang saat itu tidak tahu apa-apa soal perkembangan perangkat pemutar MP3 ini. Sebelum presentasi, Rubinstein menghampiri Fadell dan dengan setengah mengancam dia meminta Fadell menandatangani kontrak sebagai karyawan resmi di Apple, jika tidak, Rubinstein mengancam bahwa rapat siang itu akan dibatalkan. Fadell tertawa dan berkata bahwa tanpa diancam pun dia akan menandatangani kontrak itu. Jadilah siang itu Fadell mendapatkan presentasinya sekaligus pekerjaan secara resmi di Apple!
Dalam pengembangan produk, Fadell akhirnya bekerja dalam satu tim dengan Jony Ive sebagai penanggung jawab utama. Ive tetap bertanggung jawab untuk tampilan akhir produk dan pengalaman pengguna produk akhir. Selain sibuk dengan urusan desain, tim ini juga disibukkan dengan aktivitas menjalin hubungan baik dengan banyak perusahaan yang komponennya terlibat dalam produksi perangkat ini, misalnya hard drive dari Toshiba, konverter analog dari perusahaan asal Skotlandia, Wolfson Microelectronics; kontroler antarmuka FireWire dari Texas Instruments; chip untuk flash memory dari Sharp Electronics; chip manajemen daya/pengisian baterai dari Linear Technologies Inc.; dan chip decoder dan controller MP3 dari PortalPlayer. Tim ini benar-benar harus bekerja siang malam untuk memenuhi deadline yang ditetapkan Steve Jobs, yang mana semua orang tahu seburuk apa temperamen Jobs jika dia tidak mendapatkan hal yang diinginkannya.
Prototype Putih
“Dari awal kami ingin sesuatu yang kelihatan sangat alamiah dan susah ditolak, sehingga semua orang tidak akan merasa bahwa benda ini dirancang seseorang,” demikian ungkap Jony Ive ketika diminta menjelaskan konsep awal rancangan iPod pada waktu itu. “Bentuknya sih bukan masalah. Kita bisa saja membuatnya berbentuk pisang atau apa pun kalau mau.” Namun pada akhirnya, seperti kebiasaan selama ini, Jony memilih bentuk yang sederhana, namun dengan sentuhan elegan, yaitu kotak persegi panjang dengan sudut-sudut yang tidak tajam. Warna putih pada perangkat ini adalah ide Ive. Apalagi perangkat MP3 di luaran kebanyakan memiliki warna-warna yang menyolok. Ive berpendapat bahwa dengan kesederhanaan, Apple justru akan tampil beda dan menonjol. Putih juga akan ‘mengirimkan pesan’ kepada pengguna bahwa mesin ini tidak akan ‘mendominasi’ penggunanya, tidak seperti warna hitam yang terkesan serius dan teknis. “iPod waktu itu berwarna putih karena generasi iBook kedua juga putih. Kebanyakan hal yang dikerjakan Jony Ive, mulai dari sekolah desainnya di Inggris, berwarna putih. Tidak heran kalau dia seolah ‘menyuntikkan’ filosofi warna putih ini di Apple.” Ungkap Satzger yang saat itu menjabat sebagai Product Designer.
Untuk merancang UI perangkat ini, Jobs sendiri yang menyusunnya bersama Tim Wasko, seorang desainer user interface veteran yang sebelumnya merupakan karyawan Jobs di NeXT. Jobs sangat cocok dengan karya Wasko sehingga dia memintanya bekerja bersama Robbin untuk UI di iTunes, dan kini ikut merancang UI untuk perangkat pemutar MP3 baru yang sedang disiapkan Apple. Salah satu karya Wasko yang merupakan favorit Jobs adalah interface berwarna metalik pada QuickTime 4, yang akhirnya diminta oleh Jobs untuk diaplikasikan pada sebagian besar software yang dibuat oleh Apple!
Pada bulan Agustus, prototype iPod untuk pertama kalinya memutar lagu! Lagu pertama yang diputar di perangkat ini adalah “Groovejet (If This Ain’t Love)” dari Spiller, sebuah house music yang mengajak orang bergoyang (genre musik ini cukup populer di akhir 90-an). “Ya Tuhan,” Jobs tidak dapat menutupi kegembiraannya. “Ini bakal sangat keren!”
Episode berikutnya akan mengungkap bagaimana Apple menghebohkan dunia dengan skema penjualan iPod yang juga memberikan solusi bagi para musisi yang kesulitan akibat lagu-lagunya banyak beredar sebagai bajakan, sekaligus menjadikan perangkat ini sebagai pemutar MP3 paling laris di dunia!
Referensi:
Kahney, Leander. (2013). Jony Ive: The Genius Behind Apple’s Greatest Products. Amazon.
Arlidge, John. (2014). Jonathan Ive, Designs Tomorrow. Time
Rosoff, Matt. (2015). Jony Ive carried a resignation letter in his pocket the first time he met Steve Jobs. Business Insider
Phelan, David. (2018). Jony Ive Interview: Apple Design Guru on How He Created the New iPad and The Philosophy Behind It. Independent.
Rossignol, Joe. (2019). iBook Turns 20: Watch Steve Jobs Unveil the World’s First Notebook with Wireless Internet. Macrumors