Kisah Silicon Valley #147 – Meninggalnya Steve Jobs dan Pergantian Pucuk Pimpinan Apple

via Time Magazine

“Saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang luar biasa untuk memberikan pelayanan sebagai CEO di perusahaan paling inovatif di dunia… Steve adalah pimpinan dan mentor yang luar biasa.. dan kita benar-benar menantikan bimbingan dan inspirasi Steve yang berkelanjutan dari Steve sebagai Chairman. Saya ingin Anda semua yakin bahwa Apple tidak akan berubah… Steve telah membangun perusahaan dan budaya yang tak mungkin disamai tempat lain di seluruh dunia dan kita akan tetap melangkah ke arah itu… Saya yakin bahwa tahun-tahun terbaik kita menanti di depan dan kita bersama akan terus menjadikan Apple sebagai tempat ajaib yang meraihnya.”

Demikian pidato Tim Cook saat pertama kali mengumumkan penunjukan dirinya sebagai CEO oleh Steve Jobs yang waktu itu mengundurkan diri ke posisi Chairman untuk Dewan Direksi Apple. Pidato ini ternyata menjadi awal petualangan baru yang tidak pernah dia impikan seumur hidup. Sesuatu yang mengubah pandangan orang di seluruh dunia terhadapnya!

Telepon yang Mengubah Perjalanan Hidup

Hari Minggu, 11 Agustus 2011, telepon berdering di rumah Tim Cook, yang tidak pernah disadarinya akan mengubah hidupnya. Ketika mengangkat telepon, di seberang sana terdengar suara perlahan Steve Jobs, meminta Cook untuk datang ke rumahnya di Palo Alto. Pada saat itu, Jobs baru saja menjalani perawatan untuk kanker pankreas yang dideritanya dan baru saja menerima transplantasi hati. Jobs sudah didiagnosa mengidap kanker sejak 2003 dan setelah pada awalnya menolak pengobatan, akhirnya pendiri Apple itu bersedia menjalani beberapa ‘prosedur’ untuk memerangi penyakit yang menggerogoti tubuhnya tersebut. Cook terkejut oleh telepon tersebut. Karena dia tahu pimpinannya itu sedang dalam perawatan, maka dia bertanya sopan, kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi Jobs. Di seberang sana, Steve Jobs menjawab pelan tapi tegas. SEKARANG!

Saat Cook tiba, Jobs mengungkapkan padanya bahwa dia ingin Cook mengambil alih posisi CEO Apple. Rencananya adalah, Jobs akan mengundurkan diri sebagai CEO dan masuk ke keadaan ‘setengah pensiun’. Sementara itu dia akan tetap mengawasi keadaan Apple dari posisinya sebagai Ketua Dewan Perusahaan. Meskipun saat itu kondisi Jobs sangat kritis, anehnya Cook juga meyakini bahwa ini hanya akan berlangsung untuk sementara. Mungkin karena meskipun sudah didiagnosa kanker, Jobs menolak untuk ‘memperlambat irama kerjanya’ di Apple. Bahkan dia masih sempat memimpin Apple menghadirkan dua produk yang menggemparkan: iPhone dan iPad! Jobs sendiri mengatakan, “Akan ada produk yang mengubah dunia lagi; Saya akan mengalahkan kanker ini,” Dan dia mengatakan ini dengan sangat serius. Jobs memang selalu menolak untuk mengakui bahwa penyakitnya serius, dan dia sangat yakin akan segera sembuh.

Penunjukan (diri sendiri) Steve Jobs sebagai chairman memang diyakini hanya untuk menenangkan para pemegang saham yang khawatir jika dia tidak lagi memimpin Apple. Meskipun demikian media-media teknologi bahkan meyakini bahwa Steve Jobs tetap mengendalikan Apple dari balik layar. Posisi chairman ini hanya agar dia punya banyak waktu untuk mengurus kesehatannya, namun intinya Apple masih berjalan sesuai komando Jobs. David Pogue dari New York Times menulis, “Anda bisa bertaruh bahwa meskipun sebagai chairman, Mr. Jobs tetap merupakan godfather di Apple. Dia akan tetap menjadi pengambil keputusan utama, memberikan visinya untuk membangun tim dan mengarahkan perusahaan.”

Tim Cook sendiri saat mengumumkan ini ke publik dengan rendah hati membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan bahwa Steve Jobs tetaplah godfather di Apple. Mereka tetap bekerja sama di posisi baru ini untuk menggerakkan Apple ke arah yang ‘seharusnya’. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa sebenarnya kematian itu sangat dekat!

Dalam sebuah wawancara setelah Steve Jobs tiada, Cook berkata pelan sambil mengenang percakapannya dengan Jobs hari itu, “Saya kira.. Dia akan hidup jauh lebih lama.”

“Kami terlibat dalam diskusi yang intens mengenai apa ‘arti’-nya saya jadi CEO dan dia di posisi chairman,” ungkapnya pelan. “Waktu dia mengatakan, ‘kau harus mengambil semua keputusan’, saya merasa ada yang salah. Jadi saya menanyakan kepadanya, ‘Maksudmu kalau aku meninjau iklan tertentu, lalu aku suka, iklan itu boleh ditayangkan tanpa kau menyetujuinya?’ Saya ingat dia tertawa dan berkata, ‘Paling tidak kau harus lapor dong,'”

Cook mengingat bahwa dia sampai tiga kali menanyakan, “Apa kau yakin ingin aku melakukan ini?” Karena dia merasa bahwa saat itu Jobs mulai sehat dan seakan siap menaklukkan dunia kembali. Namun Jobs waktu itu tetap yakin bahwa Cook harus mengambil posisi CEO. Akhirnya COO Apple itu menyetujui ‘promosi’ dirinya menjadi CEO dan tidak diduganya, hanya beberapa bulan setelah persetujuannya itu, Steve Jobs menghembuskan napas terakhirnya.

Sosok yang Jarang Dianggap di Apple

Sebenarnya ketika Steve Jobs tiada, dewan direksi Apple bersikeras untuk memilih seseorang dari luar perusahaan. Mereka dilanda kecemasan yang luar biasa bahwa orang pilihan Jobs ini tidak akan mampu membawa perusahaan ke tingkat yang lebih baik, atau bahkan sekedar sama dengan saat dipimpin Jobs. Dengan segara kontroversinya, Steve Jobs diakui dunia berhasil meletakkan Apple ke posisi tertinggi yang sepertinya bakal muskil dicapai oleh perusahaan mana pun.

Meskipun demikian, sebenarnya Cook telah menjalankan Apple di balik layar selama bertahun-tahun, sehingga bahkan Steve Jobs sendiri merasa aman ‘menyerahkan’ perusahaan ini ke tangannya. Memang tidak ada satu pun orang yang menganggapnya sebagai sosok yang memiliki visi, sebagaimana Steve Jobs dalam memimpin Apple. Kalau pun ada orang dengan tipikal yang serupa dengan itu, maka dia adalah Jony Ive, bukan Cook! Selain itu, Jony Ive dinilai sebagai sosok karismatik yang menghidupkan seluruh visi Steve Jobs melalui desain-desainnya. Dia juga sudah bekerja bersama Steve Jobs sejak pendiri Apple tersebut ‘kembali lagi’ ke Apple setelah ‘dibuang’ oleh perusahaan yang didirikannya sendiri. Ive telah membentuk ‘wajah’ produk-produk Apple mulai iMac, iPod, iPhone, dan iPad.

Jony Ive dan Steve Jobs

Namun meskipun beberapa orang berpikir bahwa Jony Ive berada dalam posisi yang sangat kuat untuk menggantikan Steve Jobs sebagai CEO, pria Inggris ini tidak memiliki minat sama sekali dalam menjalankan sebuah perusahaan. Dia hanya ingin terus berkarya dengan bebas. Desain adalah passion yang terus dikejarnya. Di Apple, Jony Ive telah memiliki apa yang diimpi-impikan seluruh desainer di dunia: sumber daya tanpa batas dan kebebasan kreatif. Dia tidak ingin mengorbankan posisi yang sudah sangat kuat dan bebas itu untuk mendapatkan sakit kepala kalau harus memegang posisi yang berkaitan dengan manajemen.

Scott Forstall via Cult of Mac

Kandidat lain yang banyak didorong media dan komentator teknologi adalah Scott Forstall, senior vice president untuk iOS. Forstall banyak mengerjakan proyek berkelas high profile seperti Mac OS X, software yang dijalankan di MacIntosh, hingga iOS di iPhone. Forstall juga memiliki reputasi sebagai seorang eksekutif yang memiliki permintaan tinggi dan sangat menuntut, mirip dengan gaya Jobs. Dia bahkan juga mengendarai Mercedez Benz SL55 warna perak yang sama seperti pendiri Apple tersebut. Kantor berita Bloomberg menyebutnya sebagai ‘mini-Steve’, jadi sangat mungkin jika dia ditunjuk sebagai penerus Steve Jobs di Apple.

“Tidak ada seorang pun yang ingin menjadikan Tim Cook CEO,” ujar salah seorang investor Silicon Valley kepada Adam Lshinsky dari Fortune pada tahun 2008. “Itu bisa jadi bahan tertawaan. Mereka tidak perlu orang yang cuma bisa menyelesaikan pekerjaan. Mereka ingin seseorang yang bisa menghadirkan produk brilian. Tim bukan orang seperti itu. Dia memang ahli operasional – di perusahaan di mana operasional dilakukan secara outsourcing.” Ucapan ini memang pedas, tapi memang kenyataannya, banyak yang berpikir seperti itu. Cook di Apple seakan tidak memberikan pengaruh besar baik dia ada ataupun tidak ada (meskipun sebenarnya tidak demikian).

Namun Cook memiliki pengalaman yang krusial dalam menjalankan Apple. Dia tahu perjalanan produk dari laboratorium hingga ke tangan pengguna secara persis di tiap tahapan, dan bahkan bisa melakukannya secara efektif. Ketika Steve Jobs beberapa kali harus ‘cuti’ sementara dari Apple karena masalah kesehatannya, Cook adalah satu-satunya orang yang menjalankan perusahaan ini dengan brilian, sampai-sampai orang tidak pernah merasa bahwa Jobs sebenarnya sedang tidak ada di Apple. Memang dalam posisinya sebagai Chief Operating Officer, Cook jarang tampil di media untuk sekedar berkomentar atau mengungkapkan pendapat tentang produk tertentu, namun dia jelas-jelas menjalankan pekerjaan dengan baik dalam mempertahankan kestabilan jangka panjang Apple.

Tapi Dewan Direksi Apple sangat khawatir akan pendapat publik. Dia mungkin tidak dicintai sebagai pribadi seperti halnya Steve Jobs. Masalahnya, hanya sedikit orang yang tahu kekuatan unik Tim Cook di Apple. Banyak orang mengharapkan Cook ikut menghadirkan perubahan di dunia seperti halnya Jobs, padahal dia bukan orang semacam itu. Namun jelas Direksi memiliki pandangan dan respek tersendiri terhadap segala hal yang telah dilakukan Tim Cook untuk Apple.

Pada tahun 2010, sebagai COO, Tim Cook menerima bonus sebesar USD 58 juta karena dinilai ‘bekerja sangat baik’ di Apple. Ketika Steve Jobs memintanya untuk menjadi CEO di tahun 2011, dan selang beberapa waktu kemudian Jobs menghembuskan napas terakhir, Dewan Direksi di luar berbagai kontroversi dan upaya pencarian CEO baru, tetap menawarkan ‘bonus’ tambahan berupa saham Apple kepada Tim Cook agar bersedia memegang jabatan CEO lebih lama. Terbukti pada akhirnya semua upaya pencarian ‘CEO baru’ itu tidak kunjung mencapai kesepakatan bulat karena Tim Cook ternyata mampu membawa Apple dalam langkah yang stabil dan secara bertahap maju ke depan! Karakter mereka berdua memang jauh berbeda. Jobs yang meledak-ledak akan selalu menemukan ‘terobosan baru’ yang bukan hanya mengubah cara dunia memandang sesuatu, tapi juga mengubah fungsi Apple secara keseluruhan. Cook di sisi lain sudah sangat matang dalam posisinya sebagai COO sebelumnya dan punya rencana sederhana: dia akan tetap menjaga kapal agar tetap pada tujuannya. Sama sekali tidak mengejutkan bahwa dia tidak mengumumkan perubahan drastis apa pun di Apple, bahkan setelah Steve Jobs tiada.


Jobs meninggal dunia beberapa hari setelah Apple merilis iPhone 4S di Yerba Buena Center for the Arts di San Francisco. Fitur terbaru 4S adalah asisten suara AI, Siri, yang merupakan salah satu proyek terakhir yang dikerjakan oleh Steve Jobs saat masih memegang tampuk pimpinan di Apple.

via Daily Mail

Berita meninggalnya Steve Jobs ini menimbulkan gelombang kejut yang dahsyat di seluruh dunia. Belum pernah terjadi sebelumnya, meninggalnya seorang CEO memengaruhi banyak orang di seluruh dunia begitu kuatnya. Di luar karakternya yang terkenal sebagai seorang tiran, Steve Jobs memiliki citra positif sebagai seorang visioner yang bukan saja menghadirkan produk-produk yang mengubah arah dunia, tapi juga memberikan solusi pada banyak bidang yang terdampak oleh laju teknologi secara elegan. Orang mengasosiasikannya dengan iPhone dan iPod yang mereka bawa setiap hari, dengan MacBook dan iMac yang membantu orang menyelesaikan pekerjaan dan memberikan cakrawala baru dalam kehidupan sehari-hari. Microsoft, musuh abadi Apple ikut mengumumkan pernyataan ikut berduka cita, Barack Obama menyebut Steve Jobs sebagai “salah seorang inovator terbaik Amerika yang cukup berani untuk ‘berpikir berbeda’, cukup yakin bahwa dia dapat mengubah dunia, dan cukup berbakat untuk mewujudkannya.”

Meninggalnya Steve Jobs mungkin mengubah banyak hal, termasuk kehidupan Tim Cook ke depannya!

Referensi:

Kahney, Leander. (2019). Tim Cook: The Genius Who Took Apple to the Next Level. Penguin.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation