Kisah Silicon Valley #19: Perang Musik Digital – Senjakala Pemutar Musik

via Cnet

September 2005, Apple mengedarkan sebuah undangan untuk ‘acara spesial’. Seperti biasa, Apple berupaya melontarkan misteri dengan fokus pada saku kecil pada celana jeans (di AS ini populer dengan change pocket – atau kantung untuk meletakkan recehan). Para wartawan berupaya menerka-nerka apa maksudnya, tapi gagal. Misteri tetap misteri. Pertanyaan baru terjawab saat Steve Jobs naik panggung.

“Pernahkah Anda bertanya-tanya apa fungsi saku ini?” Dia mengedarkan pandang kepada para penonton yang juga saling berpandangan satu sama lain. “Saya selalu bertanya-tanya apa sebenarnya fungsi dari satu kecil ini, tapi baiklah, sekarang kita tahu.” Jobs mengeluarkan sebuah perangkat mungil dari sakunya – Nantinya benda ini dipopulerkan dengan nama: iPod Nano. Audiens (seperti biasa) menyambut antusias. Tepuk tangan tanpa henti mengiringi penampilan Steve Jobs saat itu!

 

Nanogate

via arstechnica

Kegembiraan dan antusiasme itu tidak berlangsung lama. Perlahan namun pasti, media menyoroti kelemahan yang terdapat pada iPod Nano. Layarnya sangat mudah tergores! BBC melansir komentar dari seorang fanboy bernama Matthew Peterson, yang kecewa karena layar iPod Nanonya langsung pecah dalam waktu empat hari, padahal dia sudah menggunakannya dengan berhati-hati.

Pada tanggal 15 September, Matthew membuat situs ipodnanoflaw.com (kemudian diganti menjadi flawedmusicplayer.com) – dengan sorotan utama bagaimana iPod Nano ternyata sangat rentan dan mudah pecah layarnya. Di beberapa blog teknologi, muncul utas-utas panjang diskusi tentang kerentanan iPod Nano tersebut.

Media langsung menyambar fenomena ini dengan wawancara eksklusif terhadap para pelanggan yang kecewa. BBC mengangkat isu ini dalam Today Morning Talk – sebuah acara bincang-bincang yang cukup berpengaruh di khalayak umum Amerika. Washington Post menurunkan tajuk berupa sebuah pertanyaan menohok, “Apakah Kecacatan Layar Merupakan Kegagalan Fatal iPod Nano?”

Dalam terjangan publik ini, Apple tetap bungkam – Sebuah tindakan yang kemudian diterjemahkan massa sebagai arogansi dan keengganan mengakui kesalahan. Media semakin getol mengulik-ulik ‘dosa’ perusahaan yang cashflownya mulai positif tersebut. Steve Jobs sendiri yang memerintahkan agar jangan ada komentar apa pun dari Apple tanpa seizinnya. Namun, tanpa sepengetahuan Jobs, kelompok manajemen krisis dalam Apple  mengadakan rapat untuk meneliti seberapa besar dampak peristiwa ini terhadap keseluruhan produk dan nama besar Apple. Setelah meyakini bahwa mereka menemukan penyebab masalah ini, kelompok ini melapor pada Steve Jobs. CEO Apple ini akhirnya memberi izin untuk memberikan tanggapan resmi. Schiller mengadakan jumpa pers dan menyebutkan bahwa ada masalah dalam sejumlah produk, yang memengaruhi kurang lebih 0,1 persen unit yang terjual dan ini hanya pada produk awal yang diluncurkan – layarnya rentan goresan. Rekomendasi resmi Apple: Belilah case untuk melindungi layar iPod Nano tersebut.

Komentar resmi Apple bahwa hanya deretan produk awal iPod Nano yang terpengaruh, serta untuk menghindari adanya goresan maka pengguna harus membeli case – ternyata semakin memicu kemarahan konsumen. COO Apple saat itu, Tim Cook, menyatakan, “Kami yakin ini bukan masalah besar. iPod Nano terbuat dari bahan yang sama dengan iPod generasi keempat. Bagi konsumen yang khawatir, kami menyarankan agar menggunakan case yang tersedia di pasar.”

Ketika ditanya apakah kasus ini memengaruhi penjualan iPod milik Apple, Tim Cook menjawab, “Tidak ada pengaruh, saat ini memang permintaan terhadap Nano masih sedikit, tapi kita mengharapkan angka positif seperti biasanya setelah triwulan ini berlalu.” Nyatanya, Tim Cook keliru!

 

Akhir sebuah Era

Juli 2009, Steve Jobs nampak merenung di kantornya. Selama dekade terakhir dia telah menyelesaikan sebuah ‘PR’ yang teramat sulit, yaitu: menghidupkan Apple kembali dari kematian. iPod tidak diduga (atau sudah diduga Jobs) menjadi penyelamat dalam siklus keuangan negatif Apple selama era 90-an. Meskipun demikian, setelah melalui 26 triwulan, yang mana Apple menikmati pertumbuhan sepuluh kali lipat setiap tahunnya, akhirnya catatan keuangan Apple menunjukkan tren penjualan iPod yang menurun.

Bagaimana dengan Microsoft? Selain agak terlambat merilis Zune (yaitu saat gelombang minat terhadap iPod menurun), Microsoft juga menghadapi situasi di mana produknya dianggap tidak memberikan daya saing yang berarti bagi iPod. Kuartal pertama penjualan Zune memang cukup untuk menutup biaya produksi, namun setelah itu, penjualan Zune ikut turun seiring dengan turunnya minat terhadap pemutar musik. Portal berita teknologi Engadget menyoroti hal ini dengan judul ulasan yang sangat pas: Gone Too Zune.

Bagi Apple sendiri, penjualan iPod memang terus menerus menurun, namun iPod masih menguasai pasar pemutar musik secara dominan. Meskipun begitu shareholder serakah di Apple tentu saja tidak senang melihat angka keuntungan yang besar mulai menurun. Mereka mulai panik dan menekan eksekutif Apple agar mencari tahu penyebab penurunan keuntungan dan mulai berbenah. Tidak perlu penelitian mendalam untuk mengetahui penyebab penurunan ini, salah satu penyebabnya ditengarai adalah karena masyarakat umum memulai tren baru: Mendengarkan musik dari ponsel!

Meskipun demikian, terjadi sebuah anomali. iTunes sukses sebagai platform untuk menjual film, program dan serial TV, podcast, dan tetap laris juga sebagai penjual musik. Bagi label rekaman, iTunes merupakan penyelamat karena menurunnya minat terhadap CD/DVD pada akhirnya berhasil dipecahkan dengan cara menghadirkan sebuah platform digital yang memungkinkan perusahaan rekaman berjualan di dalamnya. Apple melalui iTunes mendapatkan keuntungan sebagai ‘makelar’ penjualan musik, sementara perusahaan rekaman selamat dari kemungkinan yang lebih buruk: Tergilasnya produk yang mereka jual karena ketidakmampuan merespon tren digital yang berkembang sejak akhir 90-an.

Steve Jobs pun tak tinggal diam. Di balik meja kerjanya di Cupertino, CEO Apple ini sudah menyiapkan sebuah rencana baru dalam menanggapi fenomena menurunnya penjualan iPod ini. Sebuah rencana yang bakal menjadikan namanya dikenal sepanjang masa, bukan hanya oleh fanboy Apple, tapi juga oleh warga dunia, sebagai pelopor yang mengubah cara seseorang berinteraksi dengan ponsel!

 

Epilog

Pada saat Steve Jobs menghembuskan napas terakhirnya di tahun 2011, tercatat bahwa Apple telah menjual 208 juta iPod. Jika dibandingkan dengan peningkatan yang terus menerus terjadi pada masa booming-nya, iPod pada masa itu mengalami penurunan hingga 50 juta per tahun. Namun produk ini dikenang sebagai salah satu produk paling ikonik dari Apple. Dunia mengenang Steve Jobs, selain sebagai salesman super yang menjual produk pemutar musiknya, jauh lebih dari itu, adalah seseorang yang berhasil merevolusi dan menyelamatkan dunia musik dari kehancuran!

 

 

Referensi

Arthur, Charles. (2013). Digital Wars – Apple, Google, Microsoft, dan Pertempuran Meraih Kekuasaan atas Internet. PT. Elex Media Komputindo

Isaacson, Walter. (2011). Steve Jobs. Simon & Schuster.

O’Brien, Terrence. (2015). Gone too Zoon: We Reflect on Microsoft’s Failed Music Project. Engadget

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation