Kisah Silicon Valley #4: Pertunjukan Kegigihan Microsoft, Terus Bersaing dengan Google Meski Tertinggal Jauh dalam Mesin Pencari

Kisah Silicon Valley #4: Pertunjukan Kegigihan Microsoft, Terus Bersaing dengan Google Meski Tertinggal Jauh dalam Mesin Pencari

Dalam artikel sebelumnya, saya membahas tentang bagaimana Google ‘mengendap-endap’ di antara para raksasa agar tidak membangunkan kewaspadaan mereka, terutama Microsoft yang memiliki reputasi ‘gemar’ menghancurkan perusahaan yang potensial merongrong dominasi mereka. Namun akhirnya, kepala Mesin Pencari Microsoft, MSN Search, menyadari potensi bahaya Google ini di medan perang yang mungkin samar bagi sang raksasa tersebut.

 

Pertempuran Tak Terelakkan

Yusuf Mehdi – MSN Search

Pada bulan Februari 2003, 25 anggota dewan tertinggi Microsoft mengadakan pertemuan di Redmond, termasuk Gates dan Ballmer. Tujuan utama pertemuan ini adalah membahas ancaman bisnis yang selama ini seakan lolos dari pandangan mereka. Google saat itu berada dalam titik populernya, sementara MSN justru kembang kempis.

Pokok permasalahannya adalah, MSN mengizinkan pengiklan membeli spot pada hasil pencarian. Artinya, misalnya Winpoin memasang iklan pada MSN, maka Winpoin dapat terus tampil di halaman pertama MSN, meskipun tidak populer sebenarnya. Ini merupakan dosa besar bagi konsumen! Apalagi Google tampil dengan gaya yang ‘jujur’ dan seakan tidak dipengaruhi upah. Google akan menampilkan hasil pencarian yang benar dan akurat tanpa terpengaruh jumlah uang yang dibayarkan pengiklan. Website Pengiklan hanya ditampilkan sebagai saran dan memang dilabeli sebagai ‘iklan’.

Gates yang meskipun berstatus ‘pensiun’, masih memiliki pengaruh besar di Microsoft (tentu saja), namun orang terkaya di dunia tersebut menyerahkan keputusan pada para petinggi Microsoft yang lain. Gates sendiri (yang lama tidak mendapatkan lawan tanding seimbang) antusias untuk melawan Google dari sisi comp sci. Dia tertarik untuk ikut serta menulis kode dan mengelola data sebagaimana halnya seorang teknisi komputer. Christoper Payne, kepala divisi software Microsoft bersama Yusuf Mehdi akhirnya mengepalai sebuah proyek yang disebut Underdog. Proyek tersebut didanai USD 100 juta. Tujuannya adalah menyaingi Google di bidang mesin pencari sebagai pemula (sebagaimana nama proyek tersebut). Microsoft sadar diri bahwa ini bukanlah ‘taman bermain’ mereka, namun mereka melakukan ini tanpa beban – hanya sebuah tantangan persaingan murni!

Saat mulai mencoba, tim ini langsung frustasi. Langkah pertama mereka jelas mengembangkan sebuah crawler untuk membaca dan mengindeks halaman web. Pada awal tahap pengembangan, Crawler milik Microsoft baru dapat membaca 24 dokumen secara tepat dalam seminggu, sementara crawler Google dalam waktu yang sama mampu mengindeks 4 miliar dokumen. Setelah upaya optimal, pada musim panas 2003, crawler Microsoft sudah masuk tahap lumayan dengan mampu mengindeks 500.000 dokumen.

Google pun tidak diam saja menghadapi Microsoft. Ini lahan mereka. Saat Microsoft baru mulai, Google telah mulai mengembangkan Bigtable. Sistem penyimpanan terdistribusi yang mampu menangani data dalam hitungan petabyte di ribuan server milik mereka. Sebagai catatan, pada tahun itu tidak ada perusahaan di muka bumi yang memiliki server sebanyak Google – apalagi sekarang. Microsoft benar-benar memulai dari keadaan tertinggal!

Microsoft sebenarnya memiliki kesempatan praktis untuk menyamakan kedudukan. Pada saat itu mereka punya peluang untuk membeli Overture, sebuah mesin pencari yang sudah matang untuk dijadikan ‘bahan bakar’ bersaing dengan Google. Namun posisi Gates (yang saat itu justru terlibat dalam tim Underdog sebagai teknisi) sebagai ‘pensiunan CEO’ tetap bersikeras tidak ingin ikut campur dalam keputusan sang CEO, Ballmer. Gates ikut serta menyiapkan ‘proposal’ kepada Ballmer dan bahkan bersedia mem-backup keuangan Microsoft jika ingin membeli Overture yang saat itu bernilai USD 2 miliar. Sayangnya, Ballmer yang terlalu perhitungan, menganggap pembelian Overture tidak efektif mengingat tim Underdog sendiri ‘bisa meniru secara efektif’ kemampuan Overture. Ballmer luput melihat bahwa membeli Overture bukan saja membeli hak perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, tapi juga ribuan pelanggan dan pengiklan yang sudah dimilikinya. Ini mungkin kesalahan terbesar Microsoft yang berada pada titik krusial untuk bersaing dengan Google. Pada bulan Juli 2003, Yahoo mendahului Microsoft membeli Overture!

Pada tanggal 29 April 2004, Google mengajukan dokumen untuk penawaran saham perdana senilai USD 2,7 miliar – tepatnya USD 2.718.281.828 (lelucon matematika, ini adalah 10 digit pertama satuan e, kita tahu Page dan Brin menyukai lelucon matematika). Bagi perusahaan mapan lainnya, situasi Google juga unik. Perusahaan ini sudah memiliki pendapatan yang sangat mapan, jarang terjadi untuk penawaran IPO. Karena sebagian besar sahamnya adalah milik karyawan sendiri (92 persen), maka banyak staf Google otomatis menjadi jutawan baru. Tindakan penawaran IPO secara resmi ini juga salah satu strategi Schmidt untuk menghindarkan Google secara diam-diam dibeli oleh Microsoft.

 

Kegigihan Microsoft (terutama Bill Gates) dalam Mesin Pencari

Microsoft di rentang tahun 2004 tersebut masih tercatat sebagai perusahaan bernilai tertinggi di dunia. Ballmer terus meningkatkan keuntungan Microsoft secara tajam dari sektor tradisional mereka: software. Namun bersaing dengan Google tak lagi relevan di bidang mesin pencari. Google sudah unggul jauh dalam ‘balapan’ lari tersebut, dan bahkan tak lagi terlihat ekornya.

Dalam kurun waktu tersebut juga, citra Microsoft tengah merosot drastis. Mereka dikenal sebagai raksasa yang rakus dan tak beretika. Karyawan sering mendapat cibiran hanya dengan mengaku bahwa mereka ‘karyawan Microsoft’. Kegemilangan Google ini menyilaukan mata banyak orang sehingga karyawan Microsoft banyak yang berpindah ke Google. Jarak kantor mereka yang hanya berselisih tujuh mil mempermudah eksodus tersebut. Sebenarnya bukan hanya Microsoft, karyawan Apple juga banyak yang silau untuk ikut bergabung dengan jawara mesin pencari tersebut. Namun Steve Jobs saat itu memiliki pengaruh besar di kalangan Silicon Valley – Jika ada karyawan Apple yang keluar, dia melarang dengan tegas perusahaan lain untuk merekrut mantan karyawannya. Jobs tak segan-segan menelepon Eric Schmidt saat mengetahui ada mantan karyawannya yang diterima di Google. Schmidt, yang saat itu merangkap sebagai salah satu direksi Apple, akan buru-buru minta maaf sambil menegaskan bahwa itu hanya kesalahan administrasi, lalu dia akan langsung memecat orang bersangkutan. Tidak ada yang ingin berurusan dengan kemarahan Steve Jobs pada era tersebut.

Google terus menikmati dominasinya pada mesin pencari, meskipun Microsoft tak henti-hentinya mencoba dan mencoba lagi. Seperti yang kita ketahui, pada tahun 2009, Microsoft meluncurkan Bing. Konon, sebenarnya ini adalah singkatan: But it’s not Google. Gates masih terlibat dalam proyek Underdog yang digagasnya sendiri untuk melawan Google sejak tahun 2003. Dalam beberapa kesempatan, Gates mengingatkan pada direksi dan karyawan Microsoft tentang pentingnya terus bersaing dalam mesin pencari untuk kepentingan mereka sendiri di masa mendatang. Sebagaimana halnya Page dan Brin, Gates melihat mesin pencari ini dapat menjadi landasan masa depan. Sayangnya Ballmer yang saat itu masih CEO sudah tidak antusias untuk bersaing dengan Google di bidang mesin pencari. Google sudah terlalu dominan baginya, dan Microsoft tidak perlu berpeluh berperang di medan yang tidak menguntungkan. Perbedaan visi ini mungkin yang di masa mendatang menjadikan Gates ‘merelakan’ Ballmer untuk turun dan digantikan Satya Nadella. Sikap Gates yang bersikeras dan memandang Bing sebagai elemen penting dari Microsoft ini juga nampak dalam suatu wawancara yang dilakukannya pada tahun 2014. Gates menyiratkan bahwa dia tidak akan mungkin menjual atau mematikan Bing, bahkan masih lebih mungkin baginya untuk menjual Xbox. Padahal tahun itu Xbox menunjukkan profit yang dahsyat serta dianggap sejajar dengan Sony Playstation yang menguasai dunia konsol.

Sekedar catatan kecil: Nadella nampaknya memuaskan Gates dengan perhatiannya pada mesin pencari dan upaya bersaing dengan Google. Cortana berkembang pesat di era Nadella, menjadikan Bing cukup relevan untuk bertanding dengan Google – Bahkan sepertinya Cortana ini menjadi ‘senjata’ Microsoft untuk bersaing di bidang lain yang mungkin saat ini belum kita bayangkan: Perang AI dan Bot!

 

 

 

Referensi:

Arthur, Charles. (2013). Digital Wars – Apple, Google, Microsoft, dan Pertempuran Meraih Kekuasaan atas Internet. PT. Elex Media Komputindo

Carr, Nicholas. (2010). The Shallows – Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita? PT. Mizan Pustaka

Google Wikipedia

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation