Kisah Silicon Valley #98 – Produsen Game Terbesar Dunia

via VentureBeat

“Waktu masih SMA, saya sudah membuat game sendiri sebagai seorang amatir,” ungkap Allen Adham dalam sebuah wawancara. “Sebelum saya lulus, sekitar 1983 atau 1984, saya sudah mengerjakan game bernama The Demon’s Fort dan game lain berjudul Mind Shatter.” Cerita Adham tersebut menunjukkan passion-nya yang luar biasa dalam hal membuat game. Dia merasakan kebanggaan tersendiri ketika berhasil membuat sebuah game yang seru. Memulai lebih dini dan memulai dengan penuh kecintaan terhadap karyanya mungkin adalah salah satu hal yang menjadikan Co-Founder Blizzard ini nantinya menemukan kesuksesan!

 

Perusahaan Game sejak Lulus Kuliah

dari kiri ke kanan: Frank Pearce, Mike Morhaime, dan Allen Adham via VentureBeat

Allen Adham, Frank Pearce, dan Mike Morhaime mendirikan perusahaan Silicon & Synapse pada Februari 1991, tepat setelah mereka lulus dari UCLA. Di antara ketiga temannya ini, Adham adalah yang paling high profile karena dia sempat bekerja menulis kode untuk game di Interplay, Datasoft, dan Software Toolworks. Dekade itu adalah awal kejayaan PC rumahan dan game konsol Nintendo, sehingga tidak mengherankan bahwa proyek pertama mereka adalah melakukan porting game dari satu platform ke platform lain. Jika kamu besar di era 90-an dan pernah bermain Battle Chess atau Commodore 64 di Windows, itu adalah beberapa hasil karya awal Blizzard.

Pada tahun 1992, Silicon and Synapse merilis game yang sebelumnya bernama Racing Destruction Set, dengan alih nama menjadi RPM Racing di Super Nintendo Entertainment System. Art yang ditampilkan pada game ini kemudian menjadi salah satu landasan proyek orisinal mereka: The Lost Vikings. Game ini dirilis di PC dan Super Nintendo Entertainment System.

via IGN

“Kami terinspirasi oleh game yang bernama Lemmings,” jelas Adham saat peluncuran Lost Vikings. “Kami semua sangat menyukainya sampai kami merasa bahwa kami harus membuat game semacam itu, tapi untuk konsol.”

Lemmings yang dimaksud adalah game yang dikembangkan oleh DMA Design, kita mengenalnya kemudian sebagai Rockstar North, dengan game legendarisnya: Grand Theft Auto! Lost Vikings ini nantinya akan menjadi landasan desain Blizzard untuk banyak game populernya di masa mendatang, seperti World of Warcraft dan Diablo.

“Secara filosofis, kami belajar bahwa menciptakan sesuatu yang baru dan menarik, merupakan proses yang chaotic namun tetap fleksibel. Untuk kami, seperti yang Anda lihat hari ini, kami tetap senang mengambil risiko, kami suka mencoba hal-hal baru, genre baru: Hearthstone, Overwatch, World of Warcraft. Semua game itu merupakan entitas yang berbeda dari game yang kami kerjakan sebelumnya. Lost Vikings benar-benar membantu kami untuk meletakkan kami pada jalur tersebut!” Ungkap Adhem.

Pada tahun 1992, Westwood Studios merilis game yang nantinya akan memberi inspirasi bagi banyak developer game lain di masa mendatang: Dune II. Game ini sukses luar biasa dan menjadikan banyak developer mengembangkan game yang ‘terinspirasi’ dari Dune.

“Kami pada saat itu adalah perusahaan yang masih muda dan kecil. Ikatan antar developer game sangat sangat kuat. Begitu mudah untuk mengenal semua orang karena kami biasanya minum bir bersama dan hanya perlu 2-3 mobil untuk mengangkut seluruh karyawan perusahaan,” ujar Frank Pierce, yang kini menjabat Senior Vice President Blizzard dalam wawancaranya dengan IGN pada tahun 2001.

Pada tahun 1994, Silicon and Synapse mengganti nama menjadi Chaos Studio, dan tidak berapa lama kemudian, mereka beralih lagi menjadi nama yang mereka gunakan hingga sekarang: Blizzard.

 

Game paling populer di dunia

Tahun 1994, Blizzard melanjutkan kemesraannya dengan Nintendo. Mereka merilis game Blackthorne untuk SNES. Tim developer tampaknya saat itu sedang dalam masa kreatifnya. Musim panas 1994, mereka kembali merilis sebuah game PC berjudul Warcraft: Orcs vs Humans. Game ini nantinya akan menjadi salah satu game paling populer bagi Blizzard!

via IGN

Game ini terinspirasi dari karya-karya Tolkien seperti Lord of the Rings dan The Hobbit (Tidak mengherankan seri game Warcraft mencapai puncak popularitasnya pada awal milenium saat Peter Jackson menyutradarai trilogi Lord of The Rings yang populer di seluruh penjuru dunia). Hal yang paling penting dari game ini adalah, bahwa game ini bukan hanya menarik para hardcore gamer, tapi juga ‘menumbuhkan’ banyak gamer baru. Penambahan fitur multiplayer lewat modem dan LAN menjadikan genre game ini disukai oleh jutaan orang yang bermain baik dengan metode LAN party, maupun secara online. Warcraft bukan hanya menjadikan nama Blizzard bergaung ke seluruh dunia, akan tetapi juga mendatangkan profit bagi perusahaan ini.

“Saya masih ingat pada tahun 94 yang lalu setelah kami menerbitkan Warcraft 1, perusahaan saat itu hanya punya 25 karyawan, tapi booth kami di CES dikerumuni puluhan orang setiap harinya. Mereka semua kelihatan sangat bersemangat,” ungkap Shane Dabiri, salah satu karyawan awal Blizzard.

Ini tidak berlebihan. Karena dengan Warcraft ini, Blizzard akan menjadi produsen game yang merupakan ‘penguasa’ di genre ini. Tidak mengherankan memang karena pada saat itu di rak toko game, Warcraft adalah salah satu dari tiga judul – ya, hanya tiga judul – game bertipe Real Time Strategy saat itu. Rilisan selanjutnya: Warcraft II: Tides of Darkness, dirilis dalam versi MS-DOS di akhir 1995. Sebagai salah satu pelopor di genre ini, Blizzard berupaya mati-matian mempertahankan dominasinya dengan cara meningkatkan teknologi, fitur, cerita, dan keasyikan bermain. Mereka menyadari bahwa mereka adalah salah satu yang pertama di Real Time Strategy, dan mereka ingin agar judul-judul game mereka bakal dikenang selama mungkin. Warcraft II menyertakan map editor yang mudah untuk digunakan, sehingga memungkinkan para pemain saling berbagi file .PUD lintas web. Permainan juga bisa dilakukan melalui jaringan lokal, namun Blizzard terus menggodok agar permainan ini bisa dilakukan lancar dengan online. Blizzard menyadari pentingnya aspek online game dan ingin memaksimalkannya untuk proyek-proyek selanjutnya.

Salah satu kehebatan Blizzard adalah, mereka selalu berupaya merilis game sebelum jadwal rilis yang semestinya. Mereka menyadari bahwa fans benar-benar menanti-nantikan gamenya dan keterlambatan jadwal rilis akan benar-benar menghancurkan harapan fans. Oleh karena itu mereka menunjukkan citra bahwa Blizzard adalah perusahaan yang peduli terhadap fans. Mereka berupaya untuk memproduksi game yang hebat, tanpa mempedulikan penjualannya. Ini menjadi semacam mantra untuk Blizzard. Namun tekad ini bukan tanpa efek buruk. Karena tidak ingin merilis game yang tidak sesuai dengan ‘standar Blizzard’, maka dalam beberapa kejadian, mereka harus membatalkan sebuah proyek game begitu mereka merasa bahwa mereka tidak akan mampu merilis game tersebut dengan kualitas yang mumpuni sesuai deadline. Salah satu ‘korban’ kebijakan ini adalah Warcraft Adventure. Game ini seharusnya mengisahkan mitologi di balik ras Orc di game Warcraft. Mereka bahkan sudah bekerja sama dengan Animation Magic, perusahaan di balik Legend of Zelda untuk menyelesaikan proyek ini.

 

Blizzard mulai merambah dunia game online

via IGN

Awal ekspansi kerajaan Blizzard sebagai sebuah perusahaan yang dikenal oleh dunia, adalah melalui Diablo. Game ini sebenarnya dikembangkan oleh Condor Games, sebuah studio terpisah yang bekerja sama dengan Blizzard. Pada tahun 1996, Blizzard mengakuisisi Condor dan mengganti namanya menjadi Blizzard North. Game ini sebenarnya memiliki sistem yang sangat sederhana, salah satu hal yang mendukung kemudahan orang mempelajari cara permainannya dan menjadikannya laris di seluruh dunia. Pemain cukup mengklik mouse untuk berjalan atau menyerang. Struktur leveling dalam game ini benar-benar menjadikan orang-orang kecanduan. Apalagi game ini memungkinkan banyak orang untuk ‘berpetualang’ bersama melalui layanan online Battle.net.

Saat Condor mengerjakan Diablo, Blizzard sendiri mengerjakan game yang sudah menyempurnakan sistem online pada Warcraft terdahulu. Di Electronic Entertainment Expo selanjutnya, Blizzard memperkenalkan StarCraft! Game ini serupa dengan petualangan Orc dan manusia di seri sebelumnya, akan tetapi memiliki setting lokasi angkasa luar.

Yang menjadikan game ini menjadi ‘hit’ instan di mana-mana, genre real time strategy saat itu memang masih merupakan konsep baru (dan ingat bahwa Blizzard adalah salah satu penguasanya). Starcraft memperkenalkan cerita baru menghadirkan tiga ras yang sama kuatnya, sehingga menjadikan fans menjagokan ras favorit masing-masing dan bertempur dalam adu strategi yang memikat dan menegangkan. Game ini benar-benar melibatkan fans secara mendalam, terutama gamer asal Tiongkok dan Korea. Tahun 2005 lalu, seorang gamer asal Korea meninggal dunia setelah berhari-hari bermain Starcraft tanpa henti. Ini menunjukkan betapa Starcraft mampu ‘mengikat’ para penggemarnya secara begitu mendalam.

StarCraft dianggap monumental juga berdasarkan hasil penjualan yang dahsyat. 1,5 juta kopi game terjual di seluruh dunia. Ini merupakan game ketiga Blizzard yang melampaui angka 1 juta kopi setelah Diablo dan Warcraft II.


Pada episode selanjutnya, akan dikisahkan bagaimana Blizzard menguasai dunia game dan menjadikan game-gamenya selain sebagai hiburan, juga genre olahraga baru: esport!

 

Referensi

Andreadis, Kosta. (2019). Early Days of Blizzard with Co-Founder Allen AdhamIGN

Clayman, David. (2010). The History of Blizzard. IGN.

PCGamer. (2016). Complete history of Blizzard Games on PC. PC Gamer

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation