Setup Home Server Saya di GEEKOM A5 — Cuma Pakai WSL

Sebelumnya saya memiliki Home Server yang diinstall di Ubuntu 24.04 sebagai Host di Laptop Asus K401UQK yang kemudian didalamnya saya install docker container seperti Adguard Home untuk DNS Server, Cloudflared dan beberapa aplikasi dan web yang saya kembangkan dan online-kan.

Semuanya saya rasa berjalan stabil tanpa ada kendala, namun sayangnya karena laptop tersebut berjalan hampir 24/7, ada beberapa kendala yang muncul terutama dalam hal suhu yang jadi sangat panas.

Selain itu, saya juga butuh laptop yang harus dibawa kemana mana, karena Asus Vivobook OLED 15 sudah tidak lagi saya pegang, akhirnya saya harus kembali membawa laptop ini kemanapun saya pergi keluar.

Setup Baru Dengan Mini PC

Nah beberapa waktu lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mencoba Mini PC GEEKOM A5 yang artikel review-nya bisa kamu baca pada halaman : Review GEEKOM A5 R7 – 5825U: Mini PC Powerful untuk Kerja & Gaming Ringan

Perangkat ini sudah menggunakan processor AMD Ryzen™ 7 5825U, 16 GB RAM DDR4, dan 512 GB SSD, secara teori ini bisa dong dijadikan Home Server kecil yang lebih baik dari laptop saya sebelumnya.

⚡️ Akhirnya Kebagian Sinyal 5G di Rumah, Sekencang Apa?

OS Windows 11 Pro Sebagai Host dengan VM

Nah setelah mencoba perangkat ini ada dilema yang saya rasakan, disatu sisi saya ingin menginstall Linux atau bahkan Proxmox secara langsung di NVME SSD menggantikan Windows 11 Pro sebagai host, tapi disisi lain Windows 11 juga saya butuhkan untuk melakukan beberapa pekerjaan yang hanya bisa diinstall di Windows.

Dengan dilema tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan Windows 11 Pro sebagai Host dengan VM yang berjalan di VirtualBox saja.

Masing masing dari VM tersebut saya set dengan 2 core dan 1 GB RAM, kecuali untuk VM Internet Hub yang memang digunakan untuk prod saya set ke 4 Core dan 2 GB RAM. Hasilnya berjalan baik, karena pada dasarnya spesifikasi Mini PC GEEKOM A5 ini sudah sangat mendukung, VM bisa berjalan sangat mulus, sementara Windows juga bisa saya gunakan untuk bekerja.

Butuh Performa Extra Bikin Saya Pindah Ke WSL

Nah suatu saat, server Production yang saya pakai ini meskipun sudah berjalan sangat mulus, namun ketika diakses oleh beberapa ribu orang dalam satu waktu rasanya agak berat, apalagi dengan hanya mengandalkan 4 Core Processor dan 2 GB RAM.

Meskipun bisa kita tingkatkan, namun rasanya masih kurang maksimal, hingga sesekali website atau layanan yang berjalan disana lambat hingga kesulitan untuk diakses karena adanya spike tinggi pada service MySQL.

Nah untuk itu, akhirnya saya memutuskan untuk mulai memindahkan beberapa aplikasi atau layanan penting yang berjalan di VM tersebut ke Host secara langsung, disini saya menggunakan WSL 2 yang memang bisa diinstall dengan mudah di Windows 11.

Artikelnya bisa kamu baca pada halaman : Tutorial WSL 2 di Windows 11: Instalasi Ubuntu 24.04 Step by Step

Setup di WSL ini saya masih tetap menggunakan docker karena kemudahan dan fleksibilitas-nya, selain itu karena kedepannya mungkin akan ada beberapa aplikasi atau service lain yang saya tambahkan, karena dengan docker saya bisa menghindari adanya conflict requirements antara aplikasi.

Beberapa service yang sudah saya migrasikan

Selain itu, karena berjalan di Host secara langsung, konsumsi resource, latency, dan I/O di WSL 2 ini berjalan lebih baik daripada di VirtualBox karena pada dasarnya WSL 2 juga menggunakan kernel Linux asli di dalam lightweight utility VM.

WSL ini sendiri juga terisolasi karena kernel Linux berjalan terpisah dari host Windows, saya juga tidak takut ini akan mempengaruhi sistem Windows itu sendiri.

Untuk apa server ini?

Saat ini saya menginstall beberapa aplikasi termasuk host utama dari gylang.my.id dan sub domain dibawahnya di server ini. Dan tentu daripada beli hosting atau VPS, dengan metode ini dan tambahan cloudflared untuk mempublikasikan aplikasi dan layanan didalam server, saya jelas bisa berhemat ratusan ribu bahkan jutaan, apalagi ada beberapa service yang nebeng (atau sewa) ke saya, jadinya lumayan juga untuk menambah penghasilan dengan modal Home Server ini.

Satu hal saja, cukup pastikan internet berjalan normal (yang bisa diakali dengan metode failover antara modem Biznet dan MyRep di Mikrotik), dan listrik yang juga harus stabil dan tidak pernah mati.

Tapi untuk saat ini sebagian service masih berjalan di VM, seperti misalkan Adguard Home, Owncloud sebagai pengganti Google Drive, dan juga blog saya yang lain di di blog.gylang.my.id. Namun kedepannya mungkin akan saya pindahkan juga ke WSL dengan catatan selama semuanya sudah siap agar sistem berjalan stabil dan performa bisa makin jos dan mantap.

Kenapa tidak install Docker langsung di Windows?

Sebenarnya, Docker juga bisa diinstall langsung di Windows, namun perlu diketahui bahwa ia tetap berjalan di atas VM Hyper‑V untuk menyediakan kernel Linux, dari sisi performa ada sedikit perbedaan dan cenderung lebih berat karena konsumsi resource juga lebih tinggi. Sementara jika diinstall langsung di WSL2, Docker berjalan langsung di atas kernel Linux bawaan WSL sehingga lebih ringan, lebih cepat, lebih kompatibel dengan ekosistem Linux, dan tentu jadinya lebih natural dipakai bersama toolchain Linux, sehingga pengalaman penggunaannya jadi lebih stabil dan efisien.

Kekurangan WSL?

Meskipun berjalan lebih baik karena memang menggunakan resource Host secara langsung, namun ada satu hal yang saya rasa masih jadi kekurangan di WSL, yaitu tidak adanya sistem snapshot seperti di VM.

Tapi tenang, kita bisa mengakalinya dengan menyalin langsung folder distro yang ada di %LOCALAPPDATA%\Packages… atau lebih praktis bisa juga menggunakan perintah wsl –export untuk membuat image .tar, sementara untuk Restore, cukup gunakan wsl –import dari file backup tersebut saja.

Kesimpulan

Bisa dikatakan bahwa perjalanan migrasi dari laptop lama dengan Ubuntu dan VirtualBox menuju Mini PC GEEKOM A5 dengan Windows 11 sebagai host ini masih panjang.

Dengan dukungan Docker, WSL 2 mampu memberikan fleksibilitas, konsumsi resource yang lebih ringan, serta latency dan I/O yang lebih baik dibandingkan VM, sehingga layanan produksi dapat berjalan lebih stabil meski menghadapi lonjakan trafik. Walaupun WSL belum memiliki fitur snapshot seperti VM, solusi backup dengan wsl --export dan wsl --import tetap bisa diandalkan.

Nah secara keseluruhan, setup ini bukan hanya menghemat biaya hosting, tetapi juga membuka peluang monetisasi dari layanan yang dijalankan, dengan catatan internet dan listrik harus stabil agar sistem tetap handal, selain itu jiwa oprek oprek saya juga bisa makin maksimal karena secara umum perangkat GEEKOM A5 R7 – 5825U ini sudah lebih dari cukup untuk saya saat ini.

Untuk kamu yang ingin membeli perangkat ini, kamu bisa membelinya dari link berikut Shopee | Tokopedia | TikTok Shop, pastikan kamu pakai kode voucher GEEKA511 untuk mendapatkan diskon menarik guys.

Gylang Satria

Penulis, Pengguna Windows 11, Linux Ubuntu, dan Samsung S24. Tag @gylang_satria di Disqus jika ada pertanyaan.

Post navigation