Silicon Valley #57 – Akuisisi Motorola, Wujud Ambisi Lenovo

via Chinadaily

“Hari ini kita mencapai tonggak sejarah untuk Lenovo dan Motorola – dan bersama-sama kita siap untuk bersaing, bertumbuh, dan memenangkan pasar smartphone global. Dengan mengembangkan tantangan untuk mempertahankan Motorola sebagai pembuat smartphone nomor tiga dunia, kami akan memberikan sesuatu yang dibutuhkan pasar: pilihan, kompetisi, dan pijaran inovasi,” ujar Yang Yuanqing, CEO Lenovo saat mengumumkan merger antara Lenovo dan Motorola. “Kemitraan ini sangat cocok. Lenovo memiliki strategi yang jelas, skala global, dan kesempurnaan operasional yang telah terbukti. Motorola membawakan kehadiran yang kuat bagi kami di AS dan pasar lainnya, hubungan dengan operator yang hebat, merek ikonik, portofolio yang kuat, dan tim yang sangat berbakat. Ini adalah kombinasi menuju kemenangan!”

 

Motorola dalam Genggaman Google

via Geek

Pada tanggal 15 Agustus 2011, Google mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Motorola dengan nilai USD 12,5 miliar. Pada saat mengakuisisi salah satu pembuat ponsel klasik AS itu, Google memiliki visi untuk mempercepat inovasi dan pilihan dalam mobile computing. Konsumen akan dapat memperoleh perangkat dengan harga yang lebih murah. Selain itu, portofolio paten Motorola akan membantu melindungi ekosistem Android. Sebagai sebuah software yang bersifat open source, Android penting dalam persaingan di ruang perangkat seluler. Memegang banyak paten dalam pembuatan ponsel akan membantu Google menghasilkan software yang lebih baik. Fokus Google saat itu jelas: Paten dan teknologi Motorola. Meskipun demikian, kita tahu kekuatan Motorola bukan di situ saja. Perusahaan ini memiliki penggemar yang loyal dan citra merek positif, terutama di AS. Produk-produk Motorola memiliki basis penggemar tersendiri yang rela terus membeli setiap kali Motorola meluncurkan produk-produk baru.

via China IT News

Lenovo sudah sejak awal melihat celah dalam pembelian Google terhadap Motorola tersebut. Setelah sukses mengakuisisi divisi hardware IBM, Lenovo masih merasa lapar. Mereka sudah membaca peralihan tren teknologi dari PC ke perangkat mobile dan karena itu juga ikut meramaikan ranah smartphone. “Kami sudah mulai mendekati Motorola saat Google baru saja mengumumkan akuisisi,” ujar Liu Jun, Executive Vice President of Mobile Lenovo. “Kami tahu bahwa Google adalah pemilik Android, dan kami merasa bahwa mereka tidak akan menginginkan sisi hardware bisnis tersebut.”

Lenovo memang sudah memperkirakan sejak awal bahwa Google membeli Motorola murni hanya untuk patennya saja, jadi mereka memutuskan untuk langsung mengajukan penawaran terhadap divisi hardware Motorola untuk persiapan. “Jelas bagi kami bahwa Google hanya menginginkan portofolio paten Motorola,” ujar Jun. “Jadi menurut kami, Lenovo punya peluang untuk memiliki divisi hardware Motorola. Kami mendekati Google, Eric Schmidt dan Andy Rubin, dan banyak diskusi mengenai hal ini. Namun kemudian Google memutuskan untuk mencoba menggunakannya untuk memproduksi hardware sendiri.”

Google telah menghabiskan bertahun-tahun mencari cara untuk menjadikan manufaktur hardware dan sisi jual Motorola berguna baginya. Namun upaya ini nampaknya tidak begitu berhasil. Google sempat merilis Motorola Nexus 6 di tahun 2014, namun sambutan pasar biasa-biasa saja.

via GSMarena

Google akhirnya menyerah. Mereka kembali ke perusahaan yang menghubungi mereka pertama kali saat mengakuisisi Motorola.

Jun menjelaskan dengan wajah berseri-seri, “Satu setengah tahun kemudian, Google mempertimbangkan ulang strateginya, dan pada akhir 2013, kami mendapatkan telepon dari Google, dari Eric Schmidt. Mereka menanyakan apakah kami masih memiliki minat terhadap divisi hardware Motorola, dan tentu saja kami bilang ya!”

 

Harga ‘Murah’ Motorola

Eric Schmidt via Android Headlines

“Kami selalu menganggap Motorola adalah pembelian yang bagus, jadi kami mengatakan ya pada Schmidt dan hanya perlu tiga hingga empat bulan untuk menandatangani kontrak.”

Lebih dari ungkapan ‘cepat’ yang disampaikan Liu Jun, pembelian Motorola oleh Google ini juga merosot jauh dari harga saat Google membeli Motorola sebelumnya (meskipun memperhitungkan bahwa Google mengakuisisi banyak paten dari Motorola). Di bawah perjanjian, Lenovo akan membayar Google sebagai induk Motorola sebesar USD 2,91 miliar, dengan perincian USD 660 juta uang tunai dan USD 750 juta berupa saham dari Lenovo. Sisa uang USD 1,5 miliar akan dibayarkan kepada Google dalam bentuk cicilan selama tiga tahun. Ini hanya seperempat nilai yang dibayarkan Google saat mengakuisisi Motorola sebelumnya!

Akuisisi ini menyisakan banyak pertanyaan bagi kalangan pemerhati teknologi dan para analis. Lenovo sudah memiliki merek ponsel sendiri. Penjualan mereka pada saat itu juga cukup bagus (10 besar manufaktur Android dunia) meskipun belum menjual satu produk pun di AS. Harapan Lenovo, memiliki Motorola akan sekaligus memudahkan mereka menembus pasar AS dan meningkatkan penjualan ponselnya. Namun tentu saja ada dualitas merek di sini dan para analis bertanya-tanya, keputusan apakah yang akan diambil Lenovo terkait dengan dua merek yang dimilikinya.

Aymer de Lencquesaing via ITP

Aymer de Lencquesaing, Senior Vice President Lenovo mengungkapkan kepada TechRadar, “Saat kami membeli Motorola, yang kami dapatkan adalah sebuah merek yang memiliki resonansi terhadap ponsel. Lenovo juga merupakan merek yang kuat, namun belum begitu diasosiasikan dengan smartphone, sebaliknya Motorola memiliki kekuatan ini. Di beberapa pasar, kami akan menggunakan satu merek, dan di pasar lain, kami akan menggunakan kedua merek tersebut. Semua pertukaran penggunaan memungkinkan.”

Chen Xudong via Phone Arena

Skema ini mirip dengan saat Lenovo membeli IBM pada tahun 2005. Mereka mempertahankan nama Thinkpad dan terus menggunakannya, terutama di tempat yang nama Thinkpad memiliki popularitas tersendiri. “IBM waktu itu memiliki warisan di Tiongkok, jadi kami harus menggunakan merek Lenovo dan Thinkpad bersamaan,” jelas Chen Xudong, Supervisor dan President Lenovo Tiongkok. “Kami memiliki pangsa pasar yang bagus dengan kedua merek tersebut, jadi kami harus memosisikan lini produk dan menjaga warisan ini. Kami akan menggunakan strategi yang serupa dengan Motorola.”

 

Perjuangan untuk Profit

Tindakan Lenovo membeli Motorola ini tentu saja menjadi sensasi tersendiri. Terutama di Tiongkok. Perusahaan milik Liu Chuanzhi ini seakan menjadi pahlawan nasional. Nama Tiongkok di dunia internasional juga makin diperhitungkan. Momen ini juga bertepatan dengan ekspansi ekonomi Tiongkok secara besar-besaran secara internasional, yang mana bahkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sampai dinilai ‘terlalu kuat’ oleh New York Times. Namun di balik segala hingar bingar pujian terhadap Lenovo, siapa sangka bahwa setelah membeli Motorola, justru Lenovo harus berjuang untuk profit. Perusahaan yang sempat menempati peringkat ketiga dunia dalam penjualan smartphone ini malah tertatih dan terus menurun.

Seiring dengan meningkatnya perekonomian Tiongkok, salah satu kendaraan utama mereka adalah industri smartphone. Tiongkok sangat mendukung industri ini dan bahkan hingga di tingkat rumah tangga. BBK Electronics, salah satu raksasa elektronik Tiongkok ikut terjun dalam industri smartphone. Perusahaan yang dimiliki oleh Duan Yogping ini memiliki tiga merek smartphone yang hebatnya, kesemua penjualannya mendunia. Kamu pasti akrab dengan tiga merek ini: OppoVivo, dan OnePlus! Ketiganya memiliki segmen yang jelas sehingga berhasil standout di tengah arus terjangan banyak perusahaan manufaktur smartphone (yang sebagian besar dari Tiongkok). Oppo memosisikan diri sebagai spesialis selfie, Vivo lebih inovatif dalam hal penggunaan teknologi baru yang unik, sementara OnePlus dengan slogannya “Never Settle”, tenar sebagai smartphone “spek tinggi harga murah”. Ketiga merek ini menekan penjualan Lenovo sampai harus kehilangan posisi di daftar 10 besar penjualan smartphone. Penawaran dan pemosisian Lenovo di pasar smartphone yang kurang unik menjadikannya terus tergerus.

Di saat seperti ini, mungkin Lenovo merasa bersyukur telah membeli Motorola dan tidak mengutak-atik mereknya (rencana awal mereka akan memberi nama perangkatnya Lenovo-Moto). Penjualan Motorola terus stabil di pasar smartphone, terutama di AS. Kekuatan utama Motorola terletak pada dasar-dasar yang kukuh, seperti build quality yang bagus, OS yang merujuk ke stock Android, tangkapan sinyal yang superior, serta inovasi yang keren – terutama di lini Moto Z. Perangkat Moto Z populer karena dapat memasangkan Moto Mods, sebuah aksesori tambahan yang memiliki aneka fungsi spesifik.

via Android Community

Pada tahun 2016, barulah Lenovo akhirnya mencatatkan profit solid sebesar USD 300 juta di kuartal pertama. Lenovo mulai berhenti kehilangan uang sejak periode ini. Meskipun tidak menanjak secara signifikan, namun paling tidak Lenovo tidak lagi mengalami kerugian di pangsa penjualan smartphone.

Petualangan Lenovo di ranah teknologi masih panjang. Nampaknya perusahaan ini serius mewujudkan visi Liu Chuanzhi, bukan sekedar menjadi perusahaan teknologi terbesar di Tiongkok, melainkan perusahaan teknologi internasional yang memberikan sumbangsih inovasi teknologi menyeluruh terhadap dunia!

 

 

 

Referensi

Chacksfield, Mark. (2014). Hello Moto: The True Story Behind Lenovo’s Big Buy. TechRadar.

Cheng, Roger. (2014). It’s official: Motorola Mobility now belongs to LenovoCnet.

Dent, Steve. (2016). Lenovo finally profitable on mobile after buying MotorolaEngadget.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation