Windows Phone Mati? Tenang… Masih Lama Kok

Windows Phone MatiAkhir-akhir ini kebanyakan berita seputar teknologi dihiasi oleh kisah negatif seputar OS mobile terbesar ketiga di dunia dari Microsoft yang sedang mengalami penurunan pengguna dalam jumlah yang masif. Tentu saja hal ini menjadikan para pengguna Windows Phone semakin pesimis akan masa depan OS ini. Pun untuk pengguna OS lain tentu saja berpikir dua kali untuk beralih ke Windows Mobile. Kampanye “Windows Phone is Dead” seolah menjadi lagu tema di berbagai website yang mengulas teknologi. Bahkan Paul Thurrott yang tenar sebagai penggemar Microsoft pun seakan mengamininya dalam artikel Long, Slow Decline of Windows Phone (Meskipun kemudian seakan galau dan ‘sedikit’ mengubah pendapatnya di artikel A Way Forward to Windows Phone).

Pengguna Windows Phone di Indonesia pun terkena imbas. Banyak yang di tengah ketidakpastian ini memutuskan untuk menggunakan OS lain terlebih dulu sambil bersikap wait and see (hayoo ngakuu.. Kalian yang baca banyak melakukan itu kan?). Namun apakah benar Windows Phone atau Windows mobile atau apa pun namanya sedang melangkah ke jurang kematian? Jangan kuatir, masih lama kok. Berikut ini analisisnya.

 

Sejarah kengototan Microsoft

Design on Surface 3

Microsoft terkenal gigih mempertahankan sebuah produk. Jika sudah ‘memiliki niat’ memproduksi sesuatu, maka Microsoft terkenal gigih dalam mempertahankan produk tersebut. Meskipun tidak populer, meskipun merugikan, bisa jadi produk tersebut tetap beredar di sekitar kita dalam jangka waktu yang cukup lama. Kisah yang terkenal terkait ‘kengototan’ Microsoft tersebut adalah Windows Mobile dan Surface.

Windows Mobile merupakan OS untuk seluler yang dikembangkan Microsoft sejak 1996, namun baru berhasil diluncurkan pada tahun 2003. Microsoft bergeming meskipun publik mencaci maki produk tersebut karena banyaknya bug dan sangat menyusahkan (kisah yang terasa baru yah?…). Kengototan Microsoft ini terbayar ketika pada tahun 2007, untuk pertama kalinya Windows Mobile melampaui BlackBerry OS sebagai ponsel paling diminati di dunia enterprise – meskipun tidak bertahan lama sih, karena di tahun yang sama Apple merilis iPhone (Kejayaan sesaat inilah yang menjadikan Microsoft terlena – Dikabarkan Steve Ballmer saat itu tertawa terbahak-bahak ketika Jobs meluncurkan iPhone, yang saat itu tak memiliki aplikasi dan tidak memiliki fitur yang mendukung Enterprise).

Surface adalah buah kengototan lain Microsoft. Generasi pertama Surface diluncurkan pada 26 Oktober 2012. Visi Microsoft yang memadukan tablet dan laptop ini cukup menarik. Tapi harga yang dipatok saat itu setara dengan Ultrabook, sementara Surface tidak memiliki kemampuan setara Ultrabook dalam menjalankan software umum. Tentu saja hasilnya penjualan Surface gagal total. Namun Microsoft tak patah arang. Surface 2 diluncurkan yang justru penjualannya turun separuh dari generasi sebelumnya – padahal penjualan Surface generasi pertama saja tidak menutup biaya produksi dan riset Microsoft. Perusahaan biasa pasti sudah menutup divisi yang merugikan seperti ini. Tapi itu bukan gaya Microsoft. Publik pun geleng-geleng kepala ketika Microsoft malah meluncurkan Surface 3 tanggal 18 Maret 2014. Namun kali ini ceritanya berbeda. Publik sudah mulai terbiasa dengan Windows 8 (yang bertransformasi ke 8.1). Surface yang menyajikan pengalaman Tablet sempurna memanfaatkan OS ini memberikan impresi tersendiri. Apalagi perangkat ini sangat powerful dalam menjalankan semua software produktivitas khas Microsoft. Surface 3 dan ‘saudara’-nya, Surface Pro 3, menjadi hot item!

Melihat persistensi Microsoft tersebut, kamu bakal maklum kalau Microsoft dengan cuek bakal mempertahankan produknya yang lain, Windows Phone misalnya meskipun mungkin di dunia ini tinggal satu orang saja yang menggunakannya.

 

Diversifikasi OEM

Beginilah Wujud HP Elite X3 a.k.a HP Falcon

Tahun ini penjualan Lumia luar biasa seret. Apa pasal? Microsoft terlihat lebih kalem dan tidak lagi melempar produk Windows Phone dalam jumlah massal. Windows Mobile 10 yang tidak kunjung rilis juga menjadi penyebab pasar bersikap wait and see atas perangkat yang sedang dijual Microsoft. Selain itu, Microsoft berkutat dengan lingkaran setan gap aplikasi yang tak kunjung usai. Lingkaran setan yang dimaksud adalah: Developer lebih suka membuat aplikasi untuk OS yang laris terjual, di sisi lain Microsoft memerlukan aplikasi untuk dapat menarik minat pasar. Ini merupakan masalah yang tak jelas ujung pangkalnya dan berimbas pada penurunan penjualan Windows Phone.

Namun terlihat fenomena yang unik. Banyak OEM lain seperti Acer, BLU, Alcatel, dan HP mulai mengumumkan perangkat Windows Mobile 10 milik mereka. Ini seakan mengisi ‘ruang kosong’ ketika Microsoft tidak memproduksi Lumia secara massal. Seperti yang kita tahu, Nadella hanya merencanakan tiga segmen pelanggan sebagai sasaran utama Lumia, dan ini menimbulkan ruang kosong yang memungkinkan untuk diisi oleh OEM lain. Entah bagaimana negosiasi yang dilakukan Microsoft, namun berdasarkan berbagai kabar terbaru dirilisnya berbagai perangkat berbasis WM10, nampaknya Microsoft berhasil melakukan diversifikasi OEM – Mengajak banyak OEM untuk bersama-sama memproduksi WM10! Dengan banyaknya perusahaan baru yang merilis perangkat tersebut, maka tidak rasional jika kita membayangkan Windows Phone akan mati dalam waktu dekat.

 

Meskipun Agnostik, Platform Windows tetap Butuh Perangkat Mobile untuk Pengalaman Utuh

lumia950_3

Kalau kamu kurang akrab dengan istilah “Agnostik”, well, ini ada kaitannya dengan Agama dan Kepercayaan. Secara literal yang dimaksudkan adalah meyakini adanya Tuhan meskipun tidak memeluk Agama tertentu. Dalam konteks teknologi, Microsoft disindir memiliki kecenderungan Agnostik karena produk mereka rata-rata dapat diakses dari berbagai macam OS dan tidak memiliki kecenderungan ‘menganut’ OS tertentu, bahkan OS bikinannya sendiri: Windows Mobile 10.

Nadella boleh jadi tidak sefrontal Ballmer dalam menindas para kompetitor, namun dia bermain secara cerdik menjurus licik. Apa yang kamu lakukan jika menyaingi kompetitor hampir tidak mungkin dilakukan? Melemparkan inovasi baru? Membully kompetitor (seperti yang dilakukan Ballmer)? Jawaban Nadella terlihat jelas: Gunakan kompetitor tersebut! Microsoft di era Nadella membanjiri iOS, Android, dan BlackBerry dengan produk-produk Microsoft. Kamu sekarang dengan mudah bisa membuka Outlook, Office Suite, Skype, dan banyak lagi dari berbagai platform. Perangkat lunak produktif inilah yang menjadi mesin uang Microsoft. Office 365 menjadi aplikasi Cloud yang paling banyak digunakan – meskipun tidak digunakan dalam perangkat ber-OS Windows atau Windows Phone!

Namun meski demikian, visi “One OS” milik Microsoft tidaklah lengkap tanpa adanya OS Mobile milik Microsoft sendiri. Ditambah lagi Nadella berulangkali menekankan masalah “Mobile First, Cloud First”. Ini merupakan sinyal bahwa Windows Phone sebagai OS mobile milik Microsoft akan tetap tinggal dalam waktu yang cukup lama!

 

Jangan Bicara Masalah Modal dengan Orang Terkaya di Dunia

Clinton Global Initiative Annual Meeting In New York

Akhir-akhir ini banyak sekali berita di situs Teknologi yang mengesankan bahwa Microsoft akan segera ‘membuang’ Windows Phone (atau Windows Mobile) karena permodalan Microsoft tidak efektif jika dialokasikan untuk OS yang terus menurun penggunanya ini. Tapi tahu sama tahu bahwa tahun ini Bill Gates adalah orang terkaya di muka bumi ini. Dan orang terkaya pemilik Microsoft ini adalah yang pada tahun 2001 mencetuskan visinya tentang kecenderungan orang beralih ke perangkat mobile.

Jadi selama Bill Gates tidak ingin menghianati visinya sendiri, maka jangan kuatir tentang modal untuk membiayai OS yang ‘dianggap’ terus merugi tersebut. Microsoft masih mampu membiayai Windows Mobile selama yang mereka mau, mengingat keuntungan mereka toh justru mengalami peningkatan tahun ini.

 

Kesimpulan

Windows Phone mati? Well, tidak ada yang abadi di dunia. Tapi di dunia yang masih dikuasai Microsoft, hal itu masih perlu waktu yang panjang. Langkah Nadella mengurangi produksi Lumia sudah cukup untuk mengurangi kerugian yang terjadi karena produksi yang gagal balik modal. Sementara itu dengan cerdik (atau licik), Nadella berfokus pada pengembangan OS Windows Mobile ini dan melemparkan tanggung jawab produksi pada OEM lain. Ini seperti sekali handshake event, dua tiga Oshi didapat jabat tangannya. Microsoft bisa memfokuskan sumber dana untuk penyempurnaan Windows Mobile, sementara produksi ditangani oleh OEM lain.

Dengan produk Microsoft yang tersebar di segala platform, Microsoft dengan mudah meraih singgasana penguasa Cloud dan berhasil melakukan penjualan software produktivitas khas mereka secara masif. Uang diperoleh, kerugian ditekan, prestasi didapat!

Sebagai pengguna, kita tinggal menunggu perkembangan strategi ini. Selagi Microsoft tak lagi memikul banyak beban, apakah ini akan berhasil menjadikan Microsoft mengirimkan pengalaman pengguna terbaik bagi pengadopsi platform mereka sendiri, yaitu Windows Mobile 10? Hal inilah yang masih perlu kita nantikan jawabannya dari Microsoft. Semoga saja pengguna dan penggemar bersedia memberikan mereka waktu lebih banyak.

 

 

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation