Saat Stephen Elop diumumkan sebagai CEO baru Nokia, deretan wartawan yang berada di baris depan konferensi pers berebut bertanya, namun ternyata pertanyaan mereka semua sama: “Apakah Microsoft akan membeli Nokia?”
Itu merupakan pertanyaan yang wajar mengingat sejarah Elop di Microsoft. Pertanyaan mengenai terpilihnya Elop sebagai CEO tersebut kemudian disusul hadirnya banyak misteri yang mana chairman Nokia, Jorma Ollila, menolak untuk menjawabnya: Mengapa orang luar dari Finlandia tersebut dipilih sebagai CEO baru Nokia? Apakah alasan logis menggunakan operating system untuk smartphone di luar Nokia? Mengapa mengabaikan MeeGo atau Platform Android? Mengapa talenta-talenta Nokia kemudian menghilang?
Setelah 30 Tahun
Saat itu 10 September 2010. Mayoritas staf Kauppalehti, surat kabar bisnis terkemuka di Finlandia sedang menghadiri sebuah seminar pagi di pusat kota Helsinki. Mereka yang tidak ikut hadir di seminar membantu produksi berita online pagi dan merencanakan koran hari selanjutnya. Lalu sebuah press release melintas di layar editor Niko Ranta. Judul rilisan resmi itu begitu mengejutkan sehingga tanpa sadar Ranta berteriak membaca judulnya. Spontan suasana kantor hiruk pikuk. Seakan diguncangkan oleh kekuatan maha dahsyat, staff surat kabar yang mengikuti seminar berlarian pulang menuju ke kantor. Mirjami Saarinen, salah seorang staf yang tadinya mengikuti seminar masih mengingat momen tersebut dengan jelas. Saat itu hari Jumat, Kauppalehti umumnya akan menerbitkan press release yang diterimanya saat itu pada hari Senin. Namun berita itu begitu penting sehingga Saarinen akhirnya memanggil semua editor untuk mengerjakan berita tersebut sekarang juga. Berita online harus diterbitkan saat itu juga, sementara versi surat kabarnya bisa menyusul Senin besok. Press Release tersebut adalah tentang dipecatnya CEO Nokia, Olli-Pekka Kallasvuo!
Meskipun resmi menjabat sebagai CEO sejak 2006, Kallasvuo sudah bekerja di Nokia sejak 1980. Waktu yang cukup untuk mengatakan bahwa Kallasvuo adalah wajah Nokia itu sendiri! Sepanjang jabatannya sebagai eksekutif Nokia, Kallasvuo dikenal sebagai ‘orang kuat’ dan ‘tak mungkin dilengserkan’. Apalagi Nokia adalah sebuah perusahaan yang secara tradisional memiliki pengaruh besar pada Finlandia, antara diagungkan dan ditakuti. Tidak ada satu pun media yang boleh mengkritik perusahaan ini.
Karena itu sangat mengejutkan bagi pers setempat bahwa alih-alih menunjuk Anssi Vanjoki, figur kuat di Nokia lainnya, perusahaan ini malah menunjuk orang Kanada yang ‘tidak dikenal’ oleh masyarakat Finlandia: Stephen Elop!
Sebuah Pergeseran Rencana
Jorma Ollila, chairman Nokia saat itu memperkenalkan Elop dan menekankan ‘sensitivitas’ Elop terhadap perbedaan kebudayaan, kemampuannya memahami tradisi Nokia dan esensi ‘mental Finlandia’ dalam diri perusahaan. Lalu tibalah giliran sang CEO baru berbicara. Sang pria Kanada melangkah pelan, meletakkan gelas kristal minumannya, lalu menjabat erat tangan Ollila. Saat Elop mulai berbicara, hanya butuh beberapa detik bagi para jurnalis yang memenuhi konferensi pers tersebut untuk menyadari: Pria ini adalah pembicara kelas atas! Master dalam menyusun kata-kata! Bahasa Inggrisnya sangat fasih dan lancar (Tidak seperti Olli-Pekka Kalasvuo), intonasi, nada suara, dan pilihan katanya sangat meyakinkan.
Elop memulai dengan menekankan bahwa masalah yang dihadapi oleh Nokia ini merupakan peluang besar. Nokia memiliki kekuatan yang luar biasa, khususnya terletak pada sumber daya manusianya yang tiada banding. Elop meyakinkan bahwa dia akan mendengarkan para karyawan dan pelanggan dengan sangat cermat. Tak lupa juga dia meyakinkan para pendengarnya betapa bahwa dia adalah penggemar Nokia sejak dulu kala, bahkan merasa berdarah Finlandia saking terinspirasinya dia pada etos kerja masyarakat di sini. Seorang wartawan menggambarkan bahwa dengan kemampuannya berbicara, mungkin Elop bisa masuk ke perkemahan Osama bin Laden dengan santai lalu mengajaknya pindah agama.
Saat sesi tanya jawab dan ditanya rencana Nokia selanjutnya, Elop juga mampu menjelaskan poin-poin utama secara gamblang dan mengalir. Semua orang di ruangan tersebut merasa yakin bahwa Nokia akan selamat! Nokia berada di tangan yang benar!
Penelusuran soal Terpilihnya Elop
Beberapa hari kemudian, Bloomberg Businessweek mengulas tuntas profil Stephen Elop. Disebutkan bahwa CV pria Kanada tersebut telah mengesankan Ollila yang saat itu memimpin dewan direksi. Elop pernah memimpin bisnis Microsoft Office senilai USD 19 miliar, salah satu bisnis yang paling menguntungkan di dunia. Elop juga memiliki reputasi sanggup menahan tekanan dan dapat mengatasi konflik internal.
Pertama kali Stephen Elop berjumpa dengan para pimpinan Nokia adalah pada tahun 2009, saat Nokia dan Microsoft sedang dalam negosiasi untuk pengadaan aplikasi Microsoft Office bagi smartphone produk Nokia. Negosiasi tersebut berjalan sangat alot. Nokia saat itu sedang di puncak kejayaannya, sementara Microsoft sudah terkenal kaku dalam berunding dan hobi menggunakan ‘otot’-nya untuk menggertak dan mengintimidasi lawan. Masalah itu sudah tampak dari awal ketika para eksekutif Nokia mengajukan kontrak tebal dalam kertas yang ditulis secara tradisional – Sesuatu yang tentu saja dibenci oleh pengacara-pengacara Microsoft yang merasa lebih berbudaya modern. Perundingan macet selama berbulan-bulan.
Baru ketika April, eksekutif Nokia Kai Oistamo dan timnya bertemu tim negosiasi Microsoft yang baru. Mereka dipimpin oleh Stephen Elop, seseorang yang langsung menciptakan kesan yang baik di kalangan tim Nokia karena keterbukaan dan niatnya yang jelas bahwa dia ada untuk ‘membantu mengatasi masalah’ – bukan untuk mencari keuntungan. Pada bulan Mei, Nokia bersedia menandatangani perjanjian dengan Microsoft!
Meskipun beberapa surat kabar optimis terhadap penunjukan Elop, banyak juga yang skeptis. Kaleva, sebuah koran dari Oulu bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi terhadap fungsi Nokia di Finlandia jika orang Kanada mengepalainya: “Apa yang akan terjadi pada pabrik Nokia di Salo dan Oulu?” demikian tajuk yang ditulis Kaleva.
Frankfurter Allgemeine Zeitung, sebuah koran Jerman menganalisis bahwa Elop adalah peluang terakhir Nokia. Financial Times dari Inggris memuat wawancara dengan Elop dan Ollila yang menekankan bahwa Nokia bukannya mengabaikan operating system miliknya. Ollila bahkan menekankan bahwa Elop bukan dipekerjakan untuk memperbarui strategi Nokia.
Media-media Amerika bahkan hampir semuanya meragukan Elop. Seattle Times mengulas bahwa Elop memang seorang yang berbakat, tapi nyaris tidak mungkin menjadi CEO Microsoft. “Siapa pun yang dipekerjakan Nokia, jika bukan Steve Jobs, maka tidak akan mungkin menyelamatkan perusahaan itu dari ‘ketidakjelasan’. Tidak mungkin bagi mereka untuk kembali ke pasar ponsel. Masalah terbesar Nokia adalah bahwa perusahaan tersebut tidak berada dalam radar demografi AS yang merupakan pasar terbesar ponsel.” Demikian ulasan CNBC mengenai Elop.
Wall Street Journal meyakini bahwa tugas utama Elop di Nokia adalah menjadikan perusahaan ini sebagai rival utama bagi iPhone milik Apple – Sesuatu yang dianggap gagal dilakukan oleh Kallasvuo. Elop dikenal sebagai pemimpin yang pragmatis, yang dapat mengubah sebuah entitas besar menjadi bagian-bagian kecil yang mudah dikelola. Dengan kata lain, Elop diyakini bisa mengarahkan Nokia untuk mendapatkan fokus baru guna bersaing kembali di pasar ponsel.
New York Times memiliki ulasan yang lebih realistis. Koran ini menulis bahwa terpilihnya Elop menunjukkan bahwa kerjasama Nokia dan Microsoft akan lebih erat dari sebelumnya. Nokia pada tahun 2010 masih belum mampu menembus pasar AS, sementara Microsoft sudah memiliki ‘jalan tol’ dengan lumayan larisnya Windows Mobile di Amerika. Microsoft juga memiliki hubungan baik dengan empat penyedia layanan telepon seluler Amerika yang melayani nyaris 90% ponsel di seluruh AS.
Situasi Nokia pada saat Elop Masuk
Telah jelas bahwa bisnis ponsel yang mulai menurun adalah alasan Kallasvuo dipecat. Nokia memiliki dua bisnis utama yang memanjakan Finlandia – serta sebagian besar Eropa: Bisnis ponsel dan jaringan telekomunikasi. Setelah sebelumnya ponsel meraja, dan jaringan telekomunikasi ikut menikmati ramainya layanan berlangganan dengan memanfaatkan ponsel Nokia, mereka perlahan-lahan ditekan oleh kompetitor yang baru muncul: iPhone!
Popularitas iPhone mulai meroket pada tahun 2009. Pada tahun 2010, iPhone sudah menjadi pesaing utama Nokia di Eropa! Perlahan-lahan Nokia kehilangan pangsa pasarnya. Menurut Strategy Analytics, pangsa pasar Nokia menyusut hingga 34,4% pada musim panas 2010, setelah sebelumnya memiliki 38% pangsa pasar. Nokia memang berhasil menjual 26,5 juta smartphone di pasar, meningkat 61% dari tahun sebelumnya. Akan tetapi jika melihat tingkat adopsi smartphone pada masa itu, maka ‘kue bagian’ Nokia sangat kecil. Pangsa pasar smartphone sedang naik pesat dan penjualan perangkat pintar itu pun meroket!
Apa penyebab semua ini? Elop menunjuk pada sebuah survei pasar: Symbian OS tidak fleksibel dan tidak diminati oleh developer yang sedang tertarik oleh tren iOS dan Android! Para programmer di Silicon Valley lebih peka dalam menangkap tren terkini dalam pengembangan software. Google dan Apple saling bersaing dalam hal ini. Sedangkan Symbian milik Nokia jadi terlihat seperti sebuah kesalahan besar. Kesimpulan: Tinggalkanlah kapal!
Berpeganganlah! Arc tentang Nokia ini bakal sangat panjang. Kisah Silicon Valley selanjutnya akan mengulas alasan mengapa Nokia harus memilih Windows Phone dan mengabaikan OS lain. Baca minggu depan di Kisah Silicon Valley #44 – Alasan-Alasan (Elop) Mengapa Nokia Memilih Windows Phone.
Referensi:
Nykanen, Pekka & Salminen, Merina. (2015). Operatioo Elop. Nokian matkapuhelinten viimeiset vuodet.