“Hanya ada beberapa orang di dunia ini yang dapat membangun bisnis seperti saya,” ujar Spiegel dengan penuh percaya diri. “Saya berfokus membangun nilai, karena ‘berdagang’ dalam jangka pendek tidak begitu menarik untuk saya.” Jelas Spiegel mengomentari pertanyaan pers terkait penolakannya terhadap tawaran Zuckerberg yang nilainya terbilang fantastis saat Snapchat masih belum menunjukkan prospek sama sekali.
Zuckerberg Menawar Dua Kali
Evan Spiegel tertawa ketika menerima email dari pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Pria yang mendapatkan status ‘orang terkaya di dunia untuk jajaran usia di bawah 30’ ini mengundang Spiegel untuk datang ke Menlo Park, markas Facebook agar mereka ‘bisa saling mengenal satu sama lain’. Zuckerberg dan Spiegel memiliki persamaan yang unik: Keduanya sedang menghadapi tuntutan dari ‘mantan rekan’ untuk jejaring sosial yang mereka ciptakan. Meskipun demikian, Spiegel menolak disamakan dengan Zuck yang dianggapnya ‘terlalu kaku’ dan ‘culun’. Balasan Spiegel kepada Zuckerberg saat itu: “Saya akan sangat senang bertemu Anda… jika Anda datang ke saya.”
Zuckerberg terkenal kurang suka didikte oleh orang lain, apalagi Spiegel yang lebih muda darinya. Meskipun demikian, raja sosial media itu terbang dengan jet pribadi ke kediaman Spiegel di Los Angeles. Zuckerberg yang terkenal dengan efisiensinya, tanpa basa-basi langsung mengajukan tawaran pada Spiegel untuk mengakuisisi Snapchat senilai USD 1 miliar. Bahkan dia langsung mempresentasikan visinya untuk Snapchat jika ‘bergabung di keluarga Facebook’. Tawaran itu ditolak oleh Spiegel karena dia merasa bahwa mereka bisa jadi lebih besar lagi tanpa harus menjadi bagian dari Facebook. Mendapati penolakan dari Spiegel, Zuckerberg menutup perjumpaan dengan menyampaikan bahwa Facebook juga sedang menyiapkan aplikasi baru bernama Poke, yang fungsinya kurang lebih seperti Snapchat, yaitu mengirimkan foto yang bisa menghilang setelah beberapa menit dikirimkan. Keesokan harinya, Zuckerberg memerintahkan penggantian lambang like (jempol mengacung) di depan Silicon Valley campus menjadi ikon Poke.
Spiegel merasa bahwa itu adalah cara Zuckerberg untuk menyampaikan “aku akan meremasmu hingga hancur”.
Snapchat nampaknya bukan target tunggal Facebook. Di tahun yang sama, 2012, Zuckerberg melakukan jumpa pers dan menyampaikan bahwa Facebook telah berhasil mengakuisisi Instagram, sebuah aplikasi sosial berbagi foto yang di tahun itu juga sedang menanjak popularitasnya. Tanpa banyak kontroversi, Instagram dan timnya menjadi bagian dari keluarga Facebook. Instagram mengisi ‘celah kosong’ pada skema Facebook, yaitu membagikan foto secara cepat melalui aplikasi seluler, yang mana aplikasi ini bersifat mobile first sehingga cepat diakses oleh sesama pengguna yang menggunakan smartphone (Facebook memiliki kekuatan lebih besar di web). Lebih mudahnya, ini seperti Twitter, hanya saja berisi foto dan video. Instagram lebih seperti ‘anak manis’ bagi Zuckerberg, karena perusahaan ini juga tidak tahu cara memonetisasi aplikasinya yang populer (Ini juga merupakan masalah besar bagi Twitter yang sudah lama eksis). Tawaran Facebook merupakan berkah tersendiri bagi kreator dan tim developernya. Sementara bagi Facebook, dengan kekuatan dan skema iklan Facebook, tentu saja sangat mungkin bagi Facebook untuk mendapatkan keuntungan dari Instagram.
Tanggal 21 Desember 2012, Zuckerberg mengirim email kepada Spiegel untuk mengabarkan bahwa Poke sudah resmi dirilis. Spiegel lumayan panik dan memanggil Bobby Murphy, sahabatnya yang kini menjabat sebagai chief technology officer Snapchat. Dia meminta pendapat Murphy tentang Poke dan bagaimana sebaiknya langkah Snapchat untuk memenangkan persaingan dengan Poke. Murphy saat itu menjawab sinis, “Poke hanya kopian mentah Snapchat”.
Hari pertama diluncurkan, Poke menjadi aplikasi nomor satu yang paling banyak diunduh di iPhone App Store. Namun hal yang lucu terjadi. Tiga hari kemudian, tepat tanggal 25 Desember 2012, aplikasi ini bahkan tidak mampu masuk ke 30 teratas aplikasi terpopuler di App Store. Sementara Snapchat kembali memuncaki daftar teratas aplikasi yang paling banyak diunduh! Saat diwawancara mengenai perasaannya pada saat itu, Spiegel tertawa lebar. Dia berkata, “Itu seperti: Selamat Natal, Snapchat!”
Zuckerberg nampaknya berusaha menelan egonya mentah-mentah, dan pada musim gugur tahun 2013, CEO Facebook ini kembali mengajukan penawaran kepada Spiegel. Kali ini nilainya tiga kali lipat sebelumnya: USD 3 miliar! Nilai yang sangat fantastis untuk sebuah aplikasi yang saat itu bahkan belum memiliki pendapatan. Namun Spiegel bahkan langsung menolak tawaran itu kembali tanpa perlu berpikir.
Sang Raksasa Bermain Kasar
Dunia teknologi dibuat geleng-geleng oleh keras kepalanya Spiegel. Seorang investor yang menjadi narasumber FORBES mengomentari peristiwa ini dengan nada heran, “Saya mengakui bahwa Snapchat memiliki nilai yang besar. Tapi USD 3 miliar? Saya rasa tidak!”
Menolak tawaran Zuckerberg mungkin tidak menjadikan Spiegel bertambah kaya, namun setidaknya, dia menjadi selebriti. Orang-orang mengagumi sikap kepala batunya, apalagi saat dihadapkan dengan uang dalam jumlah yang tidak masuk akal tersebut. Spiegel mulai bergaul dengan para seleb, artis, aktor, dan para pekerja film – Ini nantinya memuluskan langkah Spiegel memikat artis kenamaan yang kemudian hari menjadi kekasihnya: Miranda Kerr.
Uniknya, Snapchat sendiri sebenarnya masih berjuang untuk bisa mendapatkan pemasukan. Kekayaan Spiegel sebagian besar diperoleh dari kepercayaan investor kepada Snapchat. Namun dari sisi revenue, sebenarnya penghasilan Snapchat sangat buruk. Meskipun demikian, sangat susah mengabaikan Snapchat karena aplikasi ini memiliki traffic yang sangat tinggi dan user base yang sangat besar. Terhitung setiap hari ada 190 juta posting di Snapchat.
Setelah menikmati masa-masa damai dan hidup seperti bintang rock yang bergelimang pemujaan, pada tahun 2016, sebuah berita mengejutkan Evan Spiegel. Instagram meluncurkan sebuah fitur yang diberi nama Stories. Dilihat dari sudut mana pun, jelas-jelas ini merupakan contekan Snapchat Stories yang menjadikan Snapchat populer. Saat itulah Spiegel baru sadar bahwa anak muda memang mudah dipikat oleh sesuatu yang unik, keren, dan baru – tapi mereka kurang punya loyalitas. Perlahan tetapi pasti, seiring dengan makin populernya Instagram yang selalu dicitakan sebagai ‘platform anak muda’, pengguna Snapchat semakin surut dan menimbulkan guncangan terhadap valuasi saham Snapchat.
Sementara itu Facebook memiliki kelihaian lain. Zuckerberg seperti biasa mampu melakukan monetisasi terhadap Instagram dan fitur-fiturnya. Ini menjadikan kalangan bisnis yang sebelumnya menaruh kepercayaan pada Snapchat, perlahan-lahan berpaling kepada Instagram yang skema monetisasinya lebih terjamin dan menguntungkan.
Sejak Stories rilis itulah dimulai tahun-tahun berat bagi Spiegel dalam mempertahankan Snapchat. Miranda Kerr bahkan ikut uring-uringan dan dalam sebuah wawancara mengeluh, “Mengapa Facebook tidak bisa inovatif? Apakah mereka harus mencuri semua ide pacar saya? Saya sangat kaget. Kalau mereka bisa terang-terangan meniru seseorang, itu bukan inovasi!”
Spiegel sendiri dengan sinis mengomentari tindakan Zuckerberg, “Pada akhirnya nanti semua orang akan sadar, bahwa hanya karena Yahoo punya kotak pencarian, bukan berarti ini adalah Google,”
Zuckerberg tidak merespons wawancara tersebut, namun terus meningkatkan tekanan pada Snapchat. Saat Snapchat merilis sebuah fitur baru, maka dengan cepat Instagram akan memiliki fitur pesaingnya (oke, tiruannya). Ini menjadikan Spiegel sangat frustasi. Saham Snapchat sangat terdampak oleh hal ini dan terus menerus mengalami penurunan, seiring juga semakin menurunnya pengguna Snapchat.
Meskipun demikian, Snapchat masih memiliki keuntungan yang tidak dapat dibantah jika dibandingkan dengan keluarga aplikasi Facebook. Di Snapchat, pengguna bisa memposting foto dengan jaminan bahwa foto tersebut tidak akan tersebar dan menjadi bahan bully di masa mendatang. Hal yang nampaknya masih sulit dijanjikan oleh Facebook!
Ini terbukti bahwa pada 2 Maret 2017, Snapchat go public dan mencatatkan nilai USD 33 miliar. Spiegel sendiri meningkatkan keuangan pribadinya menjadi sebesar USD 1,6 miliar akibat lonjakan saham Snapchat sebesar 44% pada hari pertama trading. Sayangnya, nilai ini kemudian terus menyusut tanpa bisa dicegah oleh Spiegel.
Nilai Snapchat boleh terus menurun, tapi Spiegel tetap mencatatkan diri sebagai ‘founder termuda dan tersukses di dunia teknologi’. Daftar Forbes menempatkannya sebagai miliuner termuda di usia 25 tahun. Pada tahun 2018, net worth Spiegel adalah USD 2,7 miliar – Nilai ini meskipun cukup besar, sebenarnya sudah menyusut karena tahun sebelumnya net worth Spiegel tercatat sebesar USD 4 miliar!
Referensi
Colao, (2014). The Inside Story Of Snapchat: The World’s Hottest App Or A $3 Billion Disappearing Act? Forbes
Hartmans, Avery & Stone, Madeline. (2018). The life and career rise of Snap CEO Evan Spiegel, one of the youngest billionaires in the world. Business Insider
Ingram, Matthew. (2016). Here’s Why Facebook Is So Desperate to Buy, Copy or Kill Snapchat. Fortune
Kosoff, Maya. (2018). Does Evan Spiegel Know Where Snapchat is Going. Vanity Vair.
Moskvitch, Katia. (2018). Insiders say working at Snapchat is ‘like swimming in a shark tank’. Wired.