Kisah Silicon Valley #104 – Jatuh Bangun Trip Hawkins di Berbagai Startup

via Kenn

“Kenapa Anda membuat game NFL sebagai produk pertama Anda?”

Ketika pertanyaan itu muncul dari wartawan, Trip Hawkins tersenyum mengenang, “Pada saat saya masih kecil, saya suka bermain berbagai board game bertipe strategi. Namun saya sempat kecanduan dengan Strat-O-matic footballini adalah tipe permainan terbitan NFL yang menjadikan kita melakukan simulasi satu musim pertandingan American Football. Saya sangat menggemari permainan tersebut dan berangan-angan untuk menghadirkan game ini ke komputer.” Pada akhirnya Trip Hawkins bukan hanya berhasil menghadirkan game strategi simulasi semacam itu ke komputer, tetapi juga menghadirkannya secara spektakuler!

 

Fokus pada Dunia Olahraga

via Vintage Computing

Sejak awal Trip Hawkins merupakan penggemar American Football. Dia memiliki kekaguman tersendiri terhadap antusiasme sportfans, menurut Hawkins, para penggemar olahraga ini memiliki kecintaan tanpa pamrih, banyak cerita-cerita bagaimana fans melakukan hal-hal yang unik demi tim atau pemain yang didukungnya. Ini kemudian menjadikan Hawkins mengawali produk pertama software perusahaannya dengan game yang berfokus olahraga. Untuk ini Hawkins melakukannya dengan tidak main-main. Dia mengajukan permintaan lisensi terhadap NFL agar bisa menyertakan nama-nama dan karakter pemain sepakbola Amerika asli ke dalam game buatannya.

Namun tekad Hawkins untuk menghadirkan sebuah game olahraga yang super realistik ini nyaris menjadi bumerang bagi pengembangan produknya. John Madden Football, game pertama Electronic Arts memerlukan waktu yang sangat lama dalam pengembangannya. Dimulai pada tahun 1984, EA baru dapat merilis game ini di tahun 1988! Sementara itu, untuk mendapatkan penghasilan bagi perusahaannya, Electronic Arts mengambil ‘kerja sampingan’ dengan membantu pengembangan game dari perusahaan-perusahaan lain. Meskipun demikian, waktu pengembangan yang panjang dan semua kelelahan tersebut terbayar oleh kesuksesan game ini. John Madden Football menjadi game yang mencengangkan bagi para penggemar game (dan olahraga) pada waktu itu karena untuk pertama kalinya sebuah game menampilkan karakter dan situasi permainan yang realistik. Ini game pertama yang menjadikan gamer berangan-angan ‘mengasuh’ sebuah tim American Football secara imersif.

Nantinya, John Madden Football/Madden NFL akan menjadi salah satu serial game terlaris EA, terjual lebih dari 130 juta kopi dan menghasilkan keuntungan penjualan lebih dari USD 4 miliar per tahun 2013. John Madden, pemain yang menjadi ikon game ini pensiun pada tahun 2009, namun nama dan suaranya tetap digunakan dalam game Madden NFL. Madden sendiri menjadi salah satu penasihat utama dalam pengembangan franchise ini. Kesuksesan game olahraga ini juga menjadikan Electronic Arts (khususnya melalui divisi EA Sport) menelurkan banyak game olahraga sukses lainnya seperti FIFA, NBA Live, UFC, NHL, dan banyak lagi. Kesemuanya memiliki ciri khas: Selalu memiliki lisensi resmi dari lembaga olahraga yang menaungi. Ini menjadikan game-game olahraga besutan EA memiliki semacam prestise tersendiri karena ‘keaslian’ dan realistiknya konten yang ditawarkan.

Bukan hanya game olahraga, selama awal dekade 90-an, EA juga berhasil menerbitkan beberapa game populer yang banyak dikenang oleh gamer di awal era perkembangan PC tersebut, antara lain M.U.L.E, Archon, dan Seven City of Gold yang merupakan game PC populer di era 8-bit. Game-game tersebut menjadi pelopor kesuksesan EA di tahun-tahun berikutnya.

“Sangat banyak hal-hal unik yang ingin dilakukan seseorang, yang nantinya bisa jadi terbukti bahwa itu merupakan hal yang benar.” Ujar Trip Hawkins mengenang kesuksesannya di Electronic Arts. “Jelas ini adalah hal yang menjadikan sebuah perusahaan dianggap hebat. Memang hampir semua orang bekerja keras untuk sebuah perusahaan. Tapi saat kita melakukan hal yang unik dan ternyata benar, maka pasti kita akan menjadi ‘pemenang’ dalam persaingan ini.”

 

Kegagalan 3DO

Pada tahun 1991, di puncak kesuksesannya dengan Electronic Arts, Trip Hawkins membuat keputusan yang mengejutkan. Hawkins, di usianya yang ke-38 pada tahun itu, meninggalkan Electronic Arts untuk memulai 3DO Company. Padahal EA saat itu sudah memiliki ‘garansi sukses’ dan tentu saja tidak semua orang yang bersedia meninggalkan kesuksesan.

3DO Company sempat berkibar dengan serial game PC yang memorable bagi penggemar fantasi: Heroes of Might and Magic (HOMM). Serial game klasik ini merupakan turn based strategy yang sangat digemari di akhir 90-an.

Kegagalan 3DO utamanya adalah karena keputusannya untuk merilis konsol game berbasis CD yang bertujuan untuk bersaing melawan Nintendo dan Sega. Konsol ini diluncurkan pada tahun 1993 dengan dukungan beberapa perusahaan besar seperti AT&T dan Panasonic. Namun lemahnya lini game yang menjadi andalan konsol 3DO serta minimnya dukungan dari developer menjadikan produk ini tidak dapat berbicara banyak di kancah dunia game konsol. 3DO terus mengalami kerugian sehingga banyak harus menjual hak cipta dan paten miliknya ke perusahaan-perusahaan game yang lebih mapan. Perusahaan ini dinyatakan tutup pada tahun 2003.

Dalam sebuah wawancara dengan Vintage Computing, sebuah blog teknologi, Hawkins dengan rendah hati mengakui bahwa kegagalan 3DO merupakan akibat dari ego terkait dengan reputasinya. Hawkins yang merasa sukses menolak mendengar masukan orang-orang terkait caranya menjalankan perusahaan, yang di kemudian hari terbukti memang benar.

Apakah Hawkins kapok mendirikan startup? Nampaknya tidak, karena justru di usianya yang menginjak lima puluh tahun, Hawkins meluncurkan perusahaan mobile game developer bernama Digital Chocolate.

 

Kesuksesan Digital Chocolate Bukan Akhir Segalanya

Digital Chocolate memang sukses besar. Mungkin kamu pernah mendengar game populernya seperti Mafia Wars dan Street Soccer, ini adalah dua di antara game sukses dari portofolio Digital Chocolate. Berhasil membuktikan bahwa dia masih bisa sukses di usia yang tidak lagi muda ternyata bukan sebuah akhir untuk Trip Hawkins. Pada tahun 2012, Hawkins bergabung dengan dewan direksi perusahaan teknologi asal Israel, Extreme Reality. Tujuan utama perusahaan ini adalah mengembangkan kamera 2D yang mampu membaca pergerakan manusia secara 3D.

via BigSpeak

Bukti bahwa sumbangsih pemikiran Trip Hawkins masih sangat diharapkan dunia teknologi tampak pada tahun 2013 ketika perusahaan game mobile NativeX mengangkatnya sebagai penasihat dan salah satu dewan direksinya. Hawkins juga menjadi anggota dewan penasihat untuk platform eSport Skillz. Bukan itu saja, pada tahun 2016, Hawkins direkrut oleh University of California, Santa Barbara sebagai Professor of Practice in the Technology Management Program. Di universitas ini, Hawkins memberikan bimbingan dan menjadi inspirasi banyak calon Entrepreneur.


Kegigihan Trip Hawkins menunjukkan bahwa tidak ada usia yang ‘terlalu tua’ untuk sukses. Usia bukanlah suatu kriteria dalam mengejar kesuksesan, dan Trip Hawkins berhasil membuktikan hal tersebut!

 

Referensi

Edwards, Benj. (2012). Trip Hawkins on 30 Years of Electronic Arts. Vintage Computing and Gaming.

Hester, Blake. (2017). Trip Hawkins has been playing the same strategy game for 50 years. Polygon.

Tice, Carol. (2012). What Trip Hawkins Learned from His First Startup Failure That Helped Him Create Electronic Arts. Forbes

 

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation