Kisah Silicon Valley #108 – Xbox, Pesaing dominasi Nintendo dan Sony

via Digital Trends

Konon pada awal pengembangannya, Ed Fries, kreator Xbox original, menjanjikan bahwa Xbox akan menjadi semacam ‘PC yang menyamar’ – sebuah konsol gaming yang menjalankan Windows, namun dapat memainkan game dengan optimal. Bill Gates yang menyaksikan presentasi konsep ini langsung setuju. Namun, dalam perjalanannya, Xbox dimodifikasi besar-besaran dari konsep aslinya. Xbox menggunakan OS tersendiri yang bekerja dengan baik untuk menjalankan aneka game seperti diputuskan. Ini menjadikan Bill Gates tersinggung karena dia awalnya mendukung Xbox karena Windows. Pendiri Microsoft ini bahkan sempat secara langsung memerintahkan agar divisi Xbox dibubarkan. Insiden ini bahkan sampai dikenang oleh karyawan Microsoft sebagai “Valentine’s Day Massacre” (Pembantaian di Hari Valentine). Untunglah pada saat itu ada seorang karyawan yang berani minta izin kepada Bill Gates untuk mengungkapkan pendapatnya. Dia memaparkan berapa besar keuntungan yang diperoleh Sony dari Playstation, serta bahayanya jika Sony sampai mengontrol pasar game di masa mendatang. Karyawan tersebut juga memaparkan betapa baiknya pengalaman game di Xbox dan potensinya untuk menyaingi Sony. Kemarahan Gates reda dan akhirnya dia mengatakan: “Saya akan memberikan kalian semua apa saja yang kalian butuhkan.” Dia melirik ke arah Ballmer yang saat itu menjabat sebagai CEO (Tentu saja karena secara formal, Gates tidak boleh mengeluarkan keputusan karena dia bukan lagi CEO). Ballmer mengulangi setiap patah Gates dengan persis sama, dan jadilah Xbox sebagai salah satu produk andalan Microsoft.

Merintis Xbox

Lebih dari 20 tahun yang lalu, Microsoft bekerja keras untuk memastikan OS mereka selanjutnya, Windows 95, akan menjadi ‘surga’ bagi para gamer PC. Pada saat itu, DOS sudah mulai digunakan untuk game, dan bahkan sudah ada game yang populer dijalankan di DOS seperti Doom dan Quake.

Microsoft kemudian menciptakan DirectX, seperangkat API (Application Programming Interface) yang memudahkan developer bekerja menggunakan Windows. DirectX diluncurkan pada September 1995 sebagai Windows Games Software Development Kit (SDK), dan ke depannya menjadi bagian integral bagi Windows 95 dan Windows NT. Sayangnya, developer masih menjauhi Microsoft karena tidak yakin bahwa platform tersebut dapat dipercaya. Microsoft kemudian berupaya untuk meyakinkan para developer dengan membuat sebuah presentasi khusus bertema Romawi di acara konferensi developer game pada tahun 1996. Upaya ini bisa dibilang berhasil. Beberapa developer mulai tertarik untuk mengembangkan game bagi Microsoft.

Perkembangan minat developer menunjukkan statistik yang cukup bagus, sehingga Microsoft semakin pede dan pada tahun 1998, Microsoft memutuskan untuk mengembangkan sebuah game konsol berbasis DirectX. Proyek ini juga dibungkus oleh propaganda nasionalisme karena pada saat itu pembuat konsol terbaik asal Amerika, Atari, sedang tertatih-tatih karena kurangnya inovasi dan penjualan yang terus menurun. Pasar game konsol saat itu dikuasai oleh Sony PlayStation, Sega Saturn, dan Nintendo – yang kesemuanya berasal dari Jepang. Amerika memerlukan pahlawan baru yang dapat menggoyang dominasi negara matahari terbit tersebut.

Sayangnya, para pemerhati teknologi saat itu menilai Microsoft sedang memainkan langkah klasiknya: Melihat orang lain melakukan sesuatu yang sukses, menirunya, dan kemudian berharap menghancurkan kompetisi di bidang tersebut. Trik ini memang sering dilakukan Microsoft, seperti halnya pada saat ‘perang’ browser melawat Netscape. Microsoft bisa menang menggunakan langkah ini karena mereka memiliki sumber daya yang sangat besar dan mumpuni. Pesaing biasanya tidak berkutik karena sekali Microsoft memahami teknologi yang ingin disaingi, maka mereka bisa dengan mudah menciptakan teknologi yang lebih baik karena didukung oleh sumber dayanya yang sangat luar biasa.

Bill Gates saat itu mendelegasikan tanggung jawab untuk menciptakan konsol generasi baru ini kepada tim DirectX yang terdiri dari empat orang, yaitu Kevin Bachus, Seamus Blackley, Ted Hase, dan Otto Berkes. Mereka mengambil inspirasi dari laptop Dell dan mencoba menata sebuah konsol untuk bermain game.

Pada bulan Maret 2000, PS2 dari Sony sedang merajai pasar konsol dunia dan kelihatan tidak akan terhentikan. Bill Gates menghadiri Game Developers Conference dan secara resmi mengumumkan kepada publik bahwa Microsoft akan merilis konsol Xbox!

XBox Original Dirilis

Apa yang menjadikan sebuah konsol terjual dengan baik? Tentu saja karena game menarik di dalamnya. Memahami fakta ini, Microsoft jauh-jauh hari sudah menyiapkan sebuah game yang akan dijadikan andalan saat Xbox dirilis nanti.

Pada tahun 1999, developer Bungie Studios mengumumkan kepada wartawan teknologi sebuah game first person shooter berjudul Halo. Begitu menariknya game ini sampai-sampai para wartawan yang diundang takjub dan terus menerus memuji kehebatan grafis, cerita, dan gameplay dari game ini. Bungie Studios merencanakan bahwa game ini akan dapat dimainkan di Windows dan MacOS. Namun ternyata, Microsoft memotong jalan dengan ganas. Mereka membeli hak cipta Halo, dan menetapkan bahwa Halo akan dirilis secara eksklusif di Xbox!

Di acara CES pada bulan Januari 2001, Bill Gates dan Dwayne “The Rock” Johnson tampil di panggung untuk memamerkan Xbox untuk pertama kalinya. Xbox dijual seharga USD 299 di Amerika Utara dengan Halo: Combat Evolved sebagai game andalan dengan posternya dicetak di mana-mana.

via Digital Trends

Peluncuran Xbox ini tidak diduga berlangsung di waktu yang sangat tepat karena pada saat itu Sega Dreamcast meninggalkan pasar karena Sega tidak mampu bersaing dengan Sony. Nintendo juga mengalami masa yang buruk karena konsol-konsol produksi mereka dianggap tidak memadai untuk dapat bersaing dengan Sony Playstation. Playstation 2 di tahun itu menjadi konsol yang terjual paling banyak di dunia dengan angka penjualan 150 juta unit (Kalau kamu ingat, di Indonesia juga sempat terjadi demam PS2 dengan menjamurnya rental PS di mana-mana). Xbox masuk di saat yang tepat karena lowongnya pasar konsol yang menyisakan hanya satu pemain: Sony.

Penjualan yang merangkak sangat pelan menjadikan Microsoft mengambil langkah berani dengan memotong harga Xbox menjadi hanya USD 199. Disebut berani karena dengan menjual Xbox di harga tersebut, berarti Microsoft harus menanggung kerugian produksi. Harga pembuatan konsol ini sebenarnya lebih tinggi dibandingkan harga jualnya. Namun langkah ini memang harus diambil karena Microsoft ingin orang bersedia mencoba untuk memainkan konsol produksinya dan pada akhirnya bisa memberikan rekomendasi kepada kawan-kawan lainnya.

Pada dasarnya, Xbox original adalah sebuah konsol yang inovatif. Ini adalah konsol pertama yang memiliki hard drive, kemampuan untuk melakukan ripping musik dari CD dan audio Dolby Digital real time. Dari segi kualitas, perangkat ini menawarkan hal baru yang menarik, yang belum pernah ada di konsol lain. Akan tetapi nampaknya dengan harga yang ditetapkan Microsoft sebelumnya, orang masih ragu-ragu kalau harus menghabiskan uang dan membeli konsol ini. Oleh karena itu, pemotongan harga yang dilakukan oleh Microsoft cukup rasional untuk mendapatkan pelanggan awal.

Ketika pada bulan November 2002 Microsoft mengumumkan Xbox Live dirilis untuk multiplayer game secara online, ada 150.000 orang mendaftar. Sebuah jumlah yang cukup besar untuk konsol baru.

Xbox original ini nantinya akan menjadi salah satu konsol terlaris yang menggoyang dominasi Sony dengan angka penjualan 24 juta unit. Pada tahun 2007, Microsoft mengumumkan Xbox original masuk status discontinued. Meskipun demikian, tentu saja Microsoft sudah menyiapkan penggantinya!


Microsoft sudah menyiapkan beberapa inovasi terbaru untuk melanjutkan generasi pertama Xbox. Ikuti di Kisah Silicon Valley #109 – Inovasi Xbox.

Referensi

Griffith, Eric. (2019). The Story Behind the Xbox. PCMag

Gilbert, Ben. (2019). Microsoft’s ambitious plan to build the future of gaming includes a Netflix-style gaming service, blockbuster games streamed to phones from the cloud, and — yes — new consoles. Business Insider.

Klara, Robert. (2016). Here’s the Story Behind the Moving Xbox Video That Microsoft Had No Hand in Creating. Adweek

Marshall, Rick. (2019). The history of Xbox. Digital Trends

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation