“Anda mungkin ingat industri komputer sangat berbeda tahun 2005 yang lalu. Ini lima tahun sebelum iPad rilis,” Aaron Levie nampaknya berupaya menekankan bahwa dunia masih belum menyadari potensi perangkat mobile ketika dia baru saja mendirikan startup miliknya. “Jadi kami harus menghadapi sangat banyak penolakan dari orang-orang yang kemungkinan bisa mendukung kami, well, jika mereka tidak bersedia mendukung kami pada saat itu, berarti memang mereka bukan pendukung yang baik.” ujarnya sambil tertawa. “Tapi kami sangat yakin, jadi kami terus menulis pengajuan kepada calon investor. Karena kami sangat percaya pada Box, kami memiliki toleransi yang luar biasa terhadap orang-orang yang mengatakan ‘tidak’ kepada kami. Ini tidak menyurutkan semangat kami.” Ucapan Levie memang terbukti, karena Box menjadi salah satu startup yang sangat sukses, sekaligus pionir dalam bisnis penyimpanan data di cloud, terutama untuk kalangan enterprise. Ini adalah era bahkan ketika Microsoft belum memiliki OneDrive, Apple belum punya iCloud, dan Google belum memiliki Drive!
Bukan Miliuner Biasa
Pada saat Box dikenal sebagai startup yang sukses, Aaron Levie mungkin berstatus multimiliuner, tapi mungkin dia bukan tipikal miliuner yang biasa dijumpai di Silicon Valley atau dunia bisnis umum. Levie adalah orang yang masih makan di warung spaghetti murah favoritnya, mengadakan rapat santai di McDonald, mengendarai mobil biasa yang umurnya sudah enam tahun, tinggal di apartemen dan pekerja keras yang jarang berlibur. “Barang mewah yang saya miliki hanya iPhone,” ujar Levie sambil tertawa ketika ada seorang wartawan yang menanyakan apa barang mewah yang dia miliki sebagai seorang miliuner.
Pada saat Box sukses, Forbes menaksir bahwa nilai pribadi Aaron Levie adalah sekitar USD 100 juta. Harta tersebut diperoleh sebagai pendiri Box, layanan cloud khusus bisnis yang populer di AS (dan di banyak negara Eropa). Startup ini meroket dengan cepat karena hampir tidak ada saingan pada saat itu. Dropbox yang muncul sekitar dua tahun setelah Box (2007) lebih berfokus pada konsumen sehingga pada dekade tersebut Box nyaris melenggang tanpa saingan. Meskipun demikian, Levie tidak peduli akan kemewahan. Dia belum pernah meninggalkan kantor lebih awal dan bahkan bekerja enam hari dalam seminggu. “Saya bekerja begitu keras karena saya sangat bersemangat untuk bisnis ini,” ujar Levie. “Pada saat itu saya menyadari bahwa Anda harus memiliki tingkat disiplin dan determinasi yang luar biasa untuk sukses dalam hidup – Anda harus bekerja keras dan mengorbankan gaya hidup. Ini berlaku bagi siapa saja.”
Uniknya, Box didirikan bukan murni untuk ‘mengejar profit’. Startup ini merupakan ‘ikatan’ dari empat orang sahabat yang sudah saling mengenal sejak kecil. Para pendiri Box, Aaron Levie, Dylan Smith, dan Jeff Queisser, adalah tetangga yang tinggalnya hanya saling berselisih beberapa rumah. Mereka adalah teman masa kecil yang sangat akrab. Sementara itu Sam Ghods, pendiri Box yang lain adalah teman masa SMA mereka. Kisah yang nyaris seperti sebuah roman bagaimana empat orang sahabat sejak kecil mendirikan perusahaan yang mengantarkan mereka sukses bersama.
Asal muasal Box juga adalah dari sebuah tugas kuliah. Pada saat itu, Aaron Levie masih berstatus mahasiswa di University of Southern California. “Saat kami memulai Box di universitas, tujuan awal kami adalah menemukan cara yang lebih baik untuk menyimpan data. Waktu itu sangat menyenangkan,” ujar Levie yang menekuni pemrograman pada saat itu. Levie berhenti kuliah pada tahun 2004 untuk serius menangani Box. Dia mengangkat dirinya sendiri sebagai CEO, sementara Dylan Smith, bertugas sebagai CFO. Bersama Jeff Queisser dan Sam Ghods, mereka mendapuk diri sebagai pendiri, sekaligus karyawan pertama Box.
Pada saat Box pertama kali diluncurkan kepada publik di tahun 2005, belum banyak orang yang tahu mengenai keistimewaan cloud storage, jadi mencari pendukung finansial merupakan hal yang sangat sulit. Untunglah mereka kemudian berjumpa dengan Mark Cuban. Biliuner asal Texas yang terkenal sebagai investor teknologi. Cuban mendapatkan reputasinya berkat kecemerlangannya saat menjual perusahaan radio Broadcast.com ke Yahoo pada tahun 1999 sebesar USD 5,7 miliar. Kesan Levie terhadap Mark Cuban sangat unik, “Anda tahu, dia adalah biliuner dengan harta yang luar biasa, namun dia adalah orang yang keras. Dengan semua kekayaannya itu, dia tetap menginginkan investasi yang diberikannya pada kami untuk kembali tanpa pernah terlambat.”
Keterlibatan Cuban dengan Box sangat berarti, karena dengan keberanian Cuban ‘menaruh’ uang di Box, banyak investor lain yang kemudian mengikuti, sehingga mendatangkan dana segar bagi Box.
Sering dianggap meniru Dropbox
Pada saat Box populer, seorang wartawan pernah mengajukan pertanyaan kepada Aaron Levie, bahwa model bisnisnya sangat mirip Dropbox yang berorientasi konsumen, hanya saja Box lebih diperuntukkan untuk perusahaan. Levie hanya tersenyum sambil berkata, “Yeah, Anda sepertinya belum memeriksa catatan Anda, kami hadir lebih dulu dari Dropbox, jadi agak lucu kalau pada saat mendirikan perusahaan ini, saya berpikir seperti: Hei, di masa depan nanti akan ada sesuatu yang namanya Dropbox, saya ingin versi enterprise dari itu.“
Levie mengakui bahwa ide awal Box, justru berasal dari Flickr. Pada saat itu Flickr terkenal karena memberikan kemampuan untuk membagikan foto gratis, dan mendapatkan monetisasi saat menjual fotonya. “Kami waktu itu berpikir, wah itu ide yang sangat keren. Bagaimana kalau kita menerapkannya pada aktivitas berbagi file dan berkolaborasi menggunakan file?”
Levie dan teman-temannya justru memikirkan sesuatu yang lebih ambisius lagi. Bukan sekedar mengajak orang-orang membayar di muka untuk mendapatkan ruang penyimpanan, mereka mencampurnya dengan ide freemium, yaitu memberikan gratisan sebesar satu gigabyte, kemudian jika pengguna menginginkan storage lebih besar, maka mereka bisa membayarnya. “Kami bahkan sudah mengerjakan hitungannya pada waktu itu. Kami mendapati bahwa jika ada 50% saja orang membayar langganan per tahun, maka kami sudah dapat membagikan 1 gigabyte kepada seluruh pengguna kami secara gratis, dan tetap mendapatkan keuntungan. Waktu itu penawaran terbaik adalah dari Yahoo yang memberikan 25 MB saja. Sangat jauh dengan penawaran kami!”
Meskipun awalnya tertatih-tatih dalam penyiapan server untuk kebutuhan data penyimpanan yang sangat besar itu, Mark Cuban sangat tertarik dengan model bisnis tersebut dan bersedia menginvestasikan uangnya.
Kelak keputusan Levie dan kawan-kawan tersebut terbukti tepat karena mereka pada akhirnya menjadi model bisnis penyimpanan cloud pertama yang bahkan mengilhami para raksasa seperti Apple, Microsoft, Google, dan Amazon. Ketika Box mulai sukses, Levie mulai bersusah payah menolak sejumlah tawaran untuk membeli Box dari para raksasa Silicon Valley.
“Setelah kesuksesan kami, terjadi perubahan mendasar pada lanskap industri komputer. Box merupakan peluang yang bakal terus berkembang ke depan. Jika saya menjualnya, berarti saya kehilangan peluang tersebut.”
Memegang keuntungan sebagai pelopor di bisnis penyimpanan cloud, Box berhasil menancapkan kukunya cukup dalam karena banyak perusahaan-perusahaan di AS yang menggunakan layanan yang diberikan Box. Keberhasilan ini bahkan menjadikan mereka berekspansi dengan pesat ke luar negeri. Pangsa pasar utamanya adalah Eropa yang dipenuhi dengan perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Ketika ditanya apakah dia tidak akan khawatir perusahaannya bakal stagnan dan terkikis setelah banyak perusahaan besar yang ikut ambil bagian dalam bisnis ini, Levie menjawab, “Pada dasarnya, kami sudah lebih dulu memiliki infrastruktur yang kuat. Teknologi dan software untuk ini juga belum banyak berubah. Ini masih dunia lama yang mana ketika kita sudah menguasai sebagian besar infrastruktur, maka kita memiliki dominasi tersendiri. Kami sendiri sudah punya modal untuk menghadapi dunia baru, yaitu perangkat mobile. Ini adalah masa saat semua orang dapat berkolaborasi dengan mitra di luar jaringan Anda. Jadi singkatnya: Kami sudah memiliki tempat tersendiri, yang sudah agak sulit diganggu oleh para pemain yang mencoba berada dalam bisnis yang sama.”
Tahun 2015, Box berhasil mendapatkan pemasukan sebesar USD 300 juta yang merupakan milestone baru bagi Aaron Levie dan sahabat-sahabatnya (yang masih bersama-sama mengelola Box). Ini menunjukkan bahwa keputusan Levie selama ini dalam mempertahankan Box adalah tepat. Kini Aaron Levie lebih dikenal sebagai angel investor yang memberikan dukungannya terhadap 26 startup termasuk Stripe, Gusto, dan Instacart yang cukup populer. Dia belajar dari masa-masa beratnya, yang mana ketika tidak banyak orang mempercayainya dalam mengelola bisnis dengan memberikan peluang bagi banyak bisnis lain berkembang.
Referensi
Lacy, Sarah. (2018). Thinking Outside The Box. Startups
Smale, Will. (2013). Aaron Levie: Not your typical multimillionaire, BBC