“Steve mendirikan Apple dengan keyakinan bahwa kekuatan kreativitas manusia bisa mengatasi masalah terbesar sekali pun – dan bahwa hanya orang yang cukup gila untuk berpikir bahwa mereka bisa mengubah dunia, akan menjadi orang yang melakukannya. Dalam dunia saat ini, misi kita menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Produk kita tidak hanya menciptakan kejutan dan suka cita, tapi juga memberdayakan orang di seluruh dunia untuk memperkaya hidupnya dan hidup orang lain. Seperti halnya yang dilakukan Steve pada saat seperti ini, kita semua harus menantikan masa depan cerah Apple dan kerja hebat yang akan kita lakukan bersama.” Tepuk tangan menggemuruh ketika Tim Cook menutup pidatonya menyambut prestasi Apple menembus valuasi USD 1 triliun pada tanggal 2 Agustus 2018. sebuah prestasi fenomenal yang bahkan tidak terjadi di zaman Steve Jobs.
Saham yang Jatuh dan Penghindaran Pajak
Apple mengawali 2013 dengan hal yang unik. Apple mencatatkan profit tertinggi sepanjang sejarah dengan USD 13,06 miliar, berkat penjualan iPhone dan iPad. Tapi uniknya, saham Apple menurun 12%. Para investor nampaknya khawatir dengan laju Android yang sangat pesat dan nyaris tidak terbendung lagi. Cobaan lain menghantam Apple pada bulan Mei 2013, yang mana Senat AS mempertanyakan keuangan Apple yang tersebar di banyak negara. Apple dituduh melakukan praktik menghindari pajak selama empat tahun belakangan ini yang akumulasinya mencapai USD 44 miliar. Pada saat tuduhan itu dilayangkan, status Apple memang memiliki kekayaan uang tunai sebesar USD 247 miliar dengan USD 145 miliarnya berada di luar AS. Bagaimana pun juga situasi ini jelas terlihat seperti upaya penghindaran pajak. Cook yang disidang oleh Senat AS dengan keras menyatakan bahwa Apple membayar ‘setiap dolar pajak yang diwajibkan atasnya’. Argumen Cook adalah, Apple tidak memindahkan hak intelektual milik Apple ke luar negeri dan menggunakannya untuk menjual produk Apple kembali ke AS tanpa pajak (ini bisa dilakukan Apple jika mau), dan bahkan Apple tidak menyimpan uang miliknya di ‘bank-bank pulau Karibia’ (yang populer dijadikan tempat pelarian oleh perusahaan yang menghindari pajak). Yang dilakukan Apple adalah hal yang legal, yaitu memutar profit yang di dapat di luar AS agar tetap berada di sana, tidak dibawa masuk kembali ke AS dengan alasan pertumbuhan operasi Apple sangat besar di luar negeri sehingga memerlukan cadangan uang tunai yang besar juga. Sebenarnya memang berdasarkan undang-undang saat itu, Apple belum melanggar pasal apa pun. Praktik semacam ini juga digunakan raksasa teknologi AS lainnya seperti Microsoft, Google, dan Facebook. Hanya saja posisi Apple sebagai ‘perusahaan paling berharga di dunia’ memang menjadikan mereka rentan terhadap evaluasi. Peraturan ini baru diubah di era pemerintahan Trump, di mana perusahaan di AS dikenakan pajak 15,5% terhadap uang tunai yang dimilikinya dan 8% terhadap aset lain di luar negeri.
iPhone 5S Mencatatkan Rekor
Di luar tekanan yang berhembus kuat ke Apple, Cook terus berupaya ‘mengembangkan sayap’ Apple. Di era Tim Cook ini untuk pertama kalinya Apple bersikap lebih kompromis terhadap Tiongkok. Dengan restu pemerintahan Tiongkok, Apple membangun lebih banyak Apple Store di daratan dan menyetujui banyak peraturan yang mendukung konsumen di Tiongkok. Salah satunya adalah ganti baru jika unit yang masih dalam masa garansi mengalami kerusakan. Ini menjadikan penjualan iPhone meledak gila-gilaan di Tiongkok. Dengan cepat Tiongkok menyumbangkan 12% dari keseluruhan profit Apple sepanjang tahun 2013. Ini merupakan angka yang sangat besar.
Selain mesranya hubungan Apple dengan Tiongkok tersebut, ada hal lain yang memicu peningkatan profit Apple di seluruh dunia, termasuk Tiongkok, yaitu iPhone 5S! Bersama dengan iOS 7, perangkat baru Apple ini diumumkan di bulan September dengan menghadirkan sebuah inovasi yang belum terlihat di smartphone lain pada era itu: Touch ID – sistem pengenalan sidik jari yang merevolusi sistem pengamanan terhadap iPhone. iPhone 5S ini juga menghadirkan processor A7 dengan arsitektur kelas desktop 64-bit. Peluncuran processor ini benar-benar sebuah kejutan besar bagi rival Apple lainnya, utamanya Qualcomm, produsen processor yang banyak digunakan Android, yang pada saat itu mulai merasa nyaman dengan peningkatan penjualan Android yang masif. Butuh dua tahun berdarah-darah bagi Qualcomm untuk merilis processor dengan arsitektur yang sama dengan A7.
iPhone 5S benar-benar seperti sebuah pameran yang menunjukkan bahwa Cook juga bisa inovatif seperti Jobs, tidak seperti tuduhan-tuduhan media teknologi yang menyatakan bahwa masa depan Apple dalam hal inovasi bakal suram di tangan Tim Cook. Dengan iPhone 5S ini juga untuk pertama kalinya bukan hanya profit yang tinggi, tapi juga penjualan unit iPhone berhasil melampaui angka Samsung Galaxy S series yang sebelumnya selalu terjual jauh di atas iPhone.
Tidak mengejutkan dengan semua prestasi ini, pada saat tutup tahun Apple membukukan rekor profit senilai USD 57,6 miliar. USD 51 miliar di antaranya didapat dari penjualan iPhone saja sementara sisanya baru dari iPad dan MacBook. Dalam sebuah pesta tutup tahun yang merayakan prestasi Apple, Tim Cook berpidato dengan bahagia, “Saya benar-benar bangga bisa berdiri di antara kalian sebagai bagian dari perusahaan yang mendorong inovasi untuk melayani nilai terdalam dan aspirasi tertinggi umat manusia. Saya menganggap diri saya sebagai orang paling beruntung di dunia atas kesempatan bisa bekerja di perusahaan menakjubkan ini bersama kalian semua.”
iPhone 6 sebagai ‘Inovasi’ Apple Selanjutnya
Pelan-pelan nampaknya orang mulai menerima ‘inovasi’ ala Tim Cook. Meskipun kesannya tidak glamor seperti yang selalu dilakukan Steve Jobs, entah kenapa hal-hal yang dilakukan Apple seperti mendikte arah pergerakan smartphone ke depannya. Tanpa banyak kehebohan, Apple merilis iOS 8 yang memiliki fitur baru yang ke depannya menjadi landasan banyak produsen smartphone, yaitu HealthKit. Ini merupakan sistem berfokus kesehatan dengan memanfaatkan sensor-sensor yang ada di iPhone untuk memberikan catatan dan penilaian terhadap kondisi tubuh. Tim Cook menyatakan bahwa “HealthKit adalah cara lain untuk memulai membangun pandangan menyeluruh terhadap hidup Anda, yang mana akan memberdayakan diri Anda untuk merawat diri sepanjang waktu. Ketika Anda perlu bantuan, dalam hal kesehatan, maka ini akan memberikan wawasan kepada dokter mengenai situasi kesehatan Anda.” Pada praktiknya, HealthKit ini memungkinkan iPhone mengenali berapa langkah yang dilakukan orang yang membawanya untuk dimasukkan ke dalam catatan. Di sini juga seseorang bisa memasukkan data kesehatannya secara menyeluruh untuk bisa mendapatkan wawasan mengenai kondisinya dari waktu ke waktu.
Di tahun yang sama dengan rilis iOS 8, Apple juga merilis iPhone 6. Untuk pertama kalinya juga Apple merilis iPhone dengan ukuran ‘lebih besar’, yaitu 5,5″ – iPhone 6 Plus! “Ini adalah iPhone terbesar dalam sejarah iPhone, karena kami terus mendengarkan masukan pengguna kami yang menyukai untuk menggunakan iPhone dengan ukuran lebih besar!” ujar Tim Cook di panggung tanpa menyinggung sedikit pun bahwa smartphone Android berukuran besar bahkan sudah mulai umum digunakan sejak 2011. Tapi tentu saja penggemar Apple dengan gegap gempita menyambut ‘inovasi’ ini. Mereka sudah lama menginginkan iPhone dalam ukuran yang lebih besar meskipun ini menjadikan gap ukuran antara iPhone dan iPad menjadi lebih canggung (Ini juga menyebabkan pada tahun ini penjualan iPad mulai stagnan).
Sayangnya, setelah rilis beberapa bulan media mulai diramaikan oleh bendgate. Ini adalah istilah yang diberikan pada kasus iPhone 6 Plus yang memiliki kecenderungan melengkung jika dimasukkan ke dalam saku yang ketat. Lewis Hilsenteger, Youtuber yang terkenal dengan nama panggung ‘Unbox Therapy‘ mengungkap bahwa desain unibody aluminium baru dari Apple dengan mudah melengkung jika terkena tekanan di bagian punggungnya. Karena video ini, Lewis mendapat jutaan follower hanya dalam beberapa hari! Apple menyangkal masalah ini dan menyatakan hanya 9 unit dari jutaan iPhone 6 yang terjual yang kembali karena melengkung. Apple menyatakan bahwa iPhone dibuat dari campuran stainless steel dan titanium untuk memenuhi ‘penggunaan sehari-hari’ yang ‘melebihi ekspektasi pengguna’.
Apple Watch: Produk inovatif era Tim Cook
Pada hari yang cerah, September 2014, Tim Cook mengumumkan produk baru Apple yang dikatakannya merupakan ‘babak baru dalam kisah Apple’: Apple Watch! Jam tangan pintar ini memiliki monitor denyut jantung dan fitness tracking yang memberikan peluang bagi Apple untuk memasarkan perangkat ini pada orang-orang yang fanatik terhadap kesehatan. Tentu saja ini adalah tahap lanjutan dari iOS 8 yang dirilis sebelumnya. Dengan perangkat pintar yang bisa mengumpulkan data kesehatan secara otomatis, tentu saja seseorang bisa memiliki wawasan kesehatan diri yang lebih menyeluruh. Pada saat itu, meskipun produk smartwatch yang dapat dijadikan fitness tracking mulai umum, namun Apple memasarkannya sebagai sebuah ekosistem menyeluruh yang bisa menjadikan seseorang memantau kesehatannya. Tentu saja ini jauh lebih menarik karena pada saat itu Android masih belum memiliki fokus khusus dalam hal ini.
Meskipun sudah diumumkan pada tahun 2014, penggemar Apple harus menunggu hingga April 2015 untuk bisa mengenakan Apple Watch mereka. Meskipun agak lama, Cook menjelaskan bahwa ini dimaksudkan agar Apple bisa benar-benar mengontrol kualitasnya serta memastikan bahwa para pengguna bisa memanfaatkan berbagai aplikasi yang sedang disiapkan untuk Apple Watch tersebut dengan lebih sempurna.
Dalam suatu wawancara, Jony Ive mengungkap bahwa Apple Watch ini benar-benar produk besar yang disiapkan tanpa masukan atau visi apa pun dari Steve Jobs. “Kami tidak pernah membahas tentang jam atau membuat jam dalam bentuk apa pun,” ungkap Ive jujur. “Bahkan saya tidak ingat kalau Steve pernah mengenakan jam tangan tertentu. Ini betul-betul murni ide Tim.”
Apple Watch ini di kemudian hari makin populer karena pemosisiannya yang cukup unik, yaitu penyelamat nyawa. Tim Cook menjadikan testimoni orang-orang yang diselamatkan oleh pembaca denyut jantung Apple Watch sebagai highlight khusus. Trik ini memberikan Apple Watch posisi pasar yang unik dan menjustifikasi harganya yang sangat tinggi untuk ukuran smartwatch.
Pada November 2014, valuasi Apple sudah mencapai USD 700 miliar untuk pertama kalinya. Pada saat itu, nilai Apple dua kali Google dan lebih tinggi USD 300 miliar dibandingkan ExxonMobil, perusahaan minyak terkemuka dunia.
Pertarungan untuk Membuktikan Keseriusan Apple dalam Hal Privasi
Di bawah kepemimpinan Tim Cook, Apple beberapa kali terlibat dalam pertarungan yang keras untuk membuktikan keseriusan Apple dalam hal privasi. Pada bulan Desember 2013, sebuah dokumen bocor yang mengungkap bahwa National Security Agency (NSA) memiliki sebuah program aktif yang berkode “DROPOUTJEEP”, yang mana memungkinkannya untuk memantau hampir semua komunikasi yang terkirim dari iPhone menggunakan backdoor yang sengaja ditanam pada software milik Apple. Publik sangat marah dan menuduh Apple bekerja sama dengan pemerintah AS untuk memata-matai warga. Apple menolak klaim ini dan menyatakan bahwa “iMessage tidak dirancang untuk memungkinkan Apple membaca pesan.” Bahkan Apple kemudian menantang untuk ‘membahas’ masalah celah keamanan ini. Cook menyatakan bahwa “kalau pemerintah meminta kami membuat backdoor, maka peretas juga akan bisa memanfaatkannya. Maka dari itu, tidak ada backdoor semacam itu di produk-produk milik Apple.”
Pada September 2014, sebuah kasus lain meledak. Media menyebutnya sebagai “Celebgate“, tapi netizen lebih akrab menyebut kasus ini sebagai “The Fappening“. Ribuan foto selebriti papan atas Hollywood dibocorkan secara online melalui 4Chan. Bintang high profile seperti Jennifer Lawrence, Rihanna, dan Cara Delevigne adalah sedikit di antara artis-artis yang menjadi korban. Foto-foto ini diduga diperoleh dari akses iCloud para artis tersebut dan menjadikan Apple dituduh ‘tidak mengamankan iCloud dengan baik’. “iCloud tidak di-hack!” Ungkap Tim Cook dengan tegas dalam sebuah wawancara dengan Charlie Rose. “Ada kesalahpahaman soal ini. Kalau menurut Anda iCloud di-hack, ini berarti ada seseorang masuk ke iCloud dan ‘mengobok-obok’ data di dalamnya. Tapi bukan ini yang terjadi. Penyerang dalam kasus ini menggunakan apa yang disebut ‘phising expedition‘. Dia tidak masuk ke server iCloud, melainkan mengirimkan email palsu yang seolah-olah dikirim dari Apple untuk kemudian mencuri kredensial pengguna. Email ini ditargetkan secara khusus pada artis-artis yang datanya dibocorkan, untuk menyalin dan mengambil data iCloud milik mereka.” Tim Cook melanjutkan. “Kami tidak bersalah, namun meskipun demikian, kami akan mengambil tindakan lanjut guna mengamankan lebih ketat iCloud, misalnya dengan mengirimkan notifikasi kepada pengguna bahwa ada aktivitas mengubah atau menyalin data di iCloud, sehingga pengguna bisa mengambil tindakan lanjut.”
Pada tahun 2016, terjadi pertempuran yang legendaris antara pemerintah AS dan Apple terkait privasi pengguna iPhone. Pada 16 Februari 2016, Tim Cook melakukan pertemuan dengan sejumlah agen FBI yang meminta agar Apple untuk membuka iPhone milik Syed Farook, tersangka penembakan di San Bernardino pada Desember 2015 yang menyebabkan kematian empat belas orang. iPhone tersebut dikunci dengan passcode empat digit yang tidak dapat dibuka oleh FBI. Mereka menginginkan Apple membuat versi khusus iOS yang akan menerima kombinasi kata sandi tanpa batas agar mereka bisa melakukan brute force pada perangkat. Sebagai catatan, sistem passcode di iOS menjadikan kalau passcode keliru dimasukkan tiga kali, maka akan perlu waktu semakin lama bagi perangkat untuk bisa dimasuki passcode kembali. FBI hanya perlu mem-bypass sistem ini untuk bisa menggunakan software brute force mereka sampai mendapatkan passcode yang tepat. Namun Apple menolak. Tim Cook berusaha meyakinkan FBI bahwa ini rentan disalahgunakan, dibocorkan, atau dimanfaatkan hacker. Ini membahayakan keamanan ratusan juta pengguna Apple! Dalam diskusi ini, Apple sampai harus memanggil pengacara mereka karena FBI merujuk pada pasal yang menyebutkan bahwa perusahaan teknologi wajib memberikan bantuan kepada pemerintah terkait produknya untuk digunakan dalam mengungkap kasus kriminal yang tidak biasa. Apple tetap bersikukuh bahwa tindakan tersebut bisa mengakibatkan tuntutan besar-besaran dari konsumen kepada Apple karena pengabaian privasi pengguna, oleh karena itu mereka tetap menolak.
Pengadilan yang digelar terkait hal ini kemudian memenangkan Apple. Bisa diduga bahwa Apple kemudian memanfaatkan kejadian ini sebagai Public Relations mereka. Melakukan blow-up di media bahwa Apple menolak tuntutan FBI atas dasar perhatian utama mereka kepada privasi pengguna.
Pada tanggal 12 September 2017, Tim Cook membuka jumpa pers di Steve Jobs Theater. Dia dengan bangga berpidato, “iPhone pertama telah merevolusi satu dekade teknologi dan mengubah dunia dalam prosesnya. Sepuluh tahun kemudian, di tempat ini, kami memperkenalkan produk yang akan menunjukkan jalur untuk dunia teknologi selama dekade selanjutnya.” Dia kemudian mengacungkan produk di tangannya, “Produk ini adalah iPhone X – masa depan dunia smartphone.”
Apakah produk ini memang menjadi ‘masa depan dunia teknologi’, bakal ada perdebatan panjang untuk itu. Yang jelas selama dua tahun setelah itu, produsen smartphone Android sangat dipengaruhi oleh desain iPhone X yang menggunakan layar penuh dan menjadikan banyak produk ‘mirip iPhone X’ beredar di pasar.
Tim Cook mungkin tidak mendapatkan kredit yang seharusnya. Banyak orang menyebutnya ‘tidak inovatif’ dan ‘tidak melahirkan produk yang mengubah dunia’, namun pada kenyataannya dia melakukannya meskipun dengan tidak megah seperti era Steve Jobs. Banyak yang menganggap bahwa dia ‘tidak mendirikan dan menyelamatkan Apple’, namun statistik membukatikan bahwa di bawah kepemimpinannya, Apple meraih gelar sebagai perusahaan pertama yang menembus valuasi satu triliun dolar AS! Dan bahkan sampai artikel ini ditulis, Apple tetap bertengger di peringkat pertama perusahaan paling berharga di dunia, masih dalam kepemimpinan orang yang diserahi oleh Steve Jobs dalam hembus napas terakhirnya.
Referensi:
Kahney, Leander. (2019). Tim Cook: The Genius Who Took Apple to the Next Level. Penguin.