Beberapa minggu lalu kita mendapatkan kabar bahwa Qualcomm dikabarkan telah mengajukan akuisisi Intel yang menurut laporan dari sumber yang tidak disebutkan namanya, kesepakatan Qualcomm untuk membeli Intel “masih jauh dari pasti” sehingga kemungkinan ini tidak akan terwujud. Namun itu bukan berarti tidak akan sama sekali.
Nah mengenai hal tersebut, Qualcomm tengah mempertimbangkan faktor geopolitik yang kompleks yang terlibat dalam akuisisi potensial intel dan kemungkinan mereka akan menunggu hingga pemilu presiden Amerika Serikat selesai.
Menurut sumber via Bloomberg, salah satu pendorong utamanya adalah semakin jelasnya kebijakan antimonopoli di bawah pemerintahan presiden yang baru, karena penggabungan besar-besaran antara dua produsen chip tersebut akan berada di bawah pengawasan ketat dari regulator.
Tentunya, kombinasi Qualcomm dan Intel, yang keduanya mengembangkan teknologi semikonduktor penting yang menggerakkan segala hal mulai dari smartphone, hingga kendaraan listrik, yang tentu tidak diragukan lagi akan mengubah industri teknologi. Namun, hal itu dapat menimbulkan masalah persaingan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, terutama di China, apalagi dengan hubungan AS – China yang masih rapuh, Qualcomm dikatakan ingin lanskap politik menjadi stabil sebelum menentukan langkah selanjutnya.
Selain itu, Antimonopoli merupakan elemen penentu untuk Qualcomm pada bulan September nanti, dimana mereka mengadakan pembicaraan informal dengan regulator China untuk mendapatkan opini awal tentang kesepakatan potensial tersebut. Namun sayangnya belum ada tanggapan yang diberikan karena para pejabat masih menunggu untuk melihat apakah Qualcomm akan mengajukan penawaran resmi terlebih dahulu atau tidak.
Jika ternyata Intel beneran diakuisisi oleh Qualcomm tentunya perkembangan industri teknologi akan semakin maju, meskipun tentu itu mungkin masih jauh dari yang diharapkan karena bagaimanapun AS dan China masih dalam hubungan yang dapat dikatakan renggang.