Kisah Silicon Valley #124 – Petualangan Ive di London

Jony Ive via Tangerine

Ketika ditanya seperti apa sosok Jony saat dulu bekerja di Roberts Weaver Group, Phil Gray, General Manager yang juga berperan besar dalam ‘mengundang’ Jony masuk ke agensi kenamaan London tersebut mengisahkan, “Dia adalah seseorang yang pendiam, tapi dengan selera humor yang bagus. Dia bukan seseorang yang akan berbicara keras di studio. Dia sangat produktif dan sangat fokus pada tugas-tugasnya. Sebagai seorang desainer muda, dia bekerja sangat keras dan rajin. Produktivitasnya sangat menakjubkan sehingga saya menganggapnya sebagai sesuatu yang langka. Jony akan menghasilkan setengah lusin ide hebat dalam waktu yang sangat singkat dan tidak hanya dapat memaparkan ide-idenya dengan baik, namun juga mewujudkannya.”

Liburan ke Silicon Valley

Silicon Valley via The Atlantic

Pada musim panas 1989, Jony Ive lulus dari Newcastle Polytechnic dengan mengantongi banyak prestasi, termasuk uang hadiah dari berbagai perlombaan yang dia ikuti semasa kuliah. Sebagai ‘hadiah’ untuk dirinya sendiri, Jony memesan tiket liburan selama delapan minggu ke Pitney Bowes di Connecticut. Ini merupakan perusahaan teknologi besar di AS yang memproduksi banyak peralatan rumah tangga canggih. Sayangnya, Ive merasa kecewa saat dia mengunjungi markas besar perusahaan tersebut di Stamford. “Dia kelihatan sama sekali tidak tertarik,” ujar sobatnya, Grinyer, yang menyertai Ive selama liburan tersebut. Justru Jony merasa lebih bersemangat setelah melakukan tur ke San Fransisco, mengunjungi perusahaan-perusahaan Silicon Valley dan beberapa studio desain di Bay Area yang menjadi langganan perusahaan-perusahaan teknologi tingkat dunia tersebut. Waktu kunjungan tersebut sangat tepat. Di pertengahan dekade delapan puluhan, Silicon Valley baru saja masuk ke ranah konsumen, menjadikan pesatnya permintaan untuk agensi desain.

Grinyer mengajak Jony untuk mengunjungi Robert Brunner, pemilik agensi Lunar Design, yang terletak di tengah kota San Jose. Brunner adalah seorang desainer yang naik daun di Silicon Valley. Kliennya adalah perusahaan-perusahaan high profile, bahkan mereka ikut serta merancang Macintosh original dari Steve Jobs. Saat bertemu Brunner, Jony menunjukkan konsep telepon tabung yang dikembangkannya untuk proyek akhir semester di Newcastle. Model ini bukan sembarang model karena sekaligus menyertakan komponen dummy pengisi telepon tersebut yang mana menjadikan Jony lebih mudah menjelaskan maksud dan tujuan desainnya. “Saya sangat terkesan oleh desain itu,” ujar Brunner ketika ditanya tentang pertemuan pertamanya dengan Ive. “Desainnya sangat menuntut untuk menjadikan sesuatu yang estetik sebagai barang siap pakai. Tapi yang lebih menakjubkan bagi saya saat itu adalah saat dia melepas pasang modelnya… dengan semua komponen di dalamnya yang sangat detail. Itu sangat luar biasa.” Pada saat itu, Jony bahkan sudah mengatur seberapa tebal setiap komponen dibuat dan bagaimana cara memproduksinya menggunakan teknologi pabrik yang ada. Brunner menyatakan bahwa desain yang dibuat Jony Ive pada saat itu bukan saja yang terbaik untuk ukuran seorang mahasiswa, tapi juga sudah bisa bersaing dengan beberapa desainer di Silicon Valley pada saat itu! “Sangat menakjubkan bagaimana seseorang yang baru saja lulus kuliah, sangat muda, masih belum punya pekerjaan, namun menunjukkan kemampuan alamiah serta minat yang besar untuk mengetahui bagaimana berbagai hal bekerja”

Ke depannya, Brunner terbukti menjadi koneksi yang penting bagi Jony. Beberapa bulan setelah kunjungan Jony, Brunner resmi direkrut oleh Apple. Perusahaannya menjadi studio desain internal Apple yang bertanggung jawab untuk menjadikan desain produk-produk Apple berkelas dunia. Di masa mendatang Brunner nantinya akan mencoba merekrut Jony Ive untuk bekerja bersamanya.

Bergabung RWG

Jony Ive dan Heather Pegg Ive via Eyerys

Setelah lulus kuliah di Newcastle, Jony Ive, yang saat itu sudah menikah dengan Heather, menepati janji untuk bekerja di Roberts Weaver Group yang sudah mendukung pendidikannya. Phil Gray, General manager di Roberts Weaver Group yang merupakan teman Mike Ive, sebenarnya sedikit terkejut melihat Jony menepati janjinya, karena dia tahu sendiri bahwa anak muda ini mendapatkan banyak tawaran pekerjaan, bukan dari perusahaan ecek-ecek, tapi dari perusahaan-perusahaan berkelas dunia. “Dia sudah dikenal sebagai ‘Desainer muda yang sangat berbakat’, saya bahkan tahu dia mendapatkan banyak sekali tawaran pekerjaan yang menjanjikan, jadi saya sebetulnya agak terkejut dia setia dengan janjinya untuk bekerja di perusahaan ini.”

Phil Gray sedikit merendah. Roberts Weavers Group sendiri adalah salah satu perusahaan desain paling top di Inggris. Jony sendiri mengaku sangat bangga dan senang bisa bergabung dengan salah satu yang terbaik. Setelah pindah ke London, Jony membentuk sebuah tim yang terdiri atas desainer-desainer muda berbakat. Sebagian besar teman-temannya yang dikenal saat awal bekerja ini, masih akrab dengannya hingga sekarang. Sayang, sobatnya, Grinyer, yang memperkenalkannya dengan Brunner, tidak lama bekerja di RWG. Grinyer mengajukan pengunduran diri dan kemudian bekerja di firma desain lain dekat Cambridge.

Seperti halnya konsultan desain, Roberts Weaver Group mengerjakan berbagai portofolio proyek, mulai dari barang konsumen hingga produk teknologi tinggi. Klien-kliennya terentang dari Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Klien utama RWG mencakup perusahaan besar seperti Applied Materials, Zebra, dan Qualcast. Seperti halnya perusahaan pada umumnya, RWG memiliki tiga departemen utama: Desain Produk, Desain Interior, dan Workshop. Jony ditugaskan untuk bekerja pada tim produk. Rekan kerjanya terdiri atas dua puluh desainer, insinyur, dan desainer grafis yang bekerja dalam sebuah studio terbuka. Jony dengan cepat merebut hati para atasan RWG dan mendapatkan izin untuk mondar-mandir ke semua departemen. Favorit Jony adalah workshop alias bengkel, yang mana memiliki fasilitas pembuatan model dengan lima staff pembuat model yang selalu siap membantu para desainer.

RWG memiliki dua macam pendekatan dalam menangani proyek desain yang masuk. Yang pertama adalah desain penuh dan yang kedua adalah proses pengembangan. Desain penuh ini biasanya diminta oleh klien asal Inggris sendiri. Karena RWG sudah punya nama besar di Inggris, maka klien langsung saja meminta RWG untuk menangani desain produk mereka secara utuh dari dasar. Sementara itu, perusahaan luar Inggris lebih cerewet dan selektif. Mereka biasanya sudah memiliki konsep dasar tersendiri, dan tugas RWG hanya mengembangkannya. Dengan demikian kreativitas yang dituangkan juga sedikit terbatas karena harus mematuhi keinginan klien yang super spesifik dan biasanya membawa ciri khas perusahaan dan negara mereka masing-masing. Namun tidak jarang setelah mengetahui kinerja RWG yang bagus, klien tersebut akhirnya menyerahkan pembuatan konsep sepenuhnya kepada agensi terkemuka Inggris ini. Hal lain yang harus diperhatikan oleh RWG dalam mengerjakan desain produk adalah: anggaran dana klien. Tentu saja RWG bisa mengusulkan sebuah desain produk yang optimal, tapi jika klien tidak memiliki dana untuk memproduksi konsep tersebut, tentu saja ini akan jadi masalah. Oleh karena itu, salah satu kehebatan RWG adalah kemampuannya bekerja dengan menyesuaikan anggaran yang dimiliki klien untuk sebuah produk.

“Sangat penting untuk dipahami bahwa proyek kami dilakukan dalam kerangka waktu yang sangat ketat dan biaya yang ketat juga,” ujar Roberts Weaver dalam sebuah wawancara. “Jika kami tidak menangani proyek secara efisien, maka bisnis kami akan kehilangan keuntungan. Karena itu sangat penting bagi kami untuk bisa mengambil keputusan dalam waktu dan dana yang sesuai untuk penelitian, analisis, etnografi, peluang di masyarakat, dan sebagainya.”

Di tempat kerja barunya ini, Jony Ive menunjukkan etos kerja yang sangat tinggi dan produktif, seperti halnya hari-harinya sebagai mahasiswa di Newcastle. “Beberapa desainer terkemuka meyakini bahwa makin banyak penelitian yang dilakukan, maka solusi yang ditemukannya akan makin baik,” komentar Weaver. “Kekuatan Jonathan dalam hal ini adalah dengan cepat menangkap inti dari tantangan yang diberikan, menghasilkan solusi yang intuitif, yang mana elegan dan memiliki detail yang sangat langka untuk usianya yang masih sangat muda.” Meskipun gaya Jony ini sangat disukai oleh orang-orang di RWG, namun menghadapi klien, seringkali perusahaan terpaksa harus menyesuaikan dengan keinginan klien. Ini seringkali menjadikan Jony kesal. “Sangat penting dipahami bahwa dalam bisnis ini, ada aspek lain yang ikut memengaruhi hasil kita sebagai konsultan,” jelas Weaver. “Ini jelas adalah konsumen! Klien memiliki hak untuk memberi keputusan terakhir mengenai produk yang akan dikerjakan. Bagaimanapun juga, merekalah yang membayar.”

Kompromi demi kompromi yang dilakukan Roberts Weaver Group terhadap kliennya, menjadikan Jony kehilangan antusiasme dan mulai memikirkan untuk pindah. Pada tahun 1989, krisis perbankan di Inggris menjadikan RWG harus menutup divisi interior design. Begitu banyak desainer yang memutuskan untuk pindah, sehingga Weaver harus menawarkan kontrak baru kepada seluruh desainernya. Di sini kesempatan baru datang untuk Jony. Jika desainer lain menolak menandatangani kontrak baru ini karena ada penyesuaian gaji dan mereka banyak yang berpikiran untuk pindah ke tempat lain, maka Jony Ive dengan cerdik justru menandatangani kontrak baru. Kontrak ini meniadakan kontrak lamanya yang berisi kewajiban harus bekerja di RWG sebagai balas budi karena RWG mensponsori biaya kuliahnya. Dengan demikian ada celah hukum yang memungkinkan Jony untuk selanjutnya mengundurkan diri dari Roberts Weaver Group!


Minggu depan akan dibahas bagaimana Jonathan Ive berhasil mengembangkan sayap dan ikut ambil bagian dalam produk Apple yang saat itu dipimpin oleh CEO John Sculley.

Referensi:

Kahney, Leander. (2013). Jony Ive: The Genius Behind Apple’s Greatest Products. Amazon.

Phelan, David. (2018). Jony Ive Interview: Apple Design Guru on How He Created the New iPad and The Philosophy Behind ItIndependent.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation