Kisah Silicon Valley #2: Bukti Kualifikasi Bill Gates sebagai Orang Terkaya di Dunia

Kisah Silicon Valley #2: Bukti Kualifikasi Bill Gates sebagai Manusia Terkaya di Dunia

Banyak orang yang tahu jika Bill Gates kaya raya dan rajin beramal (nyaris sama rajinnya mengakali berbagai aturan perpajakan dan antimonopoli dalam batas yang sangat tipis). Namun benarkah pria canggung yang terlihat geeky dan sederhana ini benar-benar memiliki ‘kualifikasi’ sebagai manusia terkaya di dunia? Berikut ini beberapa kisah tentang Bill Gates – yang mungkin belum pernah kamu dengar – yang menunjukkan kualitasnya sebagai seorang terkaya di dunia.

 

Oportunis sejak muda

Pebisnis memang wajib oportunis, bahkan rajin menciptakan sendiri sebuah peluang. Sudah menjadi legenda kisah Bill Gates menjual sebuah program interpretasi untuk mesin Altair kepada MITS, bagaimana dia dengan alot bernegosiasi untuk mendapatkan jumlah yang dia inginkan, padahal sebenarnya belum menulis program itu sama sekali.

Watak oportunisnya ternyata sudah nampak sejak SMA. Dalam sebuah catatan publikasi, Bill menceritakan bahwa saat SMA dia pernah diminta bantuan oleh administrasi sekolah untuk membuatkan jadwal kelas menggunakan komputer. Dia melaksanakan tugas tersebut secara sempurna dengan satu tambahan kecil: Dia menempatkan gadis-gadis gebetannya dalam kelas yang sama dengannya bagaimanapun kelas tersebut diacak!

 

Ingatan Fotografis

Seperti halnya kamu tidak akan melihat Bill Gates menggembar-gemborkan kekayaannya dengan mengenakan aneka pakaian bermerek, Bill Gates tidak pernah mengungkapkan bahwa dia memiliki ingatan fotografis. Namun demikian, kesaksian orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya mengungkapkan fakta tersebut.

Blogger dan wartawan teknologi terkenal Robert Scoble pernah menceritakan bahwa dia pernah mewawancarai Bill, lalu setelah setengah tahun berlalu, saat dia bertemu lagi dengan orang nomor satu Microsoft tersebut, Bill mencoba mengingatkannya akan suatu hal yang pernah dia bahas pada pertemuan mereka sebelumnya. Karena Scoble tak ingat, Bill mencandainya dengan menirukan ucapan Scoble. Saat mencocokkan dengan rekaman wawancara terdahulu, Scoble baru sadar bahwa Bill mengucapkan kata per kata persis dengan ucapannya saat wawancara terdahulu!

The Telegraph, juga pernah menuliskan bahwa Bill Gates hafal di luar kepala nama dan wajah karyawan yang bekerja di Microsoft Redmond. Bukan itu saja, bahkan dia menghafalkan plat nomor mobil mereka masing-masing. Sekali berjalan melintasi parkiran, dia bisa tahu siapa yang sedang meninggalkan kantor saat jam kerja, dan jika mereka pergi tanpa izin, maka dia akan langsung menegurnya.

 

Gamer?

Mungkin ini fakta unik yang baru kamu dengar. Bill Gates pernah kecanduan game! Dan game yang membuatnya kecanduan adalah: Minesweeper! Yup, game yang mengharuskan kamu menemukan ‘ranjau’ dalam sepetak bidang wilayah itu memiliki perhitungan logika yang menantang.

Hubungan Gates x Minesweeper ini cukup konyol. Saking kecanduannya, Gates terpaksa (memaksa dirinya) meng-uninstall Minesweeper di PC ruang kerjanya agar bisa produktif bekerja. Tapi boss Microsoft ini setelah jam kerja akan menyelinap meminjam PC karyawannya untuk bermain Minesweeper.

Kalau gamer jaman sekarang hobi mem-bully teman-temannya yang lain dengan sebutan noob dan sebagainya, Bill Gates juga hobi menantang karyawan lain untuk melewati skornya. Karena tak kunjung ada karyawan Microsoft yang bisa melewati skor Bill Gates, seorang programmer Microsoft mengembangkan AI yang kemudian bisa melewati skor si boss.

Bill Gates yang kesal lalu menulis email kepada karyawannya itu: “Kalau mesin bisa melakukan sesuatu lebih cepat dari manusia, bagaimana kita mempertahankan harga diri kita sebagai manusia?”

 

Tukang bolos yang selalu dapat A

Semasa kuliah di Harvard, Bill Gates tenar hanya hadir dua kali, yaitu saat mendaftar kelas dan saat ujian. Yang menyebalkan (bagi dosennya), itu sudah cukup baginya untuk mendapatkan A dalam setiap mata kuliah yang diikutinya.

Bukan itu saja, Bill Gates pernah memecahkan sebuah soal matematika legendaris di Harvard. Solusi yang ditawarkan Bill Gates untuk soal itu (dikenal dengan nama Pancake Sorting) sangat brilian hingga profesornya, Christos Papadimitriou, membantunya untuk menulis jurnal tentang solusi soal tersebut. Bill Gates sendiri tidak peduli, bahkan sibuk dengan ‘proyek luar’-nya (yaitu cikal bakal Microsoft). Profesor Papadimitriou menceritakan bahwa dia sudah menelepon Gates saat menerbitkan karya Gates tersebut di jurnal Discrete Mathematics Harvard di tahun 1979, namun Gates kelihatan tidak tertarik dan bahkan tidak peduli apakah namanya dicantumkan atau tidak. “Saat saya telepon dia sudah pindah ke Albuquerque, New Mexico, mengerjakan microprocessor atau apalah. Sayang sekali dia menyia-nyiakan bakatnya” ujar sang profesor dalam sebuah wawancara.

 

Gemar Membaca

Bukan rahasia kalau CEO pertama Microsoft ini gemar membaca. Bill Gates sering mengulas buku-buku yang baru dibacanya di blognya. Saking gemarnya membaca, Bill Gates seringkali ‘hilang’ dan ‘tidak sadar sekeliling’ kalau sedang membaca. Brad Silverberg, seorang supervisor Microsoft mengungkapkan bahwa tidak masalah bagi Bill Gates untuk naik penerbangan pribadi ataupun komersial, karena saat duduk di kursi penumpang pesawat, dia akan mulai membaca, bahkan sampai tidak sadar bahwa pesawat sudah sampai.

 

Super Teliti

Ada di antara kamu yang ikut program Insider Windows 10 atau Windows 10 Mobile? Pada saat Bill Gates menjabat sebagai CEO, dia adalah ‘sang Insider’! Saat seorang pemrogram baru menulis sebuah program, Bill Gates dengan antusias akan mencermati program tersebut, kemudian dia akan mengajukan pertanyaan yang sebagian besar terkait dengan celah-celah pada kode pemrograman tersebut. Jika program yang ditulis begitu buruk, Bill tak segan-segan meminta programmer tersebut angkat kaki dari Microsoft.

Meskipun terdengar menyeramkan, namun banyak karyawan Microsoft yang merasa kehilangan kultur semacam ini di era Ballmer. Pengawasan Bill Gates inilah yang menjadikan Microsoft sangat inovatif pada masa kepemimpinannya. Inilah juga alasan Satya Nadella dipilih. Sebagai Engineer, diharapkan Satya kembali menghidupkan kultur ‘mengutamakan Engineer‘ seperti zaman Bill Gates.

 

Bagaimana menurut kamu? Apakah kamu juga memiliki kualitas sebagaimana dipaparkan di atas? Siapa tahu kamu calon orang terkaya di dunia selanjutnya!

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation