Microsoft kini perusahaan paling berharga di dunia? Ah, telat! Itu berita basi sebulan lalu. Memang betul. Tapi teman-teman perlu memaklumi bahwa saya perlu waktu untuk membaca banyak ulasan dan artikel dari para pemerhati pasar dan ekonom untuk memastikan bahwa fenomena ini bakal bertahan dalam jangka waktu panjang, bukan hanya dalam hitungan hari (mengingat betapa rentannya pasar saham dalam menentukan nilai perusahaan tertentu). Daniel Newman dari Marketwatch memiliki opini yang sangat menarik bahwa Apple tidak akan dalam waktu dekat ini mengambil alih gelar sebagai “perusahaan paling berharga di dunia”!
Pertengahan tahun 2018 barusan, Apple kelihatan jaya dengan merengkuh gelar sebagai perusahaan yang bernilai USD 1 triliun – Memang mereka bukan perusahaan yang pertama melakukannya, akan tetapi tahun ini hanya Apple yang berada dalam daftar tersebut. Saham Apple mencatat nilai tertingginya dengan USD 207.05. Uniknya, status ini diraih padahal profit penjualan iPhone Apple (yang merupakan sumber utama pemasukannya), stagnan di angka USD 41,3 juta.
Para pelaku pasar optimis. September depan Apple akan mengumumkan iPhone baru, dan seperti biasa, ponsel pintar ini pasti akan menghadirkan tren tersendiri, memikat konsumen untuk membelanjakan uangnya, dan tentu saja profit Apple akan berlipat ganda! Tapi ternyata semua perkiraan itu salah.
Pengumuman tiga iPhone baru: iPhone XS, iPhone XS Max, dan iPhone XR tidak mendapatkan traksi yang diharapkan Apple. Penjualan tetap bagus, tapi tidak spektakuler. Setelah dua bulan yang terasa datar, akhirnya akhir November lalu, seakan menyaksikan sesuatu yang tidak nyata: status Apple sebagai perusahaan paling berharga di dunia yang sudah digenggamnya sejak tahun 2012, tergusur oleh perusahaan yang disangka sudah ‘tidak keren’ lagi: Microsoft.
Memang ini lebih karena performa buruk perusahaan-perusahaan di lima besar. Apple, Amazon, Google, dan Facebook mengalami penurunan nilai saham, mungkin karena berbagai masalah yang menimpa mereka. Microsoft tidak hebat. Mereka hanya stabil. Kenaikan yang dicatatkan Microsoft tidak besar, tapi performanya sangat stabil, cukup untuk menempatkan mereka sebagai perusahaan paling berharga di dunia!
Jika peristiwa ini terjadi beberapa tahun yang lalu, mungkin orang-orang akan menganggap bahwa ini hanya fenomena sementara. Microsoft akan segera kembali ke ‘habitat’-nya di lima besar, sementara Apple akan kembali memegang tampuk pimpinan sebagai perusahaan bernilai tertinggi di dunia. Namun banyak hal yang mengisyaratkan bahwa sepertinya ini tidak akan terjadi.
Argumen pertama untuk hal ini adalah: Apple beberapa tahun belakangan ini memiliki masalah dalam inovasi. Sejak Apple Watch diperkenalkan pada tahun 2015, Apple belum merilis sesuatu yang mengejutkan dunia atau menjadi cikal bakal ‘sapi perah’ berikutnya. Oke, mereka merilis produk yang bagus, mereka pintar menciptakan tren – Tapi produk-produk Apple belakangan ini hanya ‘penyempurnaan’ dari produk sebelumnya. Tidak ada yang berstatus ‘terobosan’ seperti saat pertama kali iPhone diperkenalkan, atau minimal seperti saat Apple menjadikan Touch ID sebagai sistem keamanan biometrik yang inovatif, bukan hanya untuk membuka layar, tapi juga untuk menjamin keamanan transaksi dan menjamin privasi saat masuk ke aplikasi tertentu.
Kedua, Apple punya masalah sengketa hukum yang pelik. Jika dulu Apple seakan mem-bully Samsung dengan menuntut aneka paten yang dinyatakan digunakan Samsung tanpa izin, tahun ini Apple mendapatkan masalah hukum yang rumit dengan Qualcomm. Permasalahan antara Apple dan Qualcomm bukan hanya menghambat penjualan iPhone di beberapa wilayah (Qualcomm sukses melarang iPhone dijual di wilayah tertentu karena pelanggaran paten), tapi juga berpotensi menghambat hubungan bisnis mereka. Qualcomm selain dikenal sebagai pembuat chip untuk smartphone, juga merupakan perusahaan yang mampu membuat chip untuk modem. Sengketa dengan Qualcomm menjadikan Apple lebih lambat mendapatkan teknologi 5G yang bahkan sudah disematkan di beberapa perangkat Android akhir tahun ini.
Ketiga, masalah penjualan. Inilah yang memicu menurunnya kepercayaan pemegang saham. Meskipun mencatatkan profit yang tinggi, akan tetapi jelas penjualan iPhone, komoditi utama Apple, mengalami penurunan yang nyata. Apple melakukan pembatasan produksi agar tidak mengalami kerugian akibat banyaknya iPhone yang tidak laku di luaran. Untuk sebuah perusahaan komersil, profit Apple sangat tinggi, tapi jelas tidak seperti era iPhone 7 yang laris terjual mengungguli banyak produsen lain dua tahun yang lalu.
Terakhir, produksi Apple sangat bergantung pada Tiongkok. iPhone juga laris terjual di pasar Tiongkok. Perang dagang antara pemerintahan Donald Trump dan Tiongkok tidak membantu Apple untuk mempertahankan gelarnya sebagai perusahaan paling berharga di dunia.
Di sisi lain, Microsoft sebagai penantang, bukan hanya tidak mengalami masalah seperti Apple. Microsoft seakan menemukan energi baru dengan fokusnya terhadap cloud dan layanan sejak dikelola oleh CEO Satya Nadella. Pertumbuhan penjualan cloud Microsoft sangat pesat dan bahkan meskipun tidak tumbuh sepesat tahun-tahun belakangan, sistem layanan cloud yang menjadikan penggunanya berlangganan, tentu saja secara otomatis menjamin profit Microsoft selama beberapa tahun ke depan. Apalagi fokus Microsoft adalah Enterprise, ‘pelanggan’ yang satu ini lebih menyukai kestabilan dan infrastruktur yang tidak banyak berubah. Jika berhasil merebut ‘hati’ Enterprise, tentu saja Microsoft sudah mengamankan pemasukan beberapa tahun mendatang. Inilah kelebihan pasar Enterprise dibandingkan konsumen umum yang suasana hatinya terus berubah. Belum tentu konsumen yang membeli iPhone tahun ini akan membeli iPhone lagi tahun depannya. Namun perusahaan yang berlangganan layanan cloud tahun ini, jika puas tentu saja akan membayar layanan tersebut tahun-tahun mendatang. Inilah perbedaan mendasar gaya bisnis Apple dan Microsoft.
Dari analogi di atas, kecuali Apple melakukan langkah drastis yang menjadikan masyarakat berbondong-bondong membeli produknya, sepertinya Microsoft dengan langkahnya yang stabil dan pasti bakal tetap mempertahankan posisi ini. Analis pasar dan ekonom bahkan meramalkan dengan laju pertumbuhan saat ini, maka pada tahun 2019 mendatang, Microsoft juga akan tercatat sebagai perusahaan yang bernilai di atas USD 1 triliun!
Referensi
Bourgi, Sam. (2018). Apple becomes Wall Street’s First Trillion Dollar Company. Hacked.
Newman, Daniel. (2018). Why Apple wont overtake Microsoft and regain the title of the most valuable U.S. company. Marketwatch.
Ward, Jason. (2018). Microsoft is now the world’s most valuable company and it’s less trustworthy than ever. Windows Central.