Satu hal yang bikin saya malas sering-sering buka Facebook dalam setahun terakhir adalah banyaknya berita hoax yang lalu-lalang di timeline. Parahnya..banyak yang termakan oleh berita hoax semacam ini sehingga terus-menerus di-share dan semakin viral.
Sadar banyak diprotes orang (bahkan mantan Presiden US, Obama, juga sempet mengkritik Facebook loh), akhirnya Mark Zuckerberg mulai meluncurkan senjata baru untuk memerangi berita hoax. Seperti apa senjata anti-hoax tersebut?
Ternyata Facebook mengintegrasikan layanan pengecek fakta pihak ketiga kedalam sistem sosial media mereka. Jadi ketika pengguna akan nge-share link artikel, jika berita tersebut hoax maka bakal muncul notifikasi “Disputed by….”. Jika di klik maka akan muncul detail penjelasan kenapa berita tersebut tergolong hoax.
Tetapi hal itu tidak menghentikan pengguna untuk melakukan share artikel. Jika pengguna Facebook tetap memilih untuk melakukan share, akan muncul sekali lagi popup yang menyatakan berita tersebut hoax. Dan jika pengguna tersebut tetap ngotot juga, maka di timeline berita tersebut akan ditambahkan keterangan “Disputed”.
Tetapi apakah ini efektif, khususnya untuk di Indonesia?
Untuk saat ini saya masih meragukannya. Hal ini karena layanan pengecek fakta seperti Snopes dan Associated Press yang dipakai tersebut nampaknya masih teroptimasi bagi konten Berbahasa Inggris, sedangkan bagi berita hoax dan issue dengan bahasa Indonesia sepertinya masih belum mampu dilakukan pengecekan.
Nggak tahu lagi ya jika kedepannya Facebook bakal punya sistem dan team tersendiri untuk memfilter berita mana yang hoax dan mana yang tidak. Tetapi sampai saat itu tiba rasa-rasanya di timeline kita bakal masih seliweran berita-berita hoax.
Tetapi yang pasti upaya untuk memerangi berita hoax seperti ini layak diapresiasi, dan semoga saja sistemnya semakin baik dari hari ke hari.
Nah bagaimana dengan kamu, apakah kamu juga pernah mendapati berita hoax muncul di timeline FB kamu? Apa yang kamu lakukan untuk menghindarinya?
Bagikan tips dan pengalaman kamu disini.
via theguardian
