Jika sebelum tahun 2013, tren bahan pembuatan smartphone adalah polycarbonate, maka setelah rilis HTC M7 pada bulan Maret 2013, manufaktur smartphone banyak ‘terinspirasi’ untuk menggunakan aluminium dan logam untuk bahan dasar ponsel pintarnya. Apple mengambil inspirasi ini untuk bahan ponselnya berturut-turut mulai iPhone 6, iPhone 6S, hingga kemudian iPhone 7. Samsung menyerbu dunia dengan desain glass on front and back yang menjadikan ponsel produksinya terkesan indah dan mewah dimulai sejak rilis Samsung Galaxy S6. Selain tren bahan backdoor, ada lagi perubahan tren di tahun 2016-2017, yaitu layar edge-to-edge alias dari ujung ke ujung. Dipelopori oleh Sharp Aquos pada tahun 2014, desain layar ini semakin ekstrim saat Xiaomi Mi Mix dirilis dan akhirnya mendunia ketika Samsung mengadopsinya dalam Galaxy S7 Edge. Apple pun sepertinya ‘tidak tahan’ untuk tidak mengikuti tren ini dengan merilis iPhone X berdesain ‘tanpa bezel’ beberapa bulan lalu.
Apakah sebenarnya yang dimaksud bezel-less atau ‘tanpa bezel’? Apa sebenarnya yang dimaksud bezel pada smartphone dan apa fungsinya? Apakah pengaruh tren ini terhadap industri smartphone secara keseluruhan? Saya akan mencoba membahasnya dalam artikel ini.
Apa itu Bezel?
Kata bezel berasal dari istilah perdagangan berlian, yang mana digunakan untuk menggambarkan potongan berlian yang seakan membingkai bagian ‘wajah’ berlian tersebut. Ini juga digunakan untuk menggambarkan bagian cincin yang ‘menjepit’ mata cincin atau permatanya. Dalam dunia smartphone, bezel adalah frame atau bingkai yang membingkai layar pada ponsel.
Pada awal masa perkembangan ponsel, hampir seluruh bagiannya adalah bezel yang ‘mengunci’ sebuah layar kecil. Tidak terdapat interaksi sentuh di sini. Setelah kita mulai menyapukan jari pada layar, maka layar semakin membesar, dan bezel ini semakin kecil dan tipis.
Bezel merupakan fitur ergonomik
Bezel hadir untuk kebutuhan ergonomik. Bayangkan jika tidak ada bingkai yang mengitari smartphone, jari kita susah mencari tempat untuk memegang smartphone. Tanpa bezel kita ada kemungkinan menjatuhkannya (karena memegang layar yang licin) atau menekan bagian tertentu pada layar yang menjadikan kita salah mengoperasikan UI tertentu.
Seiring dengan menipisnya bezel, manufaktur berupaya menciptakan solusi, ini berkaitan langsung dengan software. Misalnya dengan mengatur agar sentuhan di tepi layar tidak berpengaruh (karena tangan memerlukan pegangan). Sebenarnya ini sudah dirintis sejak lama. Paten iPad tahun 2011 menunjukkan adanya reaksi yang berbeda jika kita memegang atau berinteraksi dengan iPad menggunakan berbagai cara tertentu – Meskipun pada saat itu bagian layar masih tertutup oleh bezel tebal yang membentuk rangka iPad.
Pada tahun 2014, Note Edge yang menggunakan layar ‘melebar’ ke samping, memperkenalkan cara berinteraksi baru terhadap layar yang melengkung.
Sejak era itu, perkembangan ‘bingkai’ yang mencengkeram layar semakin tipis. Xiaomi Mi Mix dan Doogee Mix memperkenalkan kemungkinan layar penuh dari ujung ke ujung dengan banyak manipulasi software dan engineering baru pada tahun 2016. Termasuk juga diperkenalkannya bahan keramik yang konon lebih kuat, namun lentur dalam mencengkeram layar (karena semakin tipis bezel, layar makin rentan rusak. Dibutuhkan cengkeraman yang kuat sekaligus lentur untuk mencegah ini).
Tren Bezelless dan Glass on Glass
Meskipun dunia mengakui Sharp Aquos sebagai pelopor, namun Samsung Galaxy S7 adalah yang menciptakan gelombang tren layar edge-to-edge dipadu dengan lapisan kaca di depan dan belakang smartphone dengan bingkai logam, menjadikan smartphone terkesan mewah dan aestetis. Galaxy S8 dan Galaxy Note 8 menampilkan puncak estetika desain bezelless ala Samsung.
Kecantikan yang rapuh
Ketika Apple akhirnya ikut serta memeluk tren ini dengan meluncurkan iPhone X yang berdesain ‘hampir seluruhnya kaca’, maka arah tren smartphone sudah dapat dipastikan. Karena begitu Apple ikut serta dalam sebuah tren, biasanya tren ini akan bertahan lumayan lama.
Keberadaan smartphone berdesain ‘semuanya kaca’ ini bukan tanpa masalah. Seperti yang bisa dibayangkan, smartphone model ini sangat rapuh. tes pada iPhone 8 dan iPhone X yang menggunakan desain lapisan gelas depan dan belakang menunjukkan bahwa smartphone ini lebih rapuh dibandingkan dengan pendahulunya.
Bahan logam yang keras sebagai rangka (aluminium pada Samsung Galaxy S8 dan Note 8 atau titanium pada Essential Phone) memberi efek samping berupa: ponsel tidak dapat menyerap benturan. Saat terbentur besar kemungkinan impaknya akan langsung terjadi pada lapisan kaca yang dicengkeramnya. Apple sempat berupaya mengakali hal ini dengan manipulasi kaca sapphire sebagai bahan layar, namun eksperimen tersebut sepertinya tidak berjalan lancar dan cukup mahal. Peletakan kamera depan seperti pada Essential dan iPhone X juga menimbulkan tonjolan (notch) yang janggal dipandang secara estetika. Pendeknya: Semakin cantik ponsel, maka semakin ringkih dan pendek masa pakainya.
Kamu masih memegang ponsel zaman lama?
Kalau kamu masih memegang smartphone era sebelum tren bezelless dan glass back and front, maka ada satu kelebihan yang jelas dapat kamu banggakan: daya tahan. Kamu tidak perlu takut smartphone kamu tergores jika diletakkan di atas meja (smartphone dengan desain back glass jika tidak dilindungi akan menunjukkan goresan-goresan kecil dalam waktu tidak sampai setahun), bahkan lebih santai menghadapi kemungkinan jatuh (kalaupun jatuh, jelas perbaikannya lebih murah dibandingkan smartphone berdesain seluruhnya kaca). Dengan bagian belakang polycarbonate, kamu tidak akan ragu membawa ponsel kamu tanpa perlu perlindungan apa pun, sementara smartphone dengan bahan metal atau gelas, kemungkinan besar jarang meninggalkan case pelindung untuk mencegah situasi buruk terjadi.
Jika kamu bukan penggemar smartphone ringkih berdesain kaca, nampaknya kamu harus bersabar karena tren ini sepertinya berlangsung lebih panjang. Karena tentu saja ini kondisi ideal yang diinginkan manufaktur. Mereka akan kesulitan jika kamu menyukai ponsel yang tahan lama. Menjadikan ponsel cantik, namun rapuh dan mudah rusak tentu saja strategi brilian agar siklus pembelian terus berputar cepat.
Apa pendapatmu tentang tren bezelless dan glass? Bagikan pemikiran kamu di kolom komentar!
Referensi
Campbell-Dollaghan, Kelsey. (2014). Why we still have bezels, but may not for long. Gizmodo.
Hill, Simon. (2017). The Bezel-less phones might be futuristic, but they come with compromises. Digital Trends.
Savov, Vlad. (2017). Think Hard Before you Buy All-Glass Bezel-Free Smartphone. The Verge.