![](https://winpoin.com/wp-content/uploads/2017/11/steven-sinofsky.jpg)
Pada sebuah malam yang hangat di bulan Oktober, Steven Sinofsky berdiri di atas panggung di Times Square New York, tersenyum menyaksikan massa membanjiri toko ritel Microsoft, tempat Surface tablet baru Microsoft yang baru saja dirilis dijual di sana. Surface Tablet merupakan sebuah perangkat yang mengundang keingintahuan. Selain dapat berfungsi sebagai tablet, perangkat ini juga dapat berfungsi layaknya sebagia sebuah komputer utuh, lengkap dengan keyboardnya. Microsoft menyebut ini sebagai perangkat 2-in-1. Ini merupakan sebuah revolusi baru untuk menantang iPad yang seakan tak punya lawan di dunia tablet.
“Well Steven, nampaknya memang kita bisa menang atas Apple kali ini.” Ballmer menepuk pundak Sinofsky.
“Kuharap begitu,” ujar Sinofsky.
“Kau tahu bukan, aku akan segera mengundurkan diri tahun depan. Kita tidak selalu sejalan, tapi kau tahu kan, aku selalu menghormatimu.. Aku akan mendukungmu jika direksi memilihmu sebagai CEO Microsoft selanjutnya.” Ujar Ballmer serius.
Sinofsky hanya tersenyum muram menatap kolega yang sudah bekerja bersamanya belasan tahun tersebut. Aura muram dalam senyumnya itu terjawab tiga minggu kemudian. Pada bulan November 2012, Steven Sinofsky mengundurkan diri dari Microsoft.
Penyelamatan Windows Vista
![](https://winpoin.com/wp-content/uploads/2017/11/19877.jpg)
Steven Sinofsky masuk ke Microsoft saat divisi Windows rusak secara fundamental pada tahun 2006. Penjualan Windows Vista sangat buruk. Para penggemar Microsoft membully Vista sebagai ‘virus yang sengaja diinstal ke sebuah PC’. Secara umum, versi Windows ini indah dengan tawaran banyak fitur baru. Sayangnya, reliabilitasnya sangat buruk. Software yang diinstal ke Vista pasti akan mengalami crash bertubi-tubi, dan bahkan menjalankan software Microsoft sendiri bisa menjadikannya freeze dan berhenti bekerja. Salah satu lelucon tentang Android di tahun 2010 bahkan mengatakan, “Kalian yang menyebut Android buruk, pasti belum pernah mengoperasikan Windows Vista.”
Sinofsky dengan tangan besi mengubah itu semua. Terkenal sebagai orang yang ‘selalu melakukan apa yang dikatakan’, Sinofsky menekankan pentingnya sebuah dasar. Sebuah tujuan. Dia menghabiskan beberapa bulan dengan tim insinyur hanya untuk membangun gambaran dasar sejelas-jelasnya. Seperti apa tujuan akhir sistem operasi yang tengah dibuat? Bagaimana saat orang menggunakannya? Sinofsky belum akan memulai proses pembuatan sebelum semua insinyur memiliki gambaran yang sama tentang apa yang sedang mereka bangun, serta bagaimana produk akhirnya. Bagaimana produk tersebut saat digunakan. Setelah semua itu terbentuk dan proses dimulai, maka tidak ada seorang pun juga yang boleh menambahkan perubahan ini dan itu, bahkan dari direksi Microsoft sendiri.
Dare Obasanjo, anggota Tim Steven mengungkapkan situasi saat itu sebagai berikut:
Cara organisasi Steven sangat langsung dan lurus, sehingga menyakitkan. Anda akan menghabiskan waktu memikirkan apa yang ingin Anda bangun, Anda menulisnya sehingga seluruh tim berbagi visi tentang apa yang mereka bangun dan bagaimana Anda membangunnya. Bagian awal hingga pengiriman produk jadi memerlukan disiplin Ini berarti tidak mengubah pikiran Anda setelah Anda memutuskan apa yang ingin Anda bangun, kecuali Anda memiliki alasan yang baik untuk itu. Dengan demikian, semua berjalan lancar. Tidak ada keterlambatan dan tidak ada anggaran yang berlebihan.
Dalam hal ‘menjaga produk’, Sinofsky dikenal sangat keras kepala. Dia terang-terangan menolak permintaan direksi, bahkan termasuk Ballmer sendiri (yang saat itu adalah CEO Microsoft) untuk menambahkan ini itu. Sinofsky bersikeras bahwa dia telah mengalkulasikan waktu sedetail mungkin sehingga tidak ada waktu untuk menambahkan fitur yang bakal menyebabkan perombakan kode. Dia melindungi Windows 7 hingga saatnya dikirimkan kepada konsumen.
Namun hasilnya memuaskan. Windows 7 yang dikembangkan tidak sampai 2 tahun semenjak kedatangan Sinofsky, sudah sangat andal sejak hari pertama. Jarang pengguna yang mengeluhkan crash. Reliabilitas yang sangat dahsyat ini akhirnya sukses membuat pengguna Windows XP berduyun-duyun melakukan upgrade ke produk baru Microsoft ini.
Sinofsky vs Seluruh Eksekutif
![](https://winpoin.com/wp-content/uploads/2017/11/steve-ballmer-tn1-jpg-470x310@2x.jpg)
Kesuksesan Windows 7 menjadikan Sinofsky makin percaya diri. Dia yakin bahwa sistemnya adalah yang terbaik. Ini menyebabkan gesekan antara Sinofsky dan eksekutif lain semakin memanas. Tidak ada yang membantah efektivitas Sinofsky dalam mengembangkan sebuah produk mulai dari bibit hingga tumbuh berbunga. Namun kekolotannya banyak dikeluhkan divisi lain.
Ketika Windows 8 dikembangkan, Microsoft memiliki visi untuk merilis sebuah perangkat yang akan ‘memamerkan’ kehebatan Windows 8. Perangkat ini adalah sebuah ‘tablet’ yang juga dapat berfungsi sebagai komputer penuh. Keharusan bekerjasama dengan divisi selain software menjadikan Sinofsky terus terlibat perseteruan tak berujung dengan eksekutif lain.
Apalagi sekitar tahun 2009, rumor mulai berhembus bahwa Sinofsky merupakan salah satu kandidat untuk CEO selanjutnya setelah Ballmer. Konon bahkan Bill Gates mendukungnya. Ini menjadikan Sinofsky makin percaya diri dan menekan divisi lain terkait Windows 8 untuk mengikuti semua keputusannya.
Mary Jo Foley, wartawan spesialis berita tentang Microsoft, menggambarkan situasi tersebut sebagai berikut:
Sinofsky dikenal di dalam dan di luar perusahaan sebagai lelaki yang akan menyelesaikan pekerjaan, dan menyelesaikan pekerjaan itu dengan caranya. Rumor menyebutkan bahwa dia akan mengambil alih kepemimpinan lebih banyak unit bisnis. Dan hingga saat ini, kelihatannya tim pemimpin senior Microsoft, termasuk Ballmer sendiri, mulai memperhitungkan situasi tersebut…
Namun baru-baru ini, sesuatu nampaknya berubah. Ballmer memindahkan banyak karyawan di bawah kepemimpinan Sinofsky untuk masuk ke divisi lain dan mulai memuji Larson-Green (salah seorang eksekutif Microsoft) sebagai orang yang dapat berkolaborasi secara efektif dan menyelesaikan agenda perusahaan dengan baik. Saya mencium adanya reorganisasi besar-besaran…
Jo Foley kelihatannya benar. Tidak seperti biasanya, Ballmer yang terkenal lebih suka ‘menyerang frontal’, kelihatannya bermain dua kaki. Dia berusaha mendukung Sinofsky, tapi juga ‘mengelus’ kandidat lainnya. Mungkin Ballmer sendiri sedapat mungkin ingin menjaga keharmonisan Microsoft dengan menunjukkan dukungannya pada semua eksekutif, meskipun hal itu jelas berat dilakukan.
Seorang eksekutif yang ‘tidak ingin disebut namanya’ berkomentar, “Ballmer sebenarnya sudah lama tidak sabaran terhadap polah Sinofsky. Namun dia menahan diri dan tidak mengambil tindakan apa pun agar rilis Windows 8 tidak terganggu.”
Windows 8: Revolusioner, tapi Dibenci
![](https://winpoin.com/wp-content/uploads/2017/11/Windows_8_Launch_Event_in_Akihabara_Tokyo.jpg)
Sinofsky sendiri bukannya tidak merasakan kebencian itu. Tekanan agar Microsoft ‘sukses’ dengan Windows 8 sangat besar. Sinofsky sadar dengan segala tindakannya di Microsoft, jika proyek ini tidak berhasil secara komersial, maka para petinggi Microsoft akan punya alasan untuk menjatuhkan dirinya.
Dugaannya tepat. Windows 8 menerima review baik dari para praktisi teknologi sebagai ‘OS Masa Depan’, namun konsumen tidak menyukainya. Tampilan metro yang ‘dipinjam’ dari Windows Phone (dan saat itu dipuji futuristik), tidak berhasil menarik minat konsumen.
Meskipun tidak dituntut untuk bertanggungjawab atas kegagalan Windows 8, Sinofsky tahu diri. Dia mengundurkan diri dengan ‘alasan pribadi dan sebuah pilihan berat’ – sebagaimana ditulis dalam sebuah email untuk seluruh karyawan Microsoft pada November 2012. Microsoft menunjukkan sikap ‘tidak memberatkan kepergian Sinofsky’. Bill Gates menyatakan bahwa dia mendukung penuh keputusan Sinofsky sebagai seorang individu. Ballmer sendiri malah sibuk mencuatkan bahasan tentang penggantinya, karena perginya Sinofsky mencuatkan kehebohan tentang siapa CEO Microsoft selanjutnya (karena Sinofsky sempat menjadi kandidat).
Steven Sinofsky, bagaimanapun juga akan tetap dikenang sebagai seseorang yang pernah membangun operating system paling stabil di dunia: Windows 7!
![](https://winpoin.com/wp-content/uploads/2017/11/JP-SOFT-jumbo.jpg)
Referensi
Bott, Ed. (2012). How Steven Sinofsky Changed Microsoft, for better and for Worse. ZDnet.
Wingfield, Nick. (2012). Ex-Windows Chief Seen as Smart, but Abrasive. New York Times