Kisah Silicon Valley #87 – Mengembangkan Cloud Computing Microsoft

via GeekWire

Dalam peluncuran Global Innovation Exchange, sebuah institut teknologi hasil kerja sama AS dan Tiongkok yang didukung dana senilai USD 40 juta dari Microsoft, Nadella menceritakan pengalaman pertamanya bertemu Steve Ballmer di tahun 1992.

“Saya ingat dengan jelas saat itu beliau berhenti di meja saya dan mengajak melakukan high five khas-nya yang terkenal. Dia mengekspresikan antusiasmenya menyaksikan saya bergabung dengan Microsoft. Pada saat itu hanya saya karyawan biasa yang baru bergabung dengan Microsoft, sehingga mudah baginya untuk mampir.” ungkap Nadella sambil tertawa. “Hal itu benar-benar mengubah saya. Antusiasme, perhatian, dan energi Steve yang meledak-ledak menjadikan saya semakin yakin bahwa saya dapat menyelesaikan tantangan apa pun yang saya hadapi di Microsoft ke depannya.”

Nadella tulus mengatakan hal itu, karena bertahun-tahun kemudian, dia dihadapkan pada sebuah tantangan yang mengubah jalan hidup dan karirnya, selamanya.

 

Boss baru divisi Cloud

Tahun 2008 merupakan tahun yang berat bagi Microsoft. Setahun sebelumnya, Apple meluncurkan sebuah smartphone dengan layar sentuh penuh, mereka menamakannya: iPhone. Ballmer spontan menertawakan perangkat tersebut ketika wartawan meminta pendapatnya. Bagaimana mungkin sebuah ‘ponsel pintar’ tidak memiliki banyak fitur yang seharusnya dimiliki sebuah ‘ponsel pintar’ utamanya keyboard. Namun dunia teknologi tidak tertawa. Google langsung melakukan akrobat, membatalkan semua riset terkait Android sebelumnya, dan melakukan penulisan ulang kode OS smartphone miliknya tersebut dengan mendasarkan pada tampilan iPhone. Amazon tanpa banyak kehebohan meluncurkan Amazon Web Service (AWS) yang kemudian dikenal sebagai salah satu landasan layanan cloud pada tahun tersebut.

Revolusi PC pada tahun 1980-an telah menjadikan Microsoft, Apple, Intel, dan perusahaan-perusahaan Silicon Valley lain menciptakan komputer yang dapat dimiliki di tingkat rumah tangga. Sementara itu tahun 1990-an, era perkembangan internet, telah menjadikan masyarakat membutuhkan client/server untuk memenuhi kebutuhan jutaan pelanggan dalam berbagi data melalui jaringan. Bahkan pertumbuhan data ini sama sekali melebihi perkiraan para analis teknologi. Biaya pemeliharaan server melebihi kemampuan server untuk mengikutinya. Ini kemudian memicu beberapa perusahaan besar, salah satunya dipelopori oleh IBM, merintis infrastruktur server dalam volume raksasa, untuk kemudian disewakan dengan biaya lebih rendah kepada pengguna. Sistem ini perlahan-lahan menjadi makin populer.

Amazon menjadi salah satu perusahaan pertama yang melihat potensi pendapatan dari sistem bisnis seperti ini. Mereka memahami bahwa infrastruktur cloud yang mereka ciptakan dapat dimanfaatkan untuk berjualan buku, film, dan produk-produk ritel andalan Amazon, kemudian sisa resource-nya dapat disewakan! Bagi perusahaan teknologi lain, biaya sewa berbasis waktu penggunaan akan jauh lebih murah dibandingkan membangun infrastruktur cloud sendiri.

Microsoft telat merespons fenomena-fenomena tersebut. Dalam hal teknologi mobile phone, tidak perlu dipertanyakan, reaksi Ballmer sudah menunjukkan hal tersebut. Sementara dalam cloud computing, internal Microsoft terbelah karena biaya membangun infrastruktur tersebut sangat besar, dunia tengah menghadapi resesi, dan Microsoft terlalu banyak memiliki produk yang perlu dipelihara. Ini diperparah dengan peristiwa mundurnya Bill Gates dari jajaran direksi Microsoft (Ini sudah direncanakan sejak lama sebenarnya) untuk memfokuskan diri pada Yayasan yang didirikannya, Bill & Melinda Gates Foundation. Di saat yang bersamaan, Kevin Johnson, presiden Windows, mengundurkan diri untuk menjabat sebagai CEO Juniper Network. Ballmer benar-benar pening pada tahun itu.

Di tengah kepelikan yang sedang melanda Microsoft, Ballmer memanggil Nadella ke ruangannya. CEO Microsoft ini kemudian menyampaikan sebuah rencana besar. Microsoft ingin terlibat dalam bisnis iklan online yang saat itu populer (dengan dipelopori oleh Google). Konsep mesin pencari Microsoft yang sudah dirintis oleh Bill Gates dan sebuah tim khusus akan dirilis ulang dengan nama Bing. Sistem bisnis ini tentu saja berbasis infrastruktur Cloud. Namun hal yang lebih penting dari rencana itu, Steve Ballmer menginginkan Nadella untuk mengemban tanggung jawab tersebut!

“Tapi kau harus memikirkannya baik-baik,” ujar Ballmer. “Mungkin jabatan ini menjadi pekerjaanmu yang terakhir di Microsoft. Karena jika gagal, tidak ada parasut yang menyelamatkan. Kau akan terjun bebas bersamanya.” Ballmer tersenyum tipis. Nadella mengungkap bahwa dia hampir tidak bisa membedakan, saat itu Ballmer sedang bercanda atau benar-benar mengancamnya secara halus.

Namun perlu diketahui, bahwa Bing ini adalah salah satu pertaruhan besar Ballmer dan tentu saja Bill Gates. Mereka berdua menginvestasikan dana pribadinya untuk mendukung pengembangan sistem ini. Para pemegang saham sudah berada di zona aman selama satu dekade lebih dan mereka tidak bersedia untuk melakukan sesuatu yang berisiko. Oleh karena itu persetujuan anggaran untuk Bing benar-benar tipis hingga Gates dan Ballmer harus menyumbangkan dana pribadinya, sekaligus sebagai tanda keseriusan mereka terhadap proyek tersebut. Dengan kata lain, Ballmer seolah berkata pada Nadella: Jelas kami akan memecatmu kalau proyek ini gagal.

Nadella merasa gemetar, tapi sekaligus tertantang. Saat itu dia tengah memimpin Microsoft Dynamics, bisnis Customer Relationship Management (CRM) milik Microsoft. Ini merupakan jenis bisnis yang mana Microsoft menyediakan sarana software dan sistem yang memungkinkan perusahaan terhubung dengan sales, marketing, dan prospek mereka, untuk kemudian melakukan layanan integratif yang menunjang pemasaran produk. Ini merupakan jabatan tinggi pertama Nadella, dan dia sebenarnya sudah berkomitmen untuk menjadikan bisnis ini sukses. Namun jabatan yang ditawarkan Ballmer ini jelas jauh lebih menantang. Rasio sukses dan gagalnya 50:50, bahkan mungkin jauh lebih besar potensi kegagalannya mengingat bahwa Google sudah mendominasi bisnis ini selama bertahun-tahun. Lebih buruk lagi, saat itu Nadella sama sekali tidak mengikuti perkembangan pembangunan infrastruktur cloud Microsoft apalagi mesin pencarinya.

Nadella kemudian minta izin kepada Ballmer untuk memikirkan tawaran tersebut. Ballmer mengizinkannya, bahkan memberikan waktu yang cukup untuk mempertimbangkan hal tersebut – tak lupa dia menyanjung dan meyakinkan Nadella bahwa dia dan Bill sangat mempercayai bakat dan kemampuan Nadella untuk menangani ini.

Malamnya, Nadella tidak membuang waktu. Dia langsung mengunjungi tim yang merancang mesin pencari di Building 88 Microsoft. Saat itu pukul 9 malam, namun tempat parkir di gedung tersebut masih penuh. Awalnya Nadella menyangka bahwa dia hanya akan bertemu beberapa orang. Namun ternyata dia salah! Seluruh tim masih lembur dengan penuh semangat. Menyaksikan semangat tim tersebut, sampai-sampai Nadella tidak berani mengajak bicara seorang pun. Dia hanya diam menonton mereka bekerja sambil bertanya-tanya dalam hati: Apa yang mendorong mereka bekerja seperti itu? Pasti ini sesuatu yang penting.

Keesokan harinya, Nadella menemui Ballmer, “Oke, saya mau melakukannya. Apa warna parasut saya?”

Steve tersenyum lebar, “Tidak ada dong.”

Mereka berdua tertawa sambil berjabat tangan.

 

Membangun Cloud

Building 88 Microsoft via Yardi Atrix

Baru seminggu menangani Cloud, Nadella baru menyadari betapa tingginya tingkat kesulitan sistem ini. Ada empat hal mendasar yang perlu dipikirkan dalam membangun Cloud.

Pertama, sistem komputasi terdistribusi merupakan sesuatu yang rentan. Ini merupakan sistem yang digunakan perangkat lunak untuk berkomunikasi dan berkomunikasi pada jaringan komputer. Jika ribuan orang melakukan pencarian bersamaan, tentu saja satu server akan langsung jebol. Namun menggunakan banyak server akan memerlukan pengaturan jalur yang pelik untuk memungkinkan orang-orang yang mengakses sistem tersebut tidak merasakan perbedaan yang berarti. Elastisitas merupakan hal yang sangat penting di sini.

Kedua, desain produk konsumen harus unggul. Teknologi yang melandasinya memang penting, namun jangan sampai konsumen dibebani kerumitan teknologi. Konsumen harus bisa ‘secara bodoh’ mengakses teknologi ini.

Ketiga, cara penjualan harus baik. Microsoft perlu memahami sistem ekonomi yang berlaku dalam bisnis ini, kemudian mengambil posisi unik untuk mendapatkan pelanggan dalam bisnisnya.

Keempat, Microsoft memerlukan machine learning yang hebat. Ini adalah bentuk analisis data yang menjadi dasar AI. Sistem milik Microsoft harus dapat memahami keinginan seseorang yang mencari di Web, kemudian mencocokkannya dengan pengetahuan akurat yang didapat dari penjelajahan web dan memahami informasi.

PR ini semakin sulit karena Microsoft memulai saat banyak perusahaan sudah ‘besar’ di bidang ini. Target mereka adalah Google, yang terbesar di bidang tersebut. Namun sementara itu mereka masih perlu melewati Facebook, Amazon, Yahoo! dan Apple yang sedang merintis hal yang sama. Namun Nadella memiliki gagasan besar untuk mengatasi hal ini: Kerja sama.

Nadella tanpa ragu ataupun gengsi menghubungi perusahaan-perusahaan lain untuk menawarkan kerja sama serta mengaku dengan tulus ingin mempelajari bisnis ini. Nadella mengunjungi perusahaan-perusahaan Silicon Valley lainnya untuk melihat apa yang bisa dibantu oleh Microsoft dalam bisnis ini, serta kemudian mengajukan kerja sama spesifik untuk mendapatkan bantuan mereka.

Tindakan Nadella ini sebenarnya sama sekali bukan ‘gaya Microsoft’. Oleh karena itu banyak yang terkejut dan malah curiga oleh ajakan Nadella tersebut. Ballmer dikenal sebagai pimpinan Microsoft yang berharga diri tinggi. Meminta bantuan dan mengajak kerja sama benar-benar bukan gaya mereka. Namun Nadella berhasil meyakinkan banyak perusahaan untuk terlibat dalam proyek ini.

Bagaimana dengan Ballmer saat mengetahui tindakan Nadella? CEO Microsoft ini sudah memberikan kebebasan luas bagi orang yang dipilihnya ini. Dia tidak ikut campur mengenai keputusan Nadella. Keberhasilan adalah hal yang wajib, dan dia mengizinkan Nadella memakai cara apa saja, meskipun pada akhirnya dia tidak menduga cara yang akan dipakai oleh Nadella tersebut.

Untuk mencapai tujuan, Nadella kemudian memetakan langkah-langkah yang perlu diambil dalam jangka pendek dan jangka panjang. Ada tujuan-tujuan pendek yang perlu diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, juga tujuan jangka panjang yang nantinya tercapai setelah menyelesaikan tujuan jangka pendek ini.

Dr. Qi Liu via Gigaom

Salah satu langkah awal Nadella adalah permintaannya kepada Ballmer untuk membajak Dr. Qi Liu. Dia adalah salah satu eksekutif Yahoo! yang menjadi incaran nyaris seluruh Silicon Valley karena keahliannya. Ballmer memenuhi permintaan Nadella dan menjadikannya kepala layanan online seluruh Microsoft. Uniknya, jabatan ini sebenarnya lebih tinggi dari Nadella. Jadi dapat dikatakan Nadella meminta Ballmer untuk menunjuk seseorang menjadi bossnya. Meskipun agak bingung, namun karena berpegangan pada ‘asal tujuan tercapai’ yang diniatkannya sejak awal, Ballmer mendukung penuh tindakan Nadella. Sebagai sesama orang Asia yang menjunjung tinggi rasa hormat dan tata krama, Dr. Qi, meskipun statusnya di Microsoft lebih tinggi dari Nadella, namun tetap mengingat jasa Nadella. Dia memperlakukan Nadella sebagai seorang teman, bahkan nyaris seperti saudara. Mereka sering berbincang-bincang di Bay Area untuk membahas proyek mereka. Dr. Qi menjadi salah satu sosok kunci dari kelancaran proyek Bing ini.

Relasi Dr. Qi dengan Yahoo! juga dioptimalkan dengan baik. Microsoft berhasil menjalin kerja sama dengan Yahoo! untuk mengintegrasikan Bing sebagai mesin pencarinya. Saat itu, Yahoo! masih salah satu raksasa di Silicon Valley dan mereka berhasil mendapatkan pangsa pasar sekitar 25% jumlah pencarian di AS. Nadella juga berhasil meyakinkan Apple untuk menjadikan Bing sebagai mesin pencari default untuk Safari. Ini merupakan prestasi yang cukup gemilang mengingat Apple adalah trendsetter saat itu.


Nadella terus berjuang untuk menyukseskan proyek Bing dan Cloud Microsoft. Perjuangannya selanjutnya dapat diikuti di Kisah Silicon Valley #88 – Berbagai Tantangan Proyek Cloud.

 

 

 

Referensi

Konrad, Alex. (2018). Exclusive CEO Interview: Satya Nadella Reveals How Microsoft Got Its Groove Back. Forbes.

Nadella, Shaw, and Nichols. (2017). Hit Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and Imagine a Better Future for Everyone. 

Soper, Taylor. (2017). Microsoft CEO Satya Nadella recounts his first time meeting Steve Ballmer in 1992. GeekWire.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation