Dunia heboh ketika Elon Musk menjadikan paten Tesla terkait mobil listriknya sebagai “open-source”, dalam artian semua orang bebas mengakses dan menggunakan paten tersebut sebagai landasan untuk membuat produknya. Pers bertanya-tanya, mengapa dia seakan tidak peduli pada ‘keuntungan kompetitif’-nya dalam persaingan teknologi dengan perusahaan lain. “Memang ini merugikan kami. Tesla hanyalah perusahaan kecil yang maksimal hanya mampu memproduksi 9 juta mobil setahun,” ujar Musk kalem. “Tapi kami ingin agar perusahaan lain dapat mengejar kami secara teknologi. Tujuan utama Tesla adalah mempercepat tersedianya transportasi dengan sumber daya terbarukan yang lebih sehat bagi bumi dibandingkan minyak mentah.”
Mobil dengan Tenaga Baterai Hape?
Sudah menjadi impian masa kecil Elon Musk untuk menjelajah luar angkasa dan menemukan sumber-sumber energi baru. Namun dia tidak menyangka bahwa ini akan terjadi lebih cepat ketika dia bertemu dengan J.B. Straubel. Cicit pendiri Straubel Machine Company ini memiliki minat besar terhadap pengembangan energi baru (seperti halnya Elon Musk). Pertemuan Straubel dengan Elon Musk sedikit unik. Pada saat itu Straubel yang kuliah di Stanford tergila-gila pada sumber daya alternatif. Dia bersama timnya, sekelompok anak geek dari Stanford, melakukan balapan mobil tenaga surya menempuh 2300 mil dari Chicago ke Los Angeles. Straubel (yang merupakan anak orang kaya), bahkan menawarkan tempat tinggal untuk teman-teman yang sevisi dengannya. Jadilah rumah Straubel tempat berkumpul tim penggemar tenaga surya. Mereka kemudian mengembangkan ide untuk menggunakan baterai lithium ion guna menyimpan tenaga dari matahari, untuk kemudian digunakan sebagai sumber tenaga penggerak mobil. Bukan hanya sekedar mempercakapkan teori, Straubel dan kru mobil tenaga suryanya kemudian membangun sebuah mobil listrik dengan tenaga penggerak dari baterai lithium ion. Desain mobil tersebut sangat aerodinamis dan keren. Rencana awalnya, mobil ini hanya digunakan untuk balapan mobil tenaga surya sebagaimana yang biasa mereka lakukan.
Sayangnya, bahan-bahan prototype mobil ini sangat mahal dan bahkan Straubel dengan uang sakunya yang sangat besar pun kesulitan untuk membuat prototype mobil dengan tingkat kerumitan seperti ini. Mahasiswa Stanford yang lain setuju untuk membantu Straubel membuat mobil tersebut jika Straubel bisa mengatasi masalah dana. Straubel pun berupaya menggalang dana dan meminta bantuan banyak investor. Sayangnya, tidak ada yang tertarik pada rencana ‘membuat mobil bertenaga surya tipe baru untuk balapan’. Pada musim gugur tahun 2003, Straubel bertemu Elon Musk.
“Semua orang bilang kalau saya gila, tapi Elon sangat menyukai ide saya,” ujar Straubel. Elon tertarik pada konsep Straubel menggunakan baterai lithium ion untuk menjalankan sebuah mobil, serta bagaimana baterai ini akan menyimpan tenaga surya. Dengan sistem kelistrikan yang telah dirancang Straubel dan timnya, maka mobil ini bisa bersaing dengan kecepatan mobil umum. Elon Musk menjanjikan untuk memberikan dana sejumlah USD 10.000 untuk proyek Straubel. Sebuah jumlah yang masih jauh dari anggaran ideal Straubel, tapi ini adalah jumlah uang terbesar yang diterima Straubel dari seorang investor.
Setelah pertemuan dengan Elon, Straubel menghubungi temannya di perusahaan mobil listrik AC Propulsion, Los Angeles. Straubel kemudian menunjukkan mobil listrik yang diproduksi AC Propulsion, meminta Elon Musk untuk menilainya. Straubel ingin melakukan peningkatan terhadap karya AC Propulsion ini dengan menambahkan baterai lithium ion ke dalam skema pengoperasian mobil tersebut. Produk tersebut bernama tzero (dari t-zero). Ketika pertama kali mencobanya, Elon Musk langsung merasa jatuh cinta. Selama ini Musk memang menyukai mobil-mobil mewah, dan dia merasa bahwa karya AC Propulsion ini memiliki kenyamanan yang serupa meskipun sumber tenaga penggerak utamanya adalah listrik! Tzero bisa mengebut seperti layaknya mobil biasa, dengan desain yang sangat cantik, sehingga Musk merasa produk ini sangat inspiratif. Selama berbulan-bulan kemudian Musk menawarkan untuk mendanai upaya untuk mengubah mobil percobaan tersebut menjadi kendaraan yang lebih komersial, akan tetapi nampaknya AC Propulsion menganggap hal tersebut buruk untuk bisnis sehingga tidak berani mengerjakannya.
Di lain pihak, Straubel sangat tertarik untuk menyempurnakan mobil listrik buatan AC Propulsion tersebut dengan konsep baterai lithium ion buatannya. “Saya heran, orang-orang di AC Propulsion mati-matian ingin menjual ide mobil yang mereka beri nama eBox yang kelihatan buruk, padahal Musk dan saya menyukai tzero dan serius ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa dijual.” Ujar Straubel. Elon Musk yang sepakat dengan Straubel atas tzero kemudian mendanai anak muda itu, bahkan untuk melakukan hal yang lebih jauh dibandingkan sekedar ‘proyek ilmiah’ belaka.
Tesla Motor dengan Karyawan ‘Seadanya’
Di saat yang bersamaan, dua orang pebisnis, Martin Eberhard dan Marc Tarpenning dari California Utara, nampak tertarik juga oleh konsep Straubel yang ingin menjalankan mobil listrik dengan baterai lithium ion. Mereka adalah pendiri NuvoMedia di tahun 1997 yang produknya merupakan salah satu reader buku digital pertama sebelum Kindle dan iPad populer. Pada tanggal 1 Juli 2003, Eberhard dan Tarpenning mendirikan perusahaan baru yang mereka namakan Tesla Motor (Mereka berdua menggemari Nikola Tesla dan merasa bahwa nama itu keren). Mendengar bahwa Straubel ingin mewujudkan sebuah konsep mobil listrik yang keren dengan dukungan baterai lithium ion, apalagi Straubel didukung oleh Elon Musk, Eberhard dan Tarpenning langsung menemui Straubel untuk menyatakan ketertarikannya pada konsep Straubel. Mereka menjanjikan dukungan penuh kepada Straubel untuk menuangkan konsepnya melalui perusahaan mobil listrik mereka. Ketertarikan Elon Musk pada konsep mobil listrik ini menjadikan Eberhard dan Tarpenning menginginkan Musk untuk menjadi investor mereka juga. Tentu saja dengan langkah ini, dua tiga pulau terlampaui. Jika berhasil menarik minat Straubel untuk mewujudkan konsepnya melalui Tesla Motor, ada harapan untuk mendapatkan dukungan Elon Musk sebagai investor juga.
Sebenarnya Tesla Motor sendiri juga merupakan perusahaan yang baru merangkak. Jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan mobil di Detroit (yang merupakan pusat industri mobil Amerika), cara kerja Tesla pasti akan membuat insinyur-insinyur di Detroit pingsan kejang-kejang. Meskipun demikian, Eberhard dan Tarpenning, yakin bahwa mereka punya potensi. Visi mereka serupa dengan Straubel untuk memproduksi mobil listrik yang keren.
Saat berbicara dengan Musk, baru kelihatan visi mereka sedikit jomplang dibandingkan dengan pemilik SpaceX itu. Elon Musk membahas mengenai kemungkinan menemukan alternatif bahan bakar sehingga mengurangi tingkat ketergantungan energi AS, sementara Eberhard dan Tarpenning hanya ingin memproduksi mobil keren. ”Musk adalah pribadi yang mengerikan. Dia bahkan ingin mengubah keseimbangan penggunaan energi di seluruh negara!” ujar Eberhard. Tidak bertele-tele, Elon Musk langsung menggelontorkan dana sebesar USD 6,5 juta. Di skala Silicon Valley, itu hanya ‘uang receh’. Namun ini sudah cukup untuk menjadikan Musk menguasai lebih dari 50% saham Tesla, sehingga dialah yang kemudian menjadi pemegang saham terbesar Tesla!
Seperti halnya yang dilakukan pada SpaceX sebelumnya, saat menguasai sebagian besar saham Tesla Motor, prioritas Musk adalah menjadikan kantor dan bengkel Tesla representatif serta mampu mengakomodasi visi besar Tesla Motor. Elon Musk merombak kantor dan memesan perangkat komputer baru dari Dell (dengan diskon khusus karena Michael Dell berteman baik dengan Elon Musk).
Ide dasar prototype mobil listrik mereka cukup sederhana. Tesla akan membeli tzero, kemudian berupaya memindahkan mesin dan sistemnya ke bodi Lotus Elite. Sementara itu Straubel akan berupaya untuk mewujudkan mimpinya untuk membuat mobil bertenaga baterai lithium ion. Engineer di Tesla Motor mendukung sepenuhnya ide ini dengan berupaya memasang komponen yang diperlukan serta menata konfigurasi yang tepat untuk proyek ini. Memasangkan sebuah baterai untuk menjalankan mobil, tentu saja akan menjadikan baterai ini menjadi cepat panas. Para insinyur mobil ini harus memikirkan cara untuk mengatasi hal ini, selain itu juga menyesuaikan mesin dengan bodi Lotus ini juga cukup menyulitkan. Selain itu pak baterai yang sudah dirancang juga perlu disesuaikan agar dapat dimanfaatkan di mobil ini dengan baik. Semua kesulitan ini diatasi satu per satu dengan sabar baik oleh Straubel maupun tim Tesla. Elon Musk yang mempelajari sistem mobil listrik setelah memiliki perusahaan ini juga aktif mengungkapkan ide-idenya.
Pada Juli 2006, Tesla mengumumkan kepada dunia mengenai apa yang dikerjakannya, sekaligus memamerkan prototype produknya – EP2, yang berwarna merah dan hitam. Pameran prototype produk ini dihadiri oleh Gubernur California Arnold Schwarzenegger dan mantan CEO Disney, Michael Eisner. Selebriti dan petinggi-petinggi perusahaan ini bergantian mencoba roadster produk Tesla dan menunjukkan ketertarikannya meskipun jelas mobil ini masih memiliki masalah dengan overheating.
Pengembangan ide Elon Musk seolah tidak pernah berhenti. Untuk mengatasi masalah pengisian baterai Tesla, dia membangun stasiun charger khusus, dan untuk bisa menyuplai baterai bagi Tesla, Elon kemudian membangun pabrik baterai khusus yang nantinya juga akan populer di seluruh dunia. Ikuti perjuangannya dalam Kisah Silicon Valley #96 – Perjuangan ‘Menjual’ Tesla.
Referensi
Loudenback, Tanza. (2018). Elon Musk is worth about $23 billion and has never taken a paycheck from Tesla heres how the notorious workaholic and father of 5 makes and spends his fortune. Business Insider.
Vance, Ashlee. (2017). Elon Musk, Tesla, SpaceX and the Quest for a Fantastic Future
Weinberger, Matt. (2017). The incredible story of Elon Musk, from getting bullied in school to the most interesting man in tech. Business Insider