Elon Musk sering dijuluki sebagai real-life Tony Stark – mengacu pada peran yang dimainkan Robert Downey Jr di Iron Man. Tapi tahukah kamu, saat bersiap memfilmkan Iron Man, sutradara Jon Favreau meminta Robert Downey Jr untuk menjadikan Howard Hughes (miliuner eksentrik yang kaya dari usaha penerbangan) sebagai model Tony Stark. Karena merasa mempelajari biografi Howard Hughes saja tidak cukup, Downey Jr mengunjungi seorang pengusaha nyentrik yang juga memiliki usaha bidang penerbangan (Penerbangan antariksa malahan): Tak lain dan tak bukan adalah Elon Musk! Downey Jr disambut di kantor SpaceX dan terkagum-kagum oleh lingkungan sekitarnya yang futuristik dan dibangun dengan visi menyambut masa depan. Dia lebih kagum lagi pada Musk, orang di balik SpaceX yang dengan ramah mengantarkannya berkeliling dan bersedia menjelaskan kepadanya segala sesuatunya. Downey Jr kemudian mempelajari dengan cermat cara Elon Musk bersikap, menjelaskan sesuatu, caranya berpikir untuk mengatasi masalah, dan caranya memandang dunia. Yup. Elon Musk memang inspirasi untuk interpretasi Robert Downey Jr terhadap peran Tony Stark!
Mencengkeram Erat Tesla Motors
Sejak awal perjalanan Tesla memang tidak terlihat mulus. Menciptakan sebuah produk yang belum jelas pasarnya, bahkan belum jelas keberlangsungannya karena tidak adanya teknologi yang mendukung, memang jelas sebuah tantangan besar. Ini diperkeruh dengan kurang akrabnya hubungan Elon Musk dan Martin Eberhard. Mereka berdua telah ‘bertempur’ selama bertahun-tahun memperdebatkan banyak aspek desain mobil dan tiada satu pun di antara mereka berdua yang bersedia mengalah. Untung saja mereka masih memiliki visi dan pandangan yang sama dalam hal baterai dan teknologi yang mendukung Tesla. Oleh karena itu, Dewan Direksi di Tesla ikut pusing karena perdebatan antara mereka berdua sebenarnya hal yang bisa dipecahkan jika ada salah satu yang mau mengalah. Perdebatan mereka sebagian besar hanyalah terkait selera desain. Namun Elon Musk sudah terlanjur punya nama besar dan menjual. Investor tertarik mendanai proyek ini bukan karena ada Martin Eberhard, tapi karena Elon Musk. Oleh karena itu, pada Agustus 2007, Dewan Direksi Tesla memberikan demosi atau ‘penurunan pangkat’ pada Eberhard dan memberinya jabatan President of Technology. Bisa ditebak, Elon Musk naik menjadi CEO dan berhak memveto berbagai keputusan terkait desain.
Masalah selesai? Ternyata tidak. Eberhard tentu saja punya banyak pengikut setia di perusahaan. Para karyawan seakan terperangkap dalam situasi perceraian. Harus ikut orangtua yang mana: Musk atau Eberhard. Akhirnya dalam situasi yang terus memanas, Eberhard angkat kaki dari Tesla di bulan Desember 2007. Tesla mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Eberhard sudah ditawari posisi di Dewan Direksi, namun ini ditolak oleh Eberhard. “Saya tidak lagi bersama Tesla Motors, baik dalam dewan direksi, ataupun sebagai karyawan dalam jabatan apa pun.” Ungkap Eberhard dalam sebuah wawancara. “Saya tidak senang dengan cara mereka memperlakukan Tesla Motors”.
Perginya Eberhard dari Tesla Motors tentu saja menjadikan Musk memiliki kuasa mutlak. Dia kemudian secara agresif mengganti jajaran manajemen dengan orang-orang yang ‘direstui’-nya. Memberikan kekuasaan absolut kepada Elon Musk memiliki sedikit sisi buruk. Lambat laun, karyawan Tesla menyaksikan apa yang jadi pemandangan harian karyawan SpaceX. Musk memang sudah terkenal gila kontrol. Namun jika Steve Jobs (yang juga tenar karena gila kontrol terhadap produk dan cara menjalankan perusahaan) memilih menekan, mengintimidasi, dan membujuk orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai keinginannya, maka Elon Musk berada di level yang lain: Dia melakukannya sendiri. Suatu hari panel bodi carbon-fiber terkelupas, menunjukkan bahwa ini merupakan produk cacat. Musk langsung terbang ke Inggris dengan pesawat pribadinya untuk mengambil panel bodi baru, dan membawanya langsung ke pabrik di Prancis untuk memastikan alur produksi sesuai jadwal.
Ryan Popple, Senior Director of Finance di Tesla Motors memiliki cerita tersendiri soal ini. “Ketika mengejar deadline untuk produksi Tesla, saat salah seorang anggota Direksi mengatakan bahwa kemungkinan akan ada keterlambatan jadwal, Elon tidak bisa menerima itu. Dia langsung berpidato di depan karyawan manajemen yang hadir, mengatakan bahwa kita semua akan bekerja di hari Sabtu dan Minggu, serta tidur di bawah meja kerja masing-masing untuk memastikan produksi sesuai jadwal. Seseorang mengajukan keberatan dan mengatakan bahwa mereka sudah bekerja keras untuk Tesla Motors, dan perlu waktu untuk beristirahat dan menengok keluarga. Apa jawaban Elon? Dia bilang: Saya akan mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka perlu menghabiskan banyak waktu bersama keluarganya… kalau kita bangkrut! Saya sangat terkejut mendengar itu. ‘Wow’ saya membatin. Tapi saya paham. Kebetulan saya dibesarkan dalam lingkungan keluarga militer, dan bisa memahami orang-orang yang harus mewujudkan tujuan mereka tanpa ingin gagal dan tanpa mencari alasan.”
Popple juga menceritakan bahwa Elon memang memiliki tujuan yang besar dan kelihatan mustahil. Tapi memang merupakan fakta bahwa pikirannya terus bekerja untuk memecahkan masalah dan berusaha mencapai tujuan itu. “Dia memang mengontrol semua hal,” ujar Popple. “Tapi saya sangat mengagumi cara kerja pikirannya yang nyaris seperti komputer. Bagian accounting terutama sering mendapat masalah saat mengajukan anggaran dan laporan. Hanya dengan melihat slide proyektor yang diperagakan, Elon langsung tahu jika ada kesalahan perhitungan yang kecil. Dia akan marah dan langsung meminta perbaikan. Satu hal yang harus Anda ketahui: Elon tidak melewatkan detail apa pun dalam proyek yang dikerjakannya.”
Bagian marketing dan Public Relations juga sering ‘mendapatkan perhatian’ dari Elon. Bukan rahasia bahwa Elon Musk aktif di media sosial (dengan segala kesibukannya, ini merupakan sesuatu yang luar biasa). Lebih dari itu, dia punya hobi melakukan pencarian di Google hampir setiap hari, untuk menemukan berita negatif tentang Tesla. Jika dia menemukannya, maka dia akan langsung berusaha memperbaiki dengan menegur departemen bersangkutan. Jika perlu, dia akan menelepon wartawan yang menulis artikel untuk memberikan penjelasan. Tentu saja ini nantinya bakal jadi artikel baru yang lebih positif. Departemen Marketing juga perlu hati-hati saat merilis dokumen. Setiap email yang dikeluarkan perusahaan harus di-cc ke Elon Musk. Dia akan marah besar jika menemukan kesalahan gramatikal dalam penulisan email tersebut, lebih parah lagi, jika isi email berlawanan dengan keinginannya. Oleh karena itu, Departemen Marketing punya tim sendiri yang bertugas memeriksa dengan serius setiap kata yang dituliskan dalam surat atau kepentingan promosi Tesla.
Hal positifnya, etos kerja Elon yang luar biasa untuk Tesla Motors menular kepada karyawan, sehingga sebagian besar di antara mereka mendukungnya dan memberikan upaya terbaik mereka dalam bidang yang dikerjakannya. Mereka punya keyakinan yang sama dengan Elon bahwa saat ini mereka sedang mencoba mengubah dunia. Mereka adalah para pahlawannya!
Perjuangan Menjual Tesla
Di pertengahan 2012, Tesla Motors membuat para penikmat otomotif takjub. Tesla mulai menjual sedan model S. Ini merupakan sebuah kendaraan mewah bertenaga listrik, dengan satu kali charging bisa melaju hingga 300 mil. Kecepatan? Mobil ini bisa mencapai 60 mil per jam hanya dalam 4,2 detik. Sangat jauh dari kesan mobil listrik yang biasanya pelan. Sedan ini bisa mengangkut tujuh orang dan bahkan memiliki pengaman khusus untuk penumpang anak-anak. Hebatnya, dengan sedikit tweaking pada mesin, Model S bisa berjalan nyaris tanpa suara! Teknologi yang ditanamkan padanya juga luar biasa. Model S memiliki layar bawaan yang memungkinkan penumpang memantau jalan melalui Google Maps (bisa juga diganti dengan layanan GPS spesifik jika menginginkan). Jika kebanyakan mobil memiliki dasbor tebal yang sekaligus melindungi penumpang, Model S memiliki kabin yang terasa luas dan lapang. Satu lagi yang menjadikan penawarannya luar biasa: Pembeli Model S bisa melakukan charging gratis di Stasiun khusus Tesla di seluruh AS! Internet bergemuruh oleh pujian terhadap Tesla. Orang-orang yang skeptis mengenai bagaimana sebuah mobil listrik bisa dijual, terpaksa menjilat ludahnya masing-masing.
Pengalaman lain yang menyenangkan terkait Tesla Model S adalah bagaimana kendaraan ini ditawarkan dan dijual. Orang-orang tidak akan berhadapan dengan salesman yang cenderung manipulatif dan mendorong untuk membeli. Tidak demikian. Semua orang bebas untuk melihat langsung dan mencoba Tesla Model S di dealer khusus yang menjualnya, atau mencari informasi tentangnya melalui website. Dealer yang menjual Model S ini juga sangat spesial. Elon Musk menempatkannya di banyak mall besar, sehingga banyak pengunjung mall yang bisa mengagumi Tesla Model S, bahkan mempelajari spesifikasi serta struktur mesinnya melalui sebuah maket yang disertakan dalam dealer tersebut. Ada masalah saat pemakaian? Para teknisi Tesla siap untuk membantu atau setidaknya menanggapi keluhan melalui telepon. Bagaimana dengan sistem komputer yang membantu mengoperasikan Model S? Ketika para pemiliknya tidur, update akan dikirimkan ke komputer Tesla Model S melalui jaringan internet, mirip dengan sistem perangkat seluler yang kita miliki.
Semua itu kelihatan terlalu indah untuk jadi nyata, tapi bagian terbaiknya: ini nyata! Saat penjualan Model S, Tesla hanya menerima keluhan remeh temeh terkait Model S, seperti handel pintu yang tidak kembali ke posisi semestinya saat membuka pintu, wiper yang menyala sendiri, dan beberapa hal yang umum, namun tidak sampai menjadi pertanda buruk sebuah produk. Tesla Motors sukses besar!
Oke, sukses di sini mungkin dalam sisi mengantarkan produk ke tangan pembeli dengan kondisi prima. Namun penjualan memang merupakan hal lain. Bisa dimaklumi jika angka penjualan mobil listrik ini mungkin tidak masuk dalam kategori ‘laris manis’. Ini masih sebuah teknologi baru yang menjadikan banyak orang ragu untuk mencoba. Pada November 2012, Model S diberi gelar oleh majalah Motor Trend sebagai Car of The Year, mengalahkan sebelas kendaraan lain dari perusahaan seperti Porsche, BMW, Lexus, dan Subaru. Model S juga menerima review positif dalam jumlah besar dari para pembelinya. Elon Musk untuk sejenak bisa beristirahat setelah sukses mencapai apa yang diidam-idamkannya dari Tesla Motors. Sebuah produk mobil listrik yang bisa dijual secara komersial!
Kisah Silicon Valley mendatang adalah bagian akhir dari arc Elon Musk, membahas pencapaian-pencapaian perusahaan-perusahaan yang didirikannya, serta target Elon Musk selanjutnya yang seakan tak kenal lelah ingin dicapai!
Referensi
Loudenback, Tanza. (2018). Elon Musk is worth about $23 billion and has never taken a paycheck from Tesla heres how the notorious workaholic and father of 5 makes and spends his fortune. Business Insider.
Vance, Ashlee. (2017). Elon Musk, Tesla, SpaceX and the Quest for a Fantastic Future
Weinberger, Matt. (2017). The incredible story of Elon Musk, from getting bullied in school to the most interesting man in tech. Business Insider