Kisah Silicon Valley 122 – Slack, Aplikasi Chat Bisnis ‘Biasa’ yang Jadi Luar Biasa

Stewart Butterfield via Financial Times

“Apa ambisi Anda?” ujar wartawan dari Wired saat mewawancarai Stewart Butterfield. “Jadi Microsoft kedua,” ujar Butterfield cepat, dengan wajah yang nyaris datar. Tidak bisa membedakan bahwa Stewart serius atau bercanda, ruangan wawancara tersebut menjadi sunyi. Semua orang di ruangan tersebut pelan-pelan meneguk minuman yang disediakan. Betapa pun hebatnya Stewart Butterfield dan timnya dalam menulis kode, namun ucapan tersebut terkesan berlebihan. Kelak, dunia baru sadar, bahwa yang diucapkan Stewart tersebut sungguh-sungguh. Layanan chat organisasi yang menjadi andalannya kemudian, Slack, tidak rubuh dihantam Microsoft dengan Teams, ataupun Google dengan Hangoutnya, bahkan semakin membesar dan mengumpulkan lebih banyak uang!

Glitch – Perusahaan Game Baru Stewart Butterfield

via New York Times

Sebagai salah satu bagian kompensasi penjualan Flickr ke Yahoo, Stewart Butterfield dan istrinya, Caterina Fake, mendapatkan ‘jatah’ jabatan eksekutif di Yahoo. Namun sebenarnya dia tidak betah di sana. Setelah Caterina berhasil mengundurkan diri dari posisinya di Yahoo, Stewart mengajukan hal yang sama, akan tetapi para petinggi Yahoo memohon agar dia bersedia tinggal lebih lama untuk menghindari kesan eksodus karyawan top besar-besaran. Apalagi pada saat itu Yahoo sedang dalam tren menurun. Mereka gagal total bersaing dengan Google dan satu-satunya layanan unggulan yang tersisa, Email, sedang mendapatkan hantaman bertubi-tubi dari layanan jasa lainnya. “Saya diberi tahu bahwa akan kelihatan buruk bagi Yahoo jika saya pergi,” ujarnya.

Dalam posisi ini, bahkan Butterfield tidak perlu masuk kantor. Selama dia tetap tercatat sebagai eksekutif Yahoo, kontribusinya tidak dipermasalahkan oleh orang-orang di sana. Meskipun begitu, Stewart bukan tipe orang yang senang makan gaji buta. Dia menulis sebuah email kepada Brad Garlinghouse yang menyatakan bahwa dia tidak ingin menerima ‘jam tangan emas’ atau segala kemewahan dari Yahoo tanpa bekerja, namun dia juga tidak menemukan passion di Yahoo, jadi dia memohon dengan amat sangat agar diizinkan mengundurkan diri. Email ini nyatanya di-forward oleh para petinggi Yahoo sehingga tersebar luas dan populer di kalangan karyawan yang lain. Perusahaan pun mengabulkan permintaan ini.

Langkah Yahoo menahan Butterfield sebenarnya sebuah tindakan yang rasional. Begitu lepas dari Yahoo, tidak sulit bagi Stewart Butterfield dalam menggalang dana untuk startup baru yang ingin didirikannya. Kali ini Butterfield kembali ke ‘akar’-nya. Dia tertarik untuk kembali membuat sebuah perusahaan game. Perusahaan ini dinamakannya Glitch, dan dengan cepat berhasil mendapatkan dana hingga USD 17,5 juta. Game yang diproduksi Glitch juga dengan cepat mendapatkan penggemar, bahkan mengumpulkan hingga 100.000 pemain dalam waktu singkat. Jika dulu Butterfield kesulitan mendapatkan investor saat merancang Flickr, maka kini dia bahkan harus menolak tawaran-tawaran investor yang tidak dia sukai.

Nampaknya Glitch tidak begitu memuaskan bagi Butterfield. Dia kemudian memutuskan untuk menutup perusahaan. Dengan banyak sisa keuntungan yang diperoleh Glitch, Butterfield memberikan kompensasi besar kepada para karyawannya, yang cukup untuk menjadikan mereka semua jutawan baru.

Chat Organisasi Terbaik

via theglobeandmail

Glitch memberikan sebuah warisan yang berharga bagi Butterfield, sebuah aplikasi chat internal yang biasa digunakannya dengan para karyawan Glitch untuk berbagi informasi, memberi komando, serta memeriksa perkembangan setiap lini. Setelah beristirahat beberapa pekan (setelah pembubaran Glitch), Butterfield mengerahkan segala daya upayanya untuk mengembangkan aplikasi ini menjadi sebuah aplikasi chat organisasi yang lebih universal. Dia memberi nama aplikasi baru ini: Slack!

Belajar dari pengalaman sebelumnya, Butterfield memiliki tujuan tunggal: Slack tidak akan menggalang dana kecuali valuasinya sudah mencapai hitungan miliar dolar! Butterfield menyadari bahwa valuasi ini memang bergantung pada sentimen pasar. Namun dia percaya bahwa apa yang ditawarkannya ini akan sangat menarik minat kalangan bisnis dan organisasi kecil, sehingga memungkinkan untuk memperoleh valuasi yang sangat tinggi. ‘Permainan’ ini hanya mungkin dilakukan jika Slack memiliki dana yang cukup untuk mempertahankan layanan, seperti biaya server dan pegawai, namun Butterfield sudah lebih dari siap untuk melakukan itu!

Nyatanya memang Slack tumbuh besar. Di enam bulan pertama saja, pertumbuhan pengguna Slack sangat menakjubkan.

Ketika menjadi ‘bintang’ di antara startup lainnya, tentu saja para raksasa Silicon Valley tidak tinggal diam. Facebook, Microsoft, dan Google, tercatat pernah mengajukan tawaran kepada Butterfield untuk mengakuisisi Slack. Namun Butterfield serta merta menolaknya. Bahkan tekanan dari para raksasa teknologi yang membuat layanan serupa juga sama sekali tidak menjadikan kekuatan Slack surut!

“Kami memiliki posisi uang tunai yang kuat,” ujar Stewart Butterfield saat ditanya mengenai rahasia kemenangan demi kemenangan yang dibukukan Slack melawan layanan chat organisasional serupa seperti dari Microsoft (Microsoft Teams) atau dari Google (Hangout). “Saat kami melihat peluang, maka pertumbuhan adalah prioritas utama kami. Memang tidak semua biaya saya gunakan untuk pertumbuhan, tapi saya menempatkan sejumlah besar uang yang masuk akal untuk itu.” Saat wawancara tersebut berlangsung, Slack tercatat sudah memiliki 100.000 pengguna berbayar. Ini sudah lebih dari cukup bagi Slack untuk membiayai seluruh aktivitasnya, sekaligus memberikan profit yang lumayan.

Pertumbuhan Slack ini benar-benar mengesankan. Firma permodalan terbesar Silicon Valley seperti Andreessen Horowitz dan Kleiner Perkins Caulfield & Byers mengumumkan bahwa Slack merupakan perusahaan teknologi pertama yang tercepat mencapai valuasi USD 1 miliar – ini ditempuh hanya dalam waktu 8 bulan setelah peluncuran! Mereka pun menyatakan minatnya untuk mendukung pembiayaan Slack.

Pada akhir musim panas 2018, Slack memiliki 8 juta pengguna aktif dengan valuasi mencapai USD 7,1 miliar! Sebuah nilai yang bukan main besarnya, bahkan untuk perusahaan lama di Silicon Valley sekali pun!

Ketika ditanya rahasia apa yang menjadikan idenya sukses, Butterfield menjawab, “Sangat sulit untuk merancang sesuatu untuk seseorang jika Anda tidak memiliki empati, jadi Anda harus bisa merasakan kesusahan orang lain dan memiliki tujuan untuk memecahkan masalahnya.”

via Business Insider

Pada bulan April 2019, Slack memutuskan untuk go public. Pada pengisian data IPO, Slack tercatat membukmukan pendapatan USD 134,8 juta di kuartal tersebut dengan kerugian USD 31,8 juta. Nilai keuntungannya mengalami peningkatan 67% dari periode yang sama di tahun 2018! Yang menakjubkan, peningkatan 67% ini diraih bahkan setelah adanya tekanan besar dari Microsoft yang merilis Microsoft Teams!


Ketika ditanya, penyesalan apa yang dirasakannya selama mengembangkan aneka Startup tersebut, Stewart Butterfield mengaku bahwa dia merasa menjual Flickr terlalu dini. “Kalau saja kami menunggu enam bulan kemudian, kami akan menghasilkan lebih banyak uang. Kalau kami bisa menunggu setahun, maka kemungkinan kami mendapatkan 10 kali jumlah uang saat itu.” ujarnya. “Godaan uang pada saat itu memang susah ditahan. Apalagi waktu itu kami menjualnya dengan nilai menembus miliaran dolar.” Namun Stewart tidak bisa disalahkan karena pada saat itu semua penasehat keuangan yang ditemuinya menyarankan untuk menerima tawaran Yahoo yang menggiurkan tersebut, dan hasilnya memang tidak buruk, hanya saja mungkin bisa lebih baik. Saat ini Flickr sendiri agak surut seiring surutnya Yahoo. Sementara Slack, belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalami penurunan.

Referensi

Haishan, Qian. (2018). Tech Golden Boy: Stewart ButterfieldTheStartup.

Honan, Mai. (2017). The Most Fascinating Profile you’ll Ever Read About A Guy and His Boring Startup. Wired.

Hernbroth & Aydin (2019). The Amazing life of Steward Butterfield, the CEO leading Slack to a potential $15,7 billion valuation when it goes public today. Business Insider.

Palmer, Annie. (2019). Slack CEO says the company will use its $800 million cash pile to focus on growth. CNBC.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation