Kisah Silicon Valley #128 – Menyelamatkan Apple

Steve Jobs dan tim via Business Insider

“Apa yang menjadi inspirasi Anda saat mendesain Mac NC?” Tanya seorang wartawan. Jony Ive tersenyum. “Saya teringat pada saat bertukar ide tentang desain dengan ayah saya waktu saya masih remaja. Sebagai seorang desainer industrial, kami sangat suka mendesain benda-benda,” ujar Jony. “Kami mendesain dari persepsi pengguna tentang objek tersebut, juga makna kehadiran fisiknya, fungsi, dan kemungkinan-kemungkinan yang ditawarkan produk ini.”

Jony kemudian menambahkan, “lebih penting lagi, benda ini juga harus memancarkan emosi positif”

Fokus pada Satu Produk

Ketika Steve Jobs kembali, dia tidak hanya menghadirkan fokus bagi seluruh perusahaan, tetapi juga untuk kelompok desain Jony Ive. Pada saat itu, secara resmi memang Jony bertanggung jawab atas skuad desain, tapi tim benar-benar tidak menyatu pada waktu itu. Di usianya yang masih dua puluh sembilan tahun, Jony kesulitan untuk menerapkan disiplin atau kepemimpinan yang seharusnya untuk perusahaan dengan skala seperti Apple. Departemen desain penuh oleh desainer yang berbakat, tapi kurang niat. Mereka mengerjakan pekerjaan masing-masing dengan sedikit, bahkan tanpa koordinasi.

“Setiap desainer punya agendanya masing-masing, dalam impuls desainnya, dan tidak ada kontrol terhadap aktivitas mereka,” ungkap Desainer Doug Satzger yang merupakan anggota tim desain Apple pada saat Jony mengambil alih kepemimpinan. “Satu orang desainer mungkin punya agenda sendiri mengenai bagaimana seharusnya bentuk laptop; lainnya punya agenda sendiri mengenai bagaimana bentuk printer. Tidak ada konsistensi mengenai bagaimana seharusnya bentuk Power Mac seharusnya. Kelompok desain tidak diatur untuk berkolaborasi sebagai sebuah tim pada saat itu.”

Satzger kemudian mengenang pada saat Jobs kembali masuk ke Apple, semuanya berubah seperti kena terjang tsunami. Jobs langsung menutup proyek-proyek yang tidak menjanjikan. Saat pertemuan dengan para desainer, Jobs mengatakan bahwa Apple akan meletakkan seluruh energinya hanya pada empat produk. Yang pertama dan yang paling penting adalah desktop untuk konsumen. “Saya ingat Steve mengatakan, ‘Putriku akan masuk kuliah, dan aku lihat semua komputer yang ada di sana sampah. Ini adalah peluang nyata. Target kita sekarang adalah komputer Internet’. Ini adalah cikal bakal iMac. Inilah fokus barunya.” Ungkap Satzger.

Jobs ingin sebuah komputer yang tidak mahal, sesuatu yang akan menarik perhatian konsumen umum agar bersedia mencoba internet yang kini menjadi populer berkat browser Navigation dari Netscape. Tentu saja komputer tersebut harus juga mendukung modem dari penyedia layanan internet seperti AOM. Bukan hanya itu, Jobs ingin agar ini cepat dikerjakan. Dia memotong seluruh anggaran perusahaan untuk memberikan napas kepada keuangan, tapi dia ingin agar produk baru ini dengan cepat masuk ke pasar. Steve Jobs mempertaruhkan perusahaan dalam satu produk ini.

Pada saat itu, komputer paling murah Apple berharga USD 2000. Lebih mahal USD 800 dibandingkan rata-rata PC Windows. Agar bisa bersaing secara radikal melawan penawaran Microsoft yang lebih murah, Jobs mendorong terciptanya mesin yang diberinya nama “network computer” (populer dengan nama NC). NC akan dijual sangat murah, merupakan terminal sederhana yang terhubung ke server pusat melalui internet. Komputer ini tidak memiliki hard drive ataupun disk drive, hanya monitor dan keyboard. Ini sempurna untuk komputer sekolah dan tempat kerja, ideal untuk mengakses internet bagi konsumen. Konsep ini sebetulnya bukan hal baru. Larry Ellison, pendiri dan CEO Oracle, adalah orang yang mencetuskan hal ini. “Kita akan mengalahkan Ellison dalam permainannya sendiri,” ujar Jobs kepada dewan direksi Apple saat berupaya meyakinkan mereka bahwa Apple akan sukses dalam produk ini.

Dalam konsep Jobs, Mac NC harus merupakan sebuah produk all-in-one, siap digunakan saat keluar dari kotak, memiliki desain berbeda yang bisa menampilkan citra merek perusahaan. Lebih penting lagi, harganya harus maksimal USD 1200 agar dapat bersaing dengan Windows. Pada September 1997, Jon Rubinstein memerintahkan Jony Ive untuk mencatat spek Mac NC dari Steve Jobs dan membuat desain yang potensial untuk ini.

Perjuangan Jony Menciptakan Mac NC

Jony mengumpulkan seluruh tim di studio desain untuk mengerjakan proyek super penting ini. Mereka mulai dengan mendiskusikan kemungkinan sasaran Mac NC. “Kita tidak memulai dengan apa yang diinginkan orang-orang engineering Apple,” ujar Jony. “Kita memulai dengan orang yang akan menggunakannya.”

Jony kemudian menekankan dua pertanyaan penting terkait desain Mac NC ini. “Bagaimana perasaan orang-orang terhadap Mac ini?” dan “Bagian pikiran mana yang ingin dijangkaunya?” Menjawab pertanyaan ini akan sangat berarti dalam membentuk citra produk yang diinginkan. Jony kemudian juga membagikan wawasannya tentang produk baru yang ada dalam imajinasinya kepada rekan-rekan desainnya, “Industri memiliki obsesi terhadap sesuatu yang absolut, ada kemungkinan mengabaikan atribut-atribut produk yang sulit untuk diukur atau dibicarakan. Dalam hal ini, industri kehilangan sesuatu yang lebih bersifat emosional, atribut yang mungkin tidak begitu nyata. Tapi bagi saya, inilah alasan saya bekerja untuk Apple. Ini karena saya selalu merasa bahwa Apple memiliki hasrat untuk melakukan lebih dari batas minimal umum. Produk ini tidak hanya diperlukan secara fungsional dan empiris. Saya ingin agar produk ini memiliki perhatian lebih terhadap hardware dan software, yang mungkin tidak akan pernah ditemukan oleh orang lain.”

Dengan wawasan tersebut, serta saling berdiskusi satu sama lain, tim desain mulai mereka produk yang diharapkan Steve Jobs. Satzger mengingat bahwa meja penuh oleh kertas, pensil warna, dan pena. Tim menggambarkan ide yang mereka miliki, kemudian berupaya menyatukannya. Mencoba membayangkan mesin yang memancarkan emosi positif. Chris Stranger, anggota tim desain, membuat sketsa cantik dispenser permen warna-warni. Satzger sendiri menggambar ide iMac yang berbentuk seperti telur berdasarkan televisi keren di zaman tersebut yang dirancang oleh Thomson Consumer Electronics. Ide bentuk telur ini ternyata menarik bagi Jony dan anggota tim lainnya. Dengan segera mereka memutuskan untuk mengejar bentuk telur ini sebagai arah desain utama. iMac ini harus diluncurkan kurang dari setahun atau Apple akan keluar dari bisnis ini selamanya.

Untuk mempercepat proses desain, Jony mengusulkan proses desain terintegrasi yang radikal. Cara ini kemudian mengubah cara Apple mengerjakan produk-produknya. Alur kerja kelompok desain hingga sekarang pada dasarnya tidak mengalami perubahan setelah cara yang diperkenalkan oleh Jony tersebut.

Pembuatan model juga mengalami revolusi baru. Jony menugaskan Alias Wavefront, sebuah paket grafik 3D yang pada saat itu biasa membuat proyek untuk pesawat ruang angkasa, otomotif, dan animasi komputer lain. Pixar, perusahaan yang juga dimiliki oleh Steve Jobs, sering meminta bantuan studio ini untuk spesial efek, utamanya untuk film Toy Story yang dirilis pada tahun 1995. “Apple memproduksi desain yang lebih rumit dari para pesaingnya,” kenang Dunn, karyawan Alias Wavefront.”Permukaan iMac ini lebih mirip dengan industri otomotif jika dibandingkan dengan industri komputer. Kami benar-benar bekerja keras di sini.”

Hanya perlu satu bulan setelah perintah dikeluarkan oleh Jobs, Jony sudah membuat paling tidak sepuluh model untuk Mac NC – tapi mereka tidak menunjukkan semuanya kepada Jobs. Tim Jony dalam hati sangat menginginkan bentuk telur yang unik itu, sehingga mereka bersikeras mengajukan bentuk ini dan hanya sedikit variasinya. “Dalam prosedur pengajuan, kami sendiri harus memilih model yang menurut kami bagus, lalu Steve akan menyatakan bahwa dia setuju atau tidak. Kemungkinan besar dia akan menolak karena.. yah, itulah Steve. Tapi dia sendiri tidak mau mengajukan bentuk produk seperti apa yang dia inginkan. Dia hanya ingin memilih.” Jelas Satzger mengenai kebiasaan Steve Jobs.

Benarlah. Ketika pertama kali menunjukkan mesin berbentuk telur tersebut, Steve serta-merta menolaknya. Tapi pada saat itu, Jony sedang tidak ingin kalah. Dia memaksa Steve untuk menerima desainnya. Jony setuju bahwa desain ini terlihat aneh, tapi menurutnya memiliki citarasa yang menyenangkan. Pada kesempatan berikutnya, Jony tetap menunjukkan desain bentuk telur tersebut, dan kali ini Steve bersedia mencobanya. Dia berkeliling divisi Apple sambil membawa model yang diserahkan Jony untuk meminta pendapat banyak orang. Jobs akhirnya menyetujui bentuk ini dan memintanya untuk ditambah hard drive yang lebih besar dan optical drive, berbeda dari tujuan mereka semula. Untuk mencegah penundaan lebih lanjut, Rubinstein menyarankan agar proses produksi dimulai, dan harus didasarkan pada desktop G3, sebuah komputer untuk profesional yang pernah dirancang Apple sebelum era Steve Jobs. iMac ini rencananya akan dibuat dari plastik untuk menekan biaya, namun harus menggunakan plastik berkualitas tinggi meskipun ini akan menyulitkan bagian pabrik. Bagian produksi juga menambahkan efek transparan yang menjadikan produk ini kelihatan menarik. Sebagai sentuhan akhir, ditambahkan sebuah handel pada bagian atas iMac. Bagi Jony, handel ini bukannya ditujukan untuk benar-benar memudahkan membawa iMac ke mana-mana, tapi hanya sekadar menjadikan orang tidak ragu untuk menyentuhnya. “Pada saat itu, orang-orang belum nyaman dengan teknologi,” jelas Jony. “Jika Anda takut pada sesuatu, maka Anda tidak akan menyentuhnya. Saya ingat bahwa ibu saya sangat takut menyentuh komputer pada zaman itu. Adanya handel ini seakan mengundang Anda untuk menyentuhnya. Ini memberikan rasa yang berbeda.”

Produk Penyelamat Apple

iMac ini kemudian diberi kode nama Colombus karena Jony ingin agar komputer ini ‘menjelajahi dunia baru’. Pada saat itu, Apple memiliki banyak teknologi ‘turunan’ seperti port dan optical drive yang menjadikan produk baru Apple bisa menyesuaikan dengan apa yang sudah dimiliki konsumen di rumah. Akan tetapi Jony kemudian memutuskan agar iMac ini ‘bebas warisan’. Dia melepaskan ADB, SCSI, dan sserial port lama. Sebagai gantinya, Jony hanya menyertakan Ethernet, infrared, dan USB. Keputusan ini kemudian memantik banyak kontroversi. Tapi Steve Jobs sendiri menyukainya karena ini mewakili kesederhanaan yang benar-benar diinginkannya.

Sifat keras kepala semua orang ini dalam memperjuangkan produk menimbulkan hasil. iMac menyelamatkan Apple dan mengukuhkan reputasi Steve Jobs sebagai seorang ahli dalam mengamati tren konsumen dan kemampuannya dalam menghadirkan sebuah teknologi yang dikemas dengan cantik. Pada akhir kuartal tahun itu, Apple mengumumkan keuntungan sebesar USD 101 juta!

Pemosisian produk ini pada waktu itu sangat brilian. Steve menekankan pada bagaimana semua komputer tersembunyi di balik meja karena bentuknya yang tidak menarik dan tidak menimbulkan semangat, namun iMac berbeda. Ruang kerja menjadi menyenangkan dan fashionable berkat warna-warni unik komputer produksi Apple ini. Bukan hanya sekedar menghadirkan teknologi terkemuka, iMac mulai mengembalikan reputasi Apple sebagai pencipta tren baru di dunia teknologi. Apalagi setelah populernya iMac, beberapa komputer Windows mencontek desain serupa dan berupaya menghadirkan komputer yang warna-warni. Bill Gates sendiri dengan nada cemburu dalam sebuah wawancara pernah berujar, “Satu hal yang dikuasai Apple sekarang adalah kepemimpinan dalam hal warna. Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka untuk mengejar kami dalam teknologi,”

Jony jelas-jelas membantah klaim itu. “Dalam perusahaan yang lahir untuk berinovasi, risiko utamanya adalah jika kami tidak melakukan inovasi. Jika kami bermain aman, justru inilah saat kami terpapar risiko yang nyata. Steve memiliki visi yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan oleh Apple, dan kami harus kembali ke akar perusahaan. Apa pun harus dilakukan untuk bisa kembali ke esensi Apple, ini adalah perusahaan yang merancang dan menciptakan hal-hal baru!”


Edisi Silicon Valley selanjutnya akan membahas bagaimana Apple bukan saja bertahan dalam posisinya sebagai inovator setelah menghadirkan iMac yang laris di pasaran, akan tetapi juga terus-menerus menggempur dunia teknologi dengan konsep menarik dan seru.

Referensi:

Kahney, Leander. (2013). Jony Ive: The Genius Behind Apple’s Greatest Products. Amazon.

Arlidge, John. (2014). Jonathan Ive, Designs Tomorrow. Time

Rosoff, Matt. (2015). Jony Ive carried a resignation letter in his pocket the first time he met Steve Jobs. Business Insider

Phelan, David. (2018). Jony Ive Interview: Apple Design Guru on How He Created the New iPad and The Philosophy Behind ItIndependent.

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation