Kisah Silicon Valley #21: Perang Smartphone – iPhone yang Mengubah Dunia

via imore

Greg Christie, teknisi software legendaris Apple mencucurkan keringat dingin saat menerima surat ‘pembagian tugas’ dari Scott Forstall. Tahun 2004 ini adalah tahun kedelapannya bekerja untuk Apple. Christie diajukan untuk masuk ke sebuah proyek yang disebut “Project Purple“. Pengalamannya bertahun-tahun telah mengajarinya bahwa ‘masuk ke tim khusus’ artinya adalah akan melalui hari-hari panjang dalam tekanan dan caci maki Steve Jobs – Meskipun demikian, semua itu bernilai besar, baik secara reputasi maupun finansial – dan dia punya banyak tagihan untuk dibayar.

“Yah, apa yang bisa lebih buruk,” Christie berbisik pelan sambil menyeka keringat di dahinya dengan ujung lengan baju. Paling-paling Steve merencanakan Mac ‘revolusioner’ yang sudah lama tak terdengar sepanjang satu dekade belakangan. Ketika membaca deskripsi target, kerutan dahi Christie bertambah ketika dia baru menyadari bahwa yang diinginkan Jobs adalah membuat ‘ponsel dengan pemutar musik terintegrasi’ – Lalu di bagian bawah ada catatan tambahan ‘…dioperasikan dengan layar sentuh’.

“Benda macam apa ini?!” Christie berseru kaget.

 

Upaya Apple Masuk Pasar Ponsel

via BGR

Bukan hanya Microsoft yang melihat potensi pasar seluler. Pada tahun 2004, Steve Jobs menelepon Ed Zander, Presiden Direktur Motorola yang baru saja menjabat. Jobs menawarkan kesepakatan untuk membuat sebuah ponsel berpemutar musik. Motorola membuat ponselnya, sementara Apple akan membuat software-nya. Upaya ini dilandasi pada fakta rumitnya sistem penjualan ponsel. Apple saat itu tidak berada di dalamnya dan ‘tahu diri’ untuk tidak asal berupaya menembusnya.

Motorola kemudian mengembangkan ROKR untuk memenuhi permintaan Apple. Namun terlalu banyak orang campur tangan dalam pembuatan perangkat ini, menjadikannya gagal total. Lagu yang bisa disimpan di ROKR tidak lebih dari 100, karena Apple khawatir bahwa lebih dari itu, maka ini akan berdampak pada penjualan iPod. Kemudian direksi Motorola banyak ikut campur pada pembuatan ROKR menjadikannya sangat buruk secara desain. Yang paling disoroti adalah: perangkat ini memiliki terlalu banyak tombol dan menjadikan orang-orang kesulitan menghafalkan fungsinya.

Awal September 2005, ROKR diluncurkan bersama iPod Nano. Jika kamu membaca Senjakala Musik Digital, maka kamu pasti mengetahui bahwa pada tahun itu pemutar musik sudah mulai mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan. Meskipun tidak cukup untuk menjadikan Apple merugi, namun jika dibandingkan dengan keuntungan awal-awal penjualannya, maka ini cukup jauh. Jobs mempresentasikan ROKR di atas panggung, namun sempat kebingungan oleh banyaknya tombol sehingga merusak presentasinya di atas panggung.

https://www.youtube.com/watch?v=W-wHXfHxRUA

Seperti yang diharapkan, penjualan ROKR sangat buruk. Apalagi di tahun itu ada pesaing yang sangat kuat. Nokia N91! Meskipun harganya cukup mahal: USD 700, namun perangkat ini terkesan trendi dan laris di pasaran. N91 memiliki penyimpanan 4GB yang cukup untuk menyimpan 1000 lagu seperti halnya iPod. Sayangnya, Nokia tidak memiliki kesepakatan dengan studio rekaman (yang sebagian besar berada di AS) sehingga gagal dalam menjual lagu-lagu di perangkatnya untuk menyaingi iPod. Operator seluler AS yang keras tidak memberi peluang kepada Nokia, dan tidak satu pun dari orang di perusahaan tersebut yang memiliki keahlian negosiasi seperti Steve Jobs.

Selain itu, di kisaran tahun 2005, Microsoft cukup sukses di pasar seluler Amerika. Windows Mobile menjadi salah satu perangkat favorit dengan kemampuan komputasinya yang – meskipun sering dinilai agak buruk – Tapi sangat revolusioner pada zamannya. Microsoft mulai panen pada tahun tersebut.

Meskipun gagal, Jobs sepertinya sudah ‘mengikhlaskan’ proyek tersebut untuk gagal. Nyatanya, dia sudah membuat rencana pelapis dalam upaya Apple menembus pasar telepon seluler!

 

Perangkat Rahasia

via BGR

Sejak 2004, Steve Jobs telah membentuk tim yang bekerja secara rahasia dalam membuat sebuah perangkat seluler. Terdapat tim yang membuat perangkat keras, kemudian ada juga tim yang membuat perangkat lunak. Jumlah total kedua tim ini hanya 200 orang. Mereka bekerja di sebuah ruangan tertutup di Apple, serta dikontrak untuk tidak mengatakan apa pun yang sedang mereka kerjakan keluar. Kebocoran informasi akan berujung pemecatan. Lebih unik lagi, dua tim ini tidak pernah bertemu satu sama lain. Jobs memegang grand design atau gambaran besarnya, sementara dia mengatur arah pekerjaan kedua tim tersebut. Sinkronisasi tunggal ada di tangan Jobs!

Tuntutan terhadap tim ini sangat tinggi. Semua orang sudah familiar dengan perilaku Jobs yang menyebalkan dan penuh tuntutan, tapi seingat mereka, tingkat stres tidak pernah setinggi ini. Fred Vogelstein dari Wired yang beberapa tahun setelah peluncuran iPhone generasi pertama berhasil mewawancarai anggota tim yang dapat disebut sebagai ‘pencipta’ iPhone, menggambarkan situasi selama empat bulan menjelang acara Macworld 2007 (saat Jobs mengumumkan iPhone) sebagai berikut:

Suara bersahutan rutin terdengar di lorong kantor. Para insinyur yang kelelahan begadang semalaman membuat program menyerah, pulang, tapi kembali lagi ke kantor beberapa hari kemudian setelah membayar utang tidurnya. Manajer produk membanting pintu sebegitu kerasnya sehingga pegangan pintu bengkok dan dia terkunci di dalam; Rekan-rekannya membutuhkan waktu lebih dari satu jam sambil memukul pintu menggunakan pentungan aluminium untuk membebaskannya.

Belajar dari ROKR sebelumnya, Jobs nampak alergi tombol. Dia mengemukakan konsep ‘satu tombol’. Ponsel itu hanya boleh memiliki satu tombol fisik yang akan menjadi ‘kunci’ segalanya. Para teknisi hardware dan insinyur software babak belur mengikuti keinginan Jobs yang dianggap tidak realistis ini.

Untunglah tim pembiayaan kali ini lebih santai. Berbeda dengan pembuatan Macbook yang setiap komponennya perlu dihitung detail dan selalu menimbulkan kesulitan pada tim administrasi untuk mengalkulasi harga produksi dan menetapkan harga penjualan, untuk pembuatan iPhone, cost masih terpantau positif dan memungkinkan. Memang sebelum fokus pada iPhone, Apple sudah mengembangkan sebuah komputer berbentuk tablet (yang nantinya akan jadi cikal bakal iPad) – Namun Apple belum berani merilisnya karena diperkirakan biaya produksi bakal sangat tinggi karena pengadaan layar sentuh dalam ukuran 10″ sebagaimana diinginkan Steve Jobs, bakal sangat mahal. Sedangkan dalam produksi iPhone, layar sentuh 3″ masih memungkinkan untuk diproduksi dan kalkulasi biayanya cukup ‘sesuai perhitungan’.

Tim software adalah yang paling setengah mati dalam upaya produksi ini. Mereka diminta ‘memadatkan’ OSX yang digunakan PC milik Apple ke dalam benda berlayar tiga inci dan dioperasikan dengan sentuhan jari. Untunglah dalam tekanan maha dahsyat itu, entah bagaimana caranya Jobs selalu berhasil meyakinkan insinyurnya yang menyerah dan ingin keluar dari proyek bahwa mereka ‘sudah kurang sedikit lagi mencapai tujuan’ – Sedikit yang memakan waktu tiga empat tahun tentunya!

Saat Jobs selesai menguji lebih dari 100 prototipe dan terlihat puas, 200 anggota tim yang sudah bekerja bersamanya sejak 2004 masih tetap ada di tempatnya tanpa seorang pun yang keluar atau berhenti!

 

Presentasi iPhone yang Legendaris

via Genius

Sedikit trivia: Saat Steve Jobs naik panggung di acara Macworld. Di gedung sebelah Michael Dell sedang mempresentasikan laptop terbaru buatan Dell yang berukuran 20 inci (Kamu bisa membaca kisah Dell dalam Entrepreneur Cilik, CEO Termuda di Daftar Fortune 500, Mahluk Asing yang Menjadikan Dell Keren, dan Kemballi ke Singgasana). Jobs punya dendam pada Dell karena saat dia ‘terusir’ dari Apple, Dell sempat mengatakan pada pers bahwa jika dia menjadi Steve Jobs, maka dia akan menjual perusahaannya. Jika saat Dell mengatakan itu, nilai perusahaannya sedang dalam puncaknya, sementara Apple sedang dalam fase hancur-hancuran – Maka kini nilai Apple adalah USD 74 miliar, dua kali lipat dari Dell yang ‘hanya’ USD 30 miliar. Michael Dell melakukan presentasi dibantu oleh Mike Myers, dan presentasinya disebut-sebut sebagai ‘salah satu yang paling menyedihkan sepanjang masa’. Sebaliknya Jobs naik panggung dengan gilang gemilang dan percaya diri yang luar biasa.

Jobs membuka presentasi dengan mengungkapkan keberhasilan Mac dan iPod yang mendatangkan keuntungan masif bagi Apple. Saat masuk segmen utama, dia berkata penuh percaya diri, “Sesekali sebuah produk revolusioner muncul dan mengubah segalanya.”

Setelah menikmati sambutan menggemuruh para penggemar, Jobs mulai membuka presentasinya, “Hari ini kami akan memperkenalkan sebuah produk yang revolusioner. Yang pertama adalah iPod dengan layar sentuh lebar.” Hadirin bertepuk tangan. “Kemudian yang kedua adalah sebuah ponsel revolusioner,” Tepuk tangan semakin dahsyat. Inilah yang ditunggu hadirin. Berbuan-bulan mereka mendengar rumor bahwa Apple sedang mengerjakan sebuah ponsel, dan inilah dia! “Kemudian yang ketiga adalah Internet Communicator.” Penonton mulai terdiam. Agak bingung. Apakah ketiga produk ini akan sama hebatnya atau bagaimana. Mereka tidak membayangkan apa yang akan dilakukan sebuah internet communicator. Tapi Jobs kemudian melanjutkan dengan jenaka. “Sebuah iPod berlayar besar, ponsel, internet communicator… Ini semua bukan perangkat terpisah… Melainkan sebuah perangkat tunggal terintegrasi.” Gedung seakan runtuh oleh sambutan hadirin.

Nun jauh di sana, Chris De Salvo, insinyur Google yang bertanggungjawab atas pengembangan sistem operasi ponsel Google: Android, menelepon rekannya, Andy Rubin. “Sepertinya, kita harus memulai ulang semuanya..”


Google ikut serta dalam perang smartphone ini. Motivasi mereka tentu saja berbeda dengan arah yang dituju oleh Microsoft dan Apple. Baca minggu depan di Kisah Silicon Valley #22: Perang Smartphone – Lahirnya sang Dominator

 

 

Referensi

Arthur, Charles. (2013). Digital Wars – Apple, Google, Microsoft, dan Pertempuran Meraih Kekuasaan atas Internet. PT. Elex Media Komputindo

Bostic, Kevin. (2013). Behind the Scene Details Revealed about Steve Job’s First iPhone Announcement. Apple Insider

 Jowitt, Tom. (2016). Tales in Tech History: Windows Mobile. Silicon

Kiki Sidharta

Penulis Winpoin yang paling sering minta dimaklumi kalau lagi lama nggak nulis | Dengan senang hati menjawab pertanyaan seputar Windows Phone lewat akun Twitter @kikisidharta

Post navigation