Sebetulnya ini pernah terjadi pada saat rilis Preview Developer Windows Phone 8.1 yang lalu. Konsep baru Microsoft yang dirilis melalui program Preview Developer tersebut menjadikan Microsoft sebagai bahan bully-an di mana-mana karena perubahan konsep yang cukup radikal. Mulai dari sebutan kopian Android, hingga kehilangan identitas diri. Namun perlu diakui bahwa perubahan Windows Phone 8 ke versi 8.1 memiliki banyak fitur bermanfaat yang mungkin diimpikan banyak pengguna di masa tersebut.
Rilis Windows 10 yang disertai dengan Windows Mobile 10 kembali mengulang fenomena tersebut. Microsoft mendapatkan gelombang protes yang luar biasa, mulai dari Windows dan Windows Mobile 10 yang tidak sesuai harapan, sampai banyaknya bug pada rilisan Beta OS Windows 10 tersebut (padahal memang karena masih versi beta, dapat dimaklumi jika terjadi banyak bug). Lebih parah lagi ketika kemarin rollback ke Windows Phone 8.1 dari Windows 10 kemarin ternyata menimbulkan brick pada Lumia 520, 525, dan 526, semakin banyak yang menghujat Microsoft karena ‘kecelakaan’ ini.
Oleh karena itu, saya mendapatkan ilham untuk merenungkan kembali komitmen kita dalam memilih menggunakan Windows dan Windows Phone. Di tengah ‘badai’ ini, apa sih yang sebenarnya kemarin menjadikan kita memilih Windows Phone, dan apakah alasan tersebut masih relevan hingga sekarang?
Saya Merasa Berhutang Budi pada Microsoft
Mengingat kembali masa-masa kuliah dulu, saya begitu miskin dan susah. Untuk bertahan hidup, saya mengandalkan kemampuan menulis dan menerjemahkan yang pada saat itu tidak dapat saya jual dengan harga tinggi, namun hasilnya cukup untuk sekedar makan nasi dan minum kopi. Tak perlu disangsikan lagi, seluruh software yang saya gunakan saat itu adalah bajakan berbagai software Microsoft. Bahkan saya sempat memiliki sebuah rental komputer sendiri (tetap setia bertani. Hohoho…)
Jadi keputusan saya mendukung Microsoft semacam balas budi saya terhadap perusahaan yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi besar dalam kehidupan saya – Terlepas dari baik buruknya Microsoft sebagai sebuah perusahaan kapitalis terbesar di dunia, saya diajarkan untuk tidak menjelek-jelekkan tempat yang membantu saya mencari makan.
Saya Menyukai Kebebasan untuk Melakukan Personalisasi
Saya bangga bahwa diri saya berbeda dari orang lain, dan saya senang menampilkan diri saya apa adanya di hadapan orang-orang. Saya juga tidak takut dibilang aneh oleh orang-orang di sekitar karena inilah diri saya. Oleh karena itu, ketika mencoba perangkat iPhone milik teman-teman, yang saya keluhkan hanya: “Apa tampilan perangkat ini tidak bisa diubah lagi?” Meskipun bisa mengganti casing, mengubah wallpaper dan mencari model ikon lain, barisan ikon milik iPhone sekilas tentu saja serupa dengan iPhone lainnya. Belum lagi kesulitan melakukan kustomisasi ringtone dan berbagai batasan lainnya.
Di Windows Phone (dan Windows juga) – Meskipun ada batasan, namun itu tidak menghalangi untuk membuatnya terlihat lebih personal. Saya juga senang bermain-main dengan susunan Live Tile di Start Screen Windows Phone untuk membuat tampilan yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan perangkat orang lain. Ringtone saya juga sangat khas sehingga saya selalu dapat membedakannya dengan milik orang-orang lain.
Masalah personalisasi ini adalah salah satu hal yang menjadikan saya berat sekali meninggalkan Windows Phone dan Windows Desktop.
Pekerjaan Saya Hingga Sekarang Hanya Dapat Dilakukan dengan Windows
Entah jodoh atau kebetulan, pekerjaan yang sekarang saya jalani, yaitu sebagai penerjemah, mewajibkan saya untuk menggunakan OS Windows. Tidak ada aplikasi pendukung penerjemahan yang bisa berjalan di iOS (meskipun beberapa dapat berjalan di Linux). Ini menjadikan saya seolah terikat dengan ekosistem Windows.
Bekerja dengan Winpoin yang dipenuhi dengan pecinta Windows juga merupakan sesuatu yang saya anggap sebagai jodoh.
Windows Phone Sudah Memenuhi Semua Kebutuhan Saya
Tak dapat disangkal bahwa Windows Phone memiliki banyak kekurangan. Namun kebetulan sekali seluruh kebutuhan utama saya akan sebuah smartphone terpenuhi oleh Windows Phone. Selain fungsi dasar telepon dan SMS, tak dapat dihindari bahwa saya memerlukan ponsel yang dapat menangani Email secara handal, serta Skype (karena banyak klien saya yang berkomunikasi menggunakan Skype). Bila Windows Phone memberikan saya lebih dari itu, maka itu saya anggap bonus!
Demikianlah alasan saya memilih mendukung Microsoft hingga saat ini (termasuk dengan rajin menyumbangkan tulisan dan berbagi dengan teman-teman sekalian di Winpoin). Semua orang punya alasan yang berbeda. Namun ketika kamu menilik kembali alasan kamu dalam memilih menggunakan Windows Phone, dan sepertinya itu tidak relevan lagi dengan keadaan Windows dan Windows Phone saat ini, maka mungkin inilah saat yang tepat bagi kamu untuk berganti platform. Dan ketika kamu melakukannya, seperti halnya mantan pacar, mungkin suatu hari jika kamu akan mendapati Windows Phone semakin cantik dan seksi, sehingga kamu ingin balikan lagi ~ Pada saat itu, lakukanlah!
Terakhir, bagaimana dengan teman-teman semua? Mari merenungkan kembali alasan teman-teman memilih Windows Phone, dan apakah itu masih relevan hingga saat ini? Ataukah ada perubahan situasi sehingga mungkin keputusan tersebut harus diganti? Marilah berbagi di kolom komentar berikut sehingga dapat saling menginspirasi…