Microsoft baru saja mengumumkan sistem operasi baru untuk IoT yang disebut Azure Sphere OS. Yang mengejutkan, OS baru ini adalah berbasis Linux, bukan Windows! Ini adalah hal yang tidak biasa mengingat Microsoft begitu rajin menjadikan Windows 10 sebagai dasar untuk semua OS-nya.
Dalam sebuah webcast beberapa hari lalu, Microsoft mengumumkan sebuah solusi end-to-end untuk Internet of Things (IoT) yang memasangkan layanan cloud berbasis Azure miliknya dengan perangkat IoT.
Kalau kamu awam dengan istilah perangkat IoT, ini adalah sebutan bagi perangkat-perangkat pintar yang dapat kita jumpai di sekeliling kita, misalnya kulkas pintar, bel pintu pintar, dan banyak lagi. “Tentu saja kami adalah perusahaan Windows,” ujar Brad Smith, eksekutif Microsoft pada saat webcast tersebut. Pada saat itu, dia juga memamerkan sebuah chip micro-controller unit (MCU) yang bisa dipasangkan di berbagai perangkat IoT. “Tapi kami mendapati bahwa ini adalah solusi terbaik untuk komputer dalam ukuran ini, seukuran mainan, bukan versi penuh Windows. Inilah yang sedang kami buat di sini.” Lanjut Brad.
Yang dibuat oleh Microsoft di sini adalah OS Azure Sphere, sebuah sistem operasi baru, ditujukan untuk MCU yang sangat kecil, yang menjadi dasar untuk perangkat IoT. OS ini dibuat berdasarkan kode Linux.
“Ini adalah kernel Linux kustom yang dilengkapi dengan berbagai kemajuan yang juga kami buat di Windows itu sendiri,” Smith menjelaskan. “Untuk siapa saja yang sudah mengikuti Microsoft, saya yakin Anda akan mengenali bahwa setelah 43 tahun, ini adalah pertama kalinya kami mengumumkan bahwa kami akan mendistribusikan sebuah kernel Linux. Ini adalah sebuah langkah penting bagi kami, untuk industri ini. Dan ini akan memungkinkan kami berdiri di balik teknologi sesuai kebutuhan dunia.”
Keamanan juga berperan penting dalam hal ini. OS Azure Sphere akan sangat mengutamakan keamanan sehingga nantinya rumah tangga konsumen akan tetap aman dari peretasan selama menggunakan perangkat berbasis OS Azure Sphere tersebut.
Sebuah solusi yang tak lazim dari Microsoft, namun cukup masuk akal mengingat Microsoft akhir-akhir ini semakin ‘agnostik’ dan tidak mempedulikan perangkat atau inti OS-nya selama mereka masih dapat menyisipkan elemen-elemen software khas Microsoft di dalamnya.
Sumber: Thurrott