Kemarin Microsoft merayakan perilisan terbesar dalam sejarah Surface. Mereka merilis Surface Laptop dan Surface Pro ke 25 negara di seluruh dunia, serta memperluas market Surface Studio. Tetapi hingga saat ini — 5 tahun lamanya sejak pertama kalinya Surface dirilis — Indonesia tetap tidak menjadi jangkauan market dari seri terbaru Microsoft Surface ini secara resmi. (Baca juga: Indonesia Tidak Menjadi Fokus Utama Market Microsoft Mobile)
Lalu bagaimana dengan nasib penggemar produk Microsoft di Indonesia yang ingin memiliki perangkat Surface ini?
Satu-satunya opsi yang bisa dilakukan adalah membelinya dari market luar. Jika ada budget berlebih kamu bisa membelinya sambil jalan-jalan, misalkan ke China, Malaysia, atau Singapore.
Tetapi beruntung di jaman online seperti sekarang kamu bisa membeli produk yang tidak dirilis secara resmi di suatu region dengan mudah. Berbagai penjual di marketplace online mulai dari JD.ID, Tokopedia, Bukalapak, dsb banyak memajang perangkat Surface ini. Yup, kamu tetap bisa membeli Surface dengan mudah meskipun secara resmi tidak dirilis di Indonesia.
Tetapi apakah ini solusi terbaik?
Sebenarnya tidak juga. Dengan membeli Surface di luar negeri atau melalui toko online — padahal tidak dirilis secara resmi di Indonesia, maka tidak ada jaminan servis, support dan garansi yang kamu terima secara lokal. Jika kamu membelinya di luar negeri, jika terjadi masalah kamu harus kembali kesana untuk melakukan klaim garansi.
Jika kamu membelinya di marketplace online, well..kamu hanya bisa berharap sang seller membantu kamu mengurus klaim garansi (ya, beberapa seller ada yang bersedia membantu klaim garansi seperti ini). Tetapi pada intinya, jaminan support dan garansi tidak bisa kamu dapatkan seperti ketika membeli perangkat yang dirilis resmi di Indonesia.
Tidak hanya itu, kamu juga akan kesulitan menemukan spare part dan tempat servis lokal jika akan melakukan perbaikan diluar dari masa garansi. Hal yang bisa kamu lakukan adalah membeli spare part tersebut secara online, entah di eBay, Amazon, dsb, lalu memperbaikinya sendiri di rumah.
Jika memang Surface adalah satu-satunya perangkat yang kamu idamkan, tidak ada salahnya membelinya dari luar negeri atau secara online, hanya saja pastikan kamu sudah memahami beberapa konsekuensi tersebut.
Solusi alternatif lainnya
Jika tidak adanya support, servis, dan garansi resmi secara lokal adalah hal yang tidak bisa kamu toleransi, maka membeli perangkat selain Surface adalah solusi alternatif terbaik.
Jika kamu tertarik untuk membeli Surface, maka bisa saya sebut bahwa kamu adalah penggemar perangkat kelas premium. Saat ini jauh berbeda dibandingkan dulu. Dulu pernah ada masa dimana mencari laptop dan perangkat Windows kelas atas cukup sulit di pasaran, tetapi kini semenjak perilisan Surface, berbagai OEM berlomba-lomba merilis laptop dan hybrid Windows berkelas premium.
Ada banyak pilihan! Kamu bisa membeli ASUS Transformer 3 Pro, ZenBook 3, Dell XPS 13, HP Spectre x360, dan masih banyak lagi (termasuk juga Xiaomi Mi Notebook Air 13 jika kamu tertarik). Berbagai OEM saat ini berlomba-lomba menyediakan perangkat alternatif sekelas Surface untuk market yang tidak dijangkau oleh Microsoft, seperti Indonesia.
Enaknya, kamu bisa mendapatkan perangkat Windows berkelas premium seperti Surface, tetapi dengan dukungan servis, support, dan garansi resmi di Indonesia.
Sedikit cerita..
Saya akan menutup editorial ini dengan sedikit cerita. Sebelum saya memutuskan membeli MacBook Pro (ya, saat ini saya menggunakan MacBook Pro dengan dual-boot macOS dan Windows 10), saya mengincar Microsoft Surface. Berbulan-bulan budget terus saya tahan untuk menunggu perilisan resminya di Indonesia.
Maklum, kala itu saya belum pernah sedikitpun merasakan pakai laptop kelas premium. Sebelumnya selama bertahun-tahun saya menggunakan PC tua dual-OS Windows 7 dan Linux Mint yang saya sebut “Si Mbah” karena seolah selalu tersengal saat dipakai untuk pekerjaan berbobot menengah keatas. Lama tak kunjung datang, akhirnya kesabaran saya habis dan saya memutuskan memakai budget tersebut untuk membeli Laptop Convertible ASUS Transformer Book Flip TP500L seharga 12 jutaan, lengkap dengan Core i7 Quad-core, dual GPU 2GB, dan saya upgrade RAM hingga 12GB (Baca: Cara Upgrade RAM di ASUS Transformer Book Flip TP500L)
Beberapa lama pakai ASUS Transformer Book, Surface terbaru kembali menggoda saya. Saya pun mengumpulkan budget berbulan-bulan dan berharap kali ini Surface dirilis resmi di Indonesia dan target saya tidak meleset lagi. Tetapi begitu budget sudah saya tahan sampai di perilisan seri Surface selanjutnya, ternyata perangkat ini tidak hadir juga di Indonesia. Akhirnya saya mengalihkan budget tersebut untuk membeli MacBook Pro 2015.
Dan akhirnya disinilah saya dengan MacBook Pro 2015 untuk bekerja sehari-hari. Dan ngomong-ngomong, Windows 10 berjalan sangat mulus di laptop ini. (Baca: Review Windows 10 di MacBook Pro Retina)
Lalu apakah ini artinya jangkauan market Apple lebih baik dari Microsoft? Tidak juga. Sebenarnya Apple juga tidak berbeda jauh dibandingkan Microsoft untuk jangkauan market ke Indonesia. Hanya saja selama ini Apple lebih beruntung dengan banyaknya pihak ketiga yang bergabung menjadi reseller resmi sehingga produk mereka bisa dipasarkan secara resmi di market lokal dan mendapatkan garansi serta support yang resmi pula di Indonesia. Mereka juga lebih aktif dalam menggandeng kerjasama dengan reseller lokal, katakanlah iBox, e-Store, Story-i, Infinite, dsb. (Meskipun saya dengar dari beberapa teman, support reseller Apple tidaklah sebagus Apple aslinya, bahkan kalah dibandingkan layanan yang diberikan oleh ASUS, HP, dan beberapa OEM lain di Indonesia. Sedikit banyak saya bisa memahami jika support reseller tidak sebaik support brand OEM, karena reseller tidak membawa nama baik brand produk, sedangkan OEM seperti ASUS, HP, dll langsung membawa nama baik brand produk. Layanan aftersales yang buruk akan berakibat buruk bagi brand produk mereka dalam jangka panjang.)
In the end..
Dua kali saya mengincar Surface, dua kali pula saya meleset dan membeli perangkat lainnya. Hal ini karena menghabiskan budget diatas 15 juta untuk perangkat yang tidak mendapatkan layanan dan garansi resmi secara lokal adalah hal yang tidak ingin saya lakukan.
Mungkin hal itu jugalah yang membuat saya sedikit enggan untuk hadir di event Teknopolis 2017 meskipun disana ada Surface Studio yang menarik untuk dicoba. Selain memang karena sedang ada deadline project dari beberapa client sehingga kesibukan saya jadi sangat padat, tetapi sedikit banyak saya tidak ingin ketika mencoba Surface Studio, terus kepengen memilikinya, mengumpulkan budget, menunggunya, menunggunya lagi, dan lagi, lalu untuk ketiga kalinya berakhir dengan membeli perangkat lainnya.
Nope, saya sudah menerima kenyataan, bahwa Indonesia bukanlah market dari Microsoft Surface.